Репост из: SLOT SHARE ILMU 🌿
100121
PERHITUNGKAN DIRI KITA
Setiap pekerjaan yang penting pasti melibatkan pengiraan dan perancangan yang meliputi input dan output, keuntungan dan kerugian. Namun, pengiraan ini tidak berlaku bagi kehidupan manusia, kerana kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita pada masa depan.
Adakah kita pernah mengambil secarik kertas, lalu menuliskan kebaikan dan keburukan yang pernah kita lakukan atau luputkan sehingga kita tahu perincian setiap pekerjaan yang telah kita lakukan dari waktu ke waktu?
Pernahkah terlintas di fikiran untuk mencatat dalam sebuah buku khusus pelbagai kekurangan dan kelebihan daripada perilaku dan tindakan yang telah kita lakukan dan kemudian merancang untuk memperbaikinya pada masa depan?
Seandainya kita menjalani kehidupan di dunia ini secara membabi buta dan berbuat sekehendak hati tanpa mempertimbangkan akibatnya, maka kita mungkin akan bertindak melampaui batas dan melakukan kebodohan. Kita akan menyia-nyiakan hidup sebagaimana orang dungu menyia-nyiakan hartanya, atau mengabaikan masa lalu dan semua pengalamannya, atau meremehkan masa depan tanpa takut melakukan kesalahan dan dosa!
Mungkinkah kita berbuat sesuka hati kerana takin bahawa tidak ada apa-apa pembalasab yang akan kita tanggung akibat perbuatan kita tu? Jawapannya, tidak mungkin! Allah SWT memiliki malaikat yang akan mencatat setiap perbuatan yang paling remeh sekalipun. Dia juga telah menyiapkab perhitungan yang panjang dan teliti atas setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia.
"Dan diletakkanlah kitab (catatan amal) itu, lalu kau akan melihat orang yabg berdosa berasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati semua yang telah mereka kerjakan tertulis (di sana). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun."
[Surah al-Kahfi:49]
Kerana itu, sebelum menghadapi perhitungan di akhirat kelak, lebih baik bermula pada saat ini kita memperhitungkan segala pekerjaan dan perbuatab yang telah kita lakukan. Kita sendirilah yang harus memulakan catatan amal kita di dunia ini dan kemudian memperhitungkan baik dan burunknya Kita sendirilah yang harus mempertimbangkan dan merencanakan dengan baik apa yang akan kita lakukan pada masa depan sehingga tidak mengulangi kesalahan yang pernah kita lakukan.
Hitung Sebelum Dihitung
Sebahagiaan orang mengharungi kehidupan ini tanpa mempedulikan apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi. Mereka akan melihat sekilas saja perbuatan atau tujuan yang tersembunyi di sebalik perbuatan itu. Cara mengharungi hidup seperti ini dapat mendatangkan kerugian dan kemalangan. Al-Quran pun menganggapnya sebagai salah satu sifat buruk yang dimiliki kaum munafik. Mereka tidak memiliki pendirian dan prinsip.
"Dan tidaklah mereka (orang munafik) memperhatikan bahasa mereka diuji sekali atau dua kali dalam setiap tahun, tetapi mereka tidak juga bertaubat dan tidak pula mengambil pelajaran."
Tokoh-tokoh pendidikan Islam sepakat tentang pentingnya introspeksi diri bagi setiap orang. Sikap ini sesuai dengan tabiat Islam san juga bentuk aplikasi daripada sabda Nabi SAW:
"Hitunglah dirimu sebelum dihitung, dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang."
(Riwayat at-Tirmidzi)
Baginda SAW juga bersabda:
"Orang cerdas adalah yang mampu menahan diri dan berbuat untuk kehidupan sesudah mati, sedangkan orang lemah adalah yang memperturutkan hawa nafsunya tetapi berharap dapat berjumpa dengan Allah."
(Riwayat al-Mundziri)
Sumber: Hiduplah Untuk Hari Ini karya Muhammad Al-Ghazali
PERHITUNGKAN DIRI KITA
Setiap pekerjaan yang penting pasti melibatkan pengiraan dan perancangan yang meliputi input dan output, keuntungan dan kerugian. Namun, pengiraan ini tidak berlaku bagi kehidupan manusia, kerana kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita pada masa depan.
Adakah kita pernah mengambil secarik kertas, lalu menuliskan kebaikan dan keburukan yang pernah kita lakukan atau luputkan sehingga kita tahu perincian setiap pekerjaan yang telah kita lakukan dari waktu ke waktu?
Pernahkah terlintas di fikiran untuk mencatat dalam sebuah buku khusus pelbagai kekurangan dan kelebihan daripada perilaku dan tindakan yang telah kita lakukan dan kemudian merancang untuk memperbaikinya pada masa depan?
Seandainya kita menjalani kehidupan di dunia ini secara membabi buta dan berbuat sekehendak hati tanpa mempertimbangkan akibatnya, maka kita mungkin akan bertindak melampaui batas dan melakukan kebodohan. Kita akan menyia-nyiakan hidup sebagaimana orang dungu menyia-nyiakan hartanya, atau mengabaikan masa lalu dan semua pengalamannya, atau meremehkan masa depan tanpa takut melakukan kesalahan dan dosa!
Mungkinkah kita berbuat sesuka hati kerana takin bahawa tidak ada apa-apa pembalasab yang akan kita tanggung akibat perbuatan kita tu? Jawapannya, tidak mungkin! Allah SWT memiliki malaikat yang akan mencatat setiap perbuatan yang paling remeh sekalipun. Dia juga telah menyiapkab perhitungan yang panjang dan teliti atas setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia.
"Dan diletakkanlah kitab (catatan amal) itu, lalu kau akan melihat orang yabg berdosa berasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati semua yang telah mereka kerjakan tertulis (di sana). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun."
[Surah al-Kahfi:49]
Kerana itu, sebelum menghadapi perhitungan di akhirat kelak, lebih baik bermula pada saat ini kita memperhitungkan segala pekerjaan dan perbuatab yang telah kita lakukan. Kita sendirilah yang harus memulakan catatan amal kita di dunia ini dan kemudian memperhitungkan baik dan burunknya Kita sendirilah yang harus mempertimbangkan dan merencanakan dengan baik apa yang akan kita lakukan pada masa depan sehingga tidak mengulangi kesalahan yang pernah kita lakukan.
Hitung Sebelum Dihitung
Sebahagiaan orang mengharungi kehidupan ini tanpa mempedulikan apa yang sudah, sedang, dan akan terjadi. Mereka akan melihat sekilas saja perbuatan atau tujuan yang tersembunyi di sebalik perbuatan itu. Cara mengharungi hidup seperti ini dapat mendatangkan kerugian dan kemalangan. Al-Quran pun menganggapnya sebagai salah satu sifat buruk yang dimiliki kaum munafik. Mereka tidak memiliki pendirian dan prinsip.
"Dan tidaklah mereka (orang munafik) memperhatikan bahasa mereka diuji sekali atau dua kali dalam setiap tahun, tetapi mereka tidak juga bertaubat dan tidak pula mengambil pelajaran."
Tokoh-tokoh pendidikan Islam sepakat tentang pentingnya introspeksi diri bagi setiap orang. Sikap ini sesuai dengan tabiat Islam san juga bentuk aplikasi daripada sabda Nabi SAW:
"Hitunglah dirimu sebelum dihitung, dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang."
(Riwayat at-Tirmidzi)
Baginda SAW juga bersabda:
"Orang cerdas adalah yang mampu menahan diri dan berbuat untuk kehidupan sesudah mati, sedangkan orang lemah adalah yang memperturutkan hawa nafsunya tetapi berharap dapat berjumpa dengan Allah."
(Riwayat al-Mundziri)
Sumber: Hiduplah Untuk Hari Ini karya Muhammad Al-Ghazali