━─━─━─━─━─━─━─━─━─━─━─━─━─━─━
Saat itu tepatnya malam minggu, aku sedang berkumpul bersama teman-temanku di kafe tempat biasa kami menongkrong, saat sedang asik mengobrol tiba-tiba muncul suara notifikasi dari aplikasi driverku. Di sana tertera penumpang bernama Nina dari salah satu hotel yang berada dekat dengan tempatku menongkrong. Aku menyempatkan untuk memberitahu pada penumpang kalau aku akan tiba dalam beberapa menit. Setelah itu berpamitan pada teman-temanku.
"Eh, gue duluan ya, ada orderan masuk nih. Paling gue langsung balik juga."
Aku memang berniat akan pulang langsung karena jam juga sudah hampir menunjukan tengah malam. Teman-temanku membalas dengan ucapan hati-hati. Aku mengangguk lalu mulai pergi meninggalkan tempat tongkrongan itu. Jalanan malam itu sudah mulai sepi mungkin karena hujan deras baru saja berhenti beberapa menit lalu meninggalkan hawa dingin yang menusuk kulit, aku membawa motorku dengan kecepatan sedang sampai akhirnya aku tiba di depan hotel itu.
Kuhubungi lagi penumpangku kalau aku sudah tiba di lokasi penjemputan. Dan penumpangku membalas, "Oke." Aku menunggu seraya membuka aplikasi whatsapp, membuka salah satu grup chat yang merupakan komunitas ojek online di kotaku dan membalas beberapa chat masuk. Tiba-tiba saja seseorang menyapa seraya menepuk pundak.
"Mas Fardan, ya?"
Kuperhatikan sejenak wanita itu, memakai dress putih selutut dengan rambut yang dibiarkan menjuntai mengenai punggung, tidak ada polesan apapun pada rambutnya. Terlihat sederhana. Hanya saja ekspresi wajahnya begitu datar, aku tersenyum dia tidak membalas sama sekali. Jadi, kupikir dia sedikit jutek.
"Mbak Nina, ya? Ayo Mbak." Kuberikan helm khusus penumpang yang langsung diterima olehnya.
Lantas wanita itu mulai naik ke motorku, sebelum berangkat kusempatkan untuk menyapa satpam yang baru saja keluar dari posnya. Aku tersenyum ramah namun satpam itu malah melihat heran ke arahku. Tidak terlalu memikirkannya, aku langsung menancap gas untuk menuju tempat tujuan karena jujur saja aku ingin cepat-cepat sampai rumah dan beristirahat.
Dalam perjalanan menuju tempat tujuan hujan gerimis kembali turun, tidak terlalu besar memang namun cukup membuat baju sedikit basah.
"Mbak, mau pake jas hujan?" tanyaku seraya melirik penumpangku dari kaca spion motor.
"Nggak." Hanya itu jawabannya.
Baiklah, aku mengangguk lalu kembali diam tidak berniat memulai percakapan lagi. Aku menghentikan laju motorku saat terjebak di lampu merah, hanya ada dua motor di samping kiriku, dan satu motor di samping kananku, lalu dua mobil berada di belakangku. Sesekali aku melihat maps pada ponselku yang menunjukan arah jalan pintas.
Aku menoleh ke kiri ketika seorang anak kecil yang sedang dibonceng oleh ayahnya tiba-tiba menangis sambil menatap takut ke arahku. Aku mengernyit bingung sedangkan ayahnya sibuk menenangkan anak kecil itu. Aku hendak bertanya namun suara klakson mobil menghentikan niatku, aku kembali menancap gas dengan pikiran yang terlampau bingung.
Aku sudah mulai memasuki kawasan daerah tempat tujuan. Masih sama. Dalam perjalanan tidak ada percakapan apapun, sampai aku mencium semilir wangi bunga melati. Aku menajamkan penciumanku, dan bau melati itu semakin menyengat. Aku mengernyit, dari mana asalnya bau melati ini? Apa penumpangku memakai parfum bunga melati? Kalau pun iya mungkin akan tercium saat pertama dia naik ke motorku.
Aku menggeleng pelan untuk mengenyahkan pemikiran yang bisa membuatku menjadi paranoid. Sesuai maps aku membelokan motorku ke arah kanan seketika perasaanku menjadi waswas, aku tau tempat ini. Di ujung jalan sana akan ada gedung tua yang terkenal angker dan di pinggir gedung tua itu sebuah kuburan umum.
Aku mencoba bertanya pada penumpangku hanya untuk memastikan kalau jalan yang kuambil ini benar atau tidak.
"Mbak, ini bener kan ya jalannya lewat sini?"
"Iya." Begitu jawabnya.
Saat itu tepatnya malam minggu, aku sedang berkumpul bersama teman-temanku di kafe tempat biasa kami menongkrong, saat sedang asik mengobrol tiba-tiba muncul suara notifikasi dari aplikasi driverku. Di sana tertera penumpang bernama Nina dari salah satu hotel yang berada dekat dengan tempatku menongkrong. Aku menyempatkan untuk memberitahu pada penumpang kalau aku akan tiba dalam beberapa menit. Setelah itu berpamitan pada teman-temanku.
"Eh, gue duluan ya, ada orderan masuk nih. Paling gue langsung balik juga."
Aku memang berniat akan pulang langsung karena jam juga sudah hampir menunjukan tengah malam. Teman-temanku membalas dengan ucapan hati-hati. Aku mengangguk lalu mulai pergi meninggalkan tempat tongkrongan itu. Jalanan malam itu sudah mulai sepi mungkin karena hujan deras baru saja berhenti beberapa menit lalu meninggalkan hawa dingin yang menusuk kulit, aku membawa motorku dengan kecepatan sedang sampai akhirnya aku tiba di depan hotel itu.
Kuhubungi lagi penumpangku kalau aku sudah tiba di lokasi penjemputan. Dan penumpangku membalas, "Oke." Aku menunggu seraya membuka aplikasi whatsapp, membuka salah satu grup chat yang merupakan komunitas ojek online di kotaku dan membalas beberapa chat masuk. Tiba-tiba saja seseorang menyapa seraya menepuk pundak.
"Mas Fardan, ya?"
Kuperhatikan sejenak wanita itu, memakai dress putih selutut dengan rambut yang dibiarkan menjuntai mengenai punggung, tidak ada polesan apapun pada rambutnya. Terlihat sederhana. Hanya saja ekspresi wajahnya begitu datar, aku tersenyum dia tidak membalas sama sekali. Jadi, kupikir dia sedikit jutek.
"Mbak Nina, ya? Ayo Mbak." Kuberikan helm khusus penumpang yang langsung diterima olehnya.
Lantas wanita itu mulai naik ke motorku, sebelum berangkat kusempatkan untuk menyapa satpam yang baru saja keluar dari posnya. Aku tersenyum ramah namun satpam itu malah melihat heran ke arahku. Tidak terlalu memikirkannya, aku langsung menancap gas untuk menuju tempat tujuan karena jujur saja aku ingin cepat-cepat sampai rumah dan beristirahat.
Dalam perjalanan menuju tempat tujuan hujan gerimis kembali turun, tidak terlalu besar memang namun cukup membuat baju sedikit basah.
"Mbak, mau pake jas hujan?" tanyaku seraya melirik penumpangku dari kaca spion motor.
"Nggak." Hanya itu jawabannya.
Baiklah, aku mengangguk lalu kembali diam tidak berniat memulai percakapan lagi. Aku menghentikan laju motorku saat terjebak di lampu merah, hanya ada dua motor di samping kiriku, dan satu motor di samping kananku, lalu dua mobil berada di belakangku. Sesekali aku melihat maps pada ponselku yang menunjukan arah jalan pintas.
Aku menoleh ke kiri ketika seorang anak kecil yang sedang dibonceng oleh ayahnya tiba-tiba menangis sambil menatap takut ke arahku. Aku mengernyit bingung sedangkan ayahnya sibuk menenangkan anak kecil itu. Aku hendak bertanya namun suara klakson mobil menghentikan niatku, aku kembali menancap gas dengan pikiran yang terlampau bingung.
Aku sudah mulai memasuki kawasan daerah tempat tujuan. Masih sama. Dalam perjalanan tidak ada percakapan apapun, sampai aku mencium semilir wangi bunga melati. Aku menajamkan penciumanku, dan bau melati itu semakin menyengat. Aku mengernyit, dari mana asalnya bau melati ini? Apa penumpangku memakai parfum bunga melati? Kalau pun iya mungkin akan tercium saat pertama dia naik ke motorku.
Aku menggeleng pelan untuk mengenyahkan pemikiran yang bisa membuatku menjadi paranoid. Sesuai maps aku membelokan motorku ke arah kanan seketika perasaanku menjadi waswas, aku tau tempat ini. Di ujung jalan sana akan ada gedung tua yang terkenal angker dan di pinggir gedung tua itu sebuah kuburan umum.
Aku mencoba bertanya pada penumpangku hanya untuk memastikan kalau jalan yang kuambil ini benar atau tidak.
"Mbak, ini bener kan ya jalannya lewat sini?"
"Iya." Begitu jawabnya.