🇹🇷⚠✋🏻
Elegi Erdogan dan Bangsa YahudiPantaskah Erdogan Respek Terhadap Pengakuan Donald Trump atas Yerussalem sebagai Ibukota Israel?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengakui bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel dalam pidato publiknya. Keputusan kontroversial ini ditentang banyak negara-negara dunia.
Pidato bersejarah Trump ini disampaikan di Gedung Putih, Washington DC, pada Rabu (6/12) siang waktu AS, atau Kamis (7/12) dini hari waktu Indonesia. Trump didampingi Wakil Presiden AS Mike Pence saat menyampaikan pidato ini.
Pengakuan dan pengikraran itu berlangsung di gedung putih, Washington DC, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memberikan pengakuan resmi bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel. Trump juga menjelaskan bahwa pemindahan Kedutaan Besar AS akan segera berproses.
Baca juga : http://serambiharamain.com/strategi-perjuangan-dan-posisi-arab-saudi-untuk-palestina/Dampak pengakuan Trump bagi Presiden Turki ErdoganSebuah portal yang eksis di negera Turki, sebut saja www.zamanarabic.com pada 10 Desember 2017 telah menurunkan berita yang sangat ironi dan menyakiti hati kaum muslimin seluruh dunia. Berita yang diberi judul : “
Pengakuan Turki atas Yerusalem sebagai ibukota Israel secara resmi. Kami menerbitkan dokumen lengkap untuk menormalkan Erdogan dengan Israel!” Sebuah pemandangan yang tidak sepantasnya menghiasi berita dunia hari-hari belakangan ini. Maka boleh dikatakan berita tersebut adalah fakta bahwa Turki tidak mampu berlepas diri dari dominasi negara Zionis Yahudi Israel yang dideklarasikan pada tahun 1967 dengan kelicikan diplomasi yang mereka upayakan.
Sungguh aneh pernyataan presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Ia telah sepakat dalam sebuah perundingan yang telah ditandatangani bersama 26 delegasi perwakilan di Ankara Turki pada 28 Juni 2016, maka tidak diragukan lagi, ia mengetahui situasi dan kondisinya saat itu, sebelum pengumuman Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem, sebagai pengakuan Amerika Serikat bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Akan tetapi tampaknya kondisi labil mengiringi sikap Erdogan, setelah deklarasi Trump pada 06 Desember 2017, kepemimpinan politik Turki, yang dipimpin oleh Erdogan, pindah untuk mengutuk keputusan AS tersebut.
Aneh!
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Ben Ali Yildirim memperingatkan keputusan tersebut. "
Sangat penting bagi Timur Tengah dan untuk perdamaian dunia bahwa Trump tidak membuat sebuah pernyataan yang akan menghancurkan upaya untuk membangun sebuah negara Palestina," katanya.
Lebih lanjut www.zamanarabic.com dalam langsirannya menegaskan, bahwa seorang juru bicara pemerintah Turki, yang lain menganggap bahwa pengakuan Amerika Serikat Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan menetapkan wilayah dan dunia di tengah api yang tiada akhir. "Langkah ini mengabaikan sejarah dan realitas wilayah," tulis Bakr Bouzdag, wakil perdana menteri dan juru bicara pemerintah, di Twitter. "Langkah ini mewakili kepicikan, kebodohan dan kepengecutan." Memanggil semua untuk menghormati kesepakatan yang mereka masuki dan tidak mengancam perdamaian dunia.
Terlepas dari semua pernyataan provokatif ini, kami kembali ke pengumuman oleh Turki pada tanggal 28 Agustus 2016, sebuah kesepakatan untuk menormalisasi hubungan Israel, yang ditandatangani antara Ankara dan Yerusalem, untuk menyelesaikan masalah yang luar biasa antara kedua pihak atas insiden Mavi Marmara. Kesepakatan mengenai normalisasi antara Turki dan Israel termasuk : "Kesepakatan ini ditandatangani antara Ankara dan Yerusalem," alih-alih menyebutkan ibukota Israel Tel Aviv saat ini! Yang berarti pengakuan lama oleh Erdogan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.
Apakah itu bisa berarti sinyal, justru Trump akan menjadi inisiator bagi proses pelemahan negara Zionis? Apakah itu juga berarti gambaran riil bahwa sejumlah presiden Amerika pendahulu Trump lebih bijak, tidak mampu mendeklariskan pernyataan pengakuan Yerusalem sebagai Ibukota Israel yang telah disepakati dalam undang-undang kedutaan pada tahun 1995? Seh