Saat baskara sedang menikam buana, diriku berkamuflase pada batang nirwana. Langkah kaki yang tak beraturan memecah kelu lamunan, afeksi dalam ilusi debaran tanpa emosi bernyawa dalam satu dimensi menikam ruang yang sepi. Bibir membisu, pikiran berpacu tubuh yang terpaku potongan kisah biru. Oh, lihatlah diriku? Diriku pernah bersandar padanya di tengah terik menggores kisah dengan berisik menerka polemix yang rumit dan beradu irama hati di ruang sempit. Meninggalkan ilusi pelik, kita pernah sedekat atma sebelum sejauh dua buana dua kalbu dalam romansa, menuai rasa tanpa berkata. Kau yang singgah dan aku terlampau sungguh pada atma yang rapuh dengan sawalanya membuat luluh dan sialnya jiwa ini jatuh. Diriku, tamu yang kau undang menggores kisah dalam ruang lalu kau pergi dan menghilang dan aku tak kau biarkan pulang, terjebak kenangan yang kau tuang.