1. Sosok Gajah Mada
Selain menjadi pahlawan karena mencetuskan Sumpah Palapa yg menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapait, Gajah Madapun menjadi seorang patih atau penasihat dari Raja Majapait yang terbilang masih belia yaitu Raja Hayam Wuruk, yang saat itu sudah umuran harus menikah. Karena eksistensi Majapait melanglang buana yamasa rajanya jomblo? Di carilah putri-putri raja se-Nusantara, sosok mereka di lukis untuk nantinya di pilih oleh Hayam Wuruk.
2. Sosok wanita yang terpilih
Saat itu Hayam Wuruk sangat sulit menentukan pilihan, ribuan gulungan lukisan putri kerajaan dia tolak. Hingga pada gulungan yang terakhir hatinya sedikit mencair. Ia pun terkesima pada sosok wanita tersebut dan ingin memperistrinya. Wanita yang dipilih adalah putri Citraresmi dari kerajaan Padjajaran di tanah Sunda. Nama hitsnya adalah putri Dyah Pitaloka anak dari Raja Linggabuana yang saat itu menjadi raja Padjajaran. Saat mengetahui ia akan diperistri ia sedikit berat hati karena Majapait sendiri merupakan kerjaan yang memiliki konflik dengan kerajaan Padjajaran. Citraresmi di gambarkan sebagai wanita yang sangat cantik, pintar, dan menyayangi rakyatnya.
3. Pertengkaran Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Gajah Mada tidak menyetujui Hayam Wuruk memilih Citraresmi, karena berasal dari Padjajaran karna menjadi satu-satunya kerajaan yang tidak tunduk pada Sumpah Palapa. Dia menyebutkan bahwa bisa saja Padjajaran merebut eksistensi Majapait saat itu. Tapi Hayam Wuruk tetap pada pendiriannya, ia terlanjur mencintai Citraresmi dan menganggap pernikahan akan menjadi jalan keluar pergolakan antara Majapait dan Padjajaran. Akhirnya Gajah Mada menyetujui asalkan pihak wanita yang harus datang ke Majapait
4. Persiapan Panganten Padjajaran
Raja Linggabuana sempat geram dengan permintaan pihak lelaki. Mengapa pihak perempuan yang harus mendatangi calon pengantin laki-laki. Dimana harga diri anaknya dan harga diri kerajaan Padjajaran. Namun amarahnya diredakan oleh adiknya Bunisora. Akhirnya seluruh persiapan pun dikerjakan, Citraresmi saat itu sangat penasaran dengan sosok Hayam Wuruk namun ia juga berat hati untuk meninggalkan tanah Padjajaran yang berpusat di Kawali. Citraresmi yang masih berumur 17 tahun dihibur oleh adik kesayangannya yaitu Wastu Kencana yg berusia dibawah 10 tahun.
5. Arak-arakan menuju Majapait
Arak-arakan pengantin pergi melalui jalur laut. Saat itu Wastu Kencana tidak diajak dan di jaga oleh Bunisora yang menggantikan posisi Raja Linggabuana yang pergi ke Majapait. Hingga sampailah mereka di Palagan Bubat, disana Gajah Mada sudah menanti mereka, menyuruh beberapa patih dari Padjajaran untuk menemui dirinya terlebih dahulu. Disinilah Gajah Mada mengatakan bahwa Citraresmi akan di jadikan upeti (persembahan) sebagai tanda bahwa kerajaan Padjajaran akan tunduk berada di bawah kekuasaan Majapait. Patih Padjajaran merasa terhina, karena seharusnya pernikahan ini menjadi penghubung jalan damai karena Padjajaran tetap tidak setuju untuk bergabung di bawah Sumpah Palapa. Maka pihak Padjajaran pun menyatakan perang sebagai bentuk mempertahankan citra Padjajaran
6. Keadaan Keraton Majapait
Saat itu Hayam Wuruk sangat menantikan kedatangan calon istrinya, di keraton sudah siap dan ramai oleh tamu-tamu undangan se-Nusantara. Ia sedikitpun tidak curiga saat Gajah Mada melarangnya menjemput arak-arakan pengantin dan menyuruh ia menunggu di keraton. Ia tidak tahu bahwa Gajah Mada akan mengatakan Citraresmi dijadikan persembahan. Sampai akhirnya raja dari Dewata Bali mengatakan bahwa terjadi perang di Palagan Bubat, Hayam Wuruk pun segera menyusul kesana dengan perasaan tidak tenang.
7. Kedaan di Palagan Bubat.
Perangpun terjadi, seluruh pasukan pertahanan menjaga anggota kerajaan yaitu Raja Linggabuana, Permaisyuri, terutama Citraresmi. Padjajaran kalah dalam jumlah pasukan, semuanya terkepung, banyak prajurit maupun dayang yang gugur karena mempertahankan barisan anggota kerajaan. Linggabuana sebagai rajapun ikut turun tangan tak lupa permaisyurinya yang membantu di belakang. Sementara Citraresmi masih terjaga oleh para dayang yang me
Selain menjadi pahlawan karena mencetuskan Sumpah Palapa yg menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapait, Gajah Madapun menjadi seorang patih atau penasihat dari Raja Majapait yang terbilang masih belia yaitu Raja Hayam Wuruk, yang saat itu sudah umuran harus menikah. Karena eksistensi Majapait melanglang buana yamasa rajanya jomblo? Di carilah putri-putri raja se-Nusantara, sosok mereka di lukis untuk nantinya di pilih oleh Hayam Wuruk.
2. Sosok wanita yang terpilih
Saat itu Hayam Wuruk sangat sulit menentukan pilihan, ribuan gulungan lukisan putri kerajaan dia tolak. Hingga pada gulungan yang terakhir hatinya sedikit mencair. Ia pun terkesima pada sosok wanita tersebut dan ingin memperistrinya. Wanita yang dipilih adalah putri Citraresmi dari kerajaan Padjajaran di tanah Sunda. Nama hitsnya adalah putri Dyah Pitaloka anak dari Raja Linggabuana yang saat itu menjadi raja Padjajaran. Saat mengetahui ia akan diperistri ia sedikit berat hati karena Majapait sendiri merupakan kerjaan yang memiliki konflik dengan kerajaan Padjajaran. Citraresmi di gambarkan sebagai wanita yang sangat cantik, pintar, dan menyayangi rakyatnya.
3. Pertengkaran Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Gajah Mada tidak menyetujui Hayam Wuruk memilih Citraresmi, karena berasal dari Padjajaran karna menjadi satu-satunya kerajaan yang tidak tunduk pada Sumpah Palapa. Dia menyebutkan bahwa bisa saja Padjajaran merebut eksistensi Majapait saat itu. Tapi Hayam Wuruk tetap pada pendiriannya, ia terlanjur mencintai Citraresmi dan menganggap pernikahan akan menjadi jalan keluar pergolakan antara Majapait dan Padjajaran. Akhirnya Gajah Mada menyetujui asalkan pihak wanita yang harus datang ke Majapait
4. Persiapan Panganten Padjajaran
Raja Linggabuana sempat geram dengan permintaan pihak lelaki. Mengapa pihak perempuan yang harus mendatangi calon pengantin laki-laki. Dimana harga diri anaknya dan harga diri kerajaan Padjajaran. Namun amarahnya diredakan oleh adiknya Bunisora. Akhirnya seluruh persiapan pun dikerjakan, Citraresmi saat itu sangat penasaran dengan sosok Hayam Wuruk namun ia juga berat hati untuk meninggalkan tanah Padjajaran yang berpusat di Kawali. Citraresmi yang masih berumur 17 tahun dihibur oleh adik kesayangannya yaitu Wastu Kencana yg berusia dibawah 10 tahun.
5. Arak-arakan menuju Majapait
Arak-arakan pengantin pergi melalui jalur laut. Saat itu Wastu Kencana tidak diajak dan di jaga oleh Bunisora yang menggantikan posisi Raja Linggabuana yang pergi ke Majapait. Hingga sampailah mereka di Palagan Bubat, disana Gajah Mada sudah menanti mereka, menyuruh beberapa patih dari Padjajaran untuk menemui dirinya terlebih dahulu. Disinilah Gajah Mada mengatakan bahwa Citraresmi akan di jadikan upeti (persembahan) sebagai tanda bahwa kerajaan Padjajaran akan tunduk berada di bawah kekuasaan Majapait. Patih Padjajaran merasa terhina, karena seharusnya pernikahan ini menjadi penghubung jalan damai karena Padjajaran tetap tidak setuju untuk bergabung di bawah Sumpah Palapa. Maka pihak Padjajaran pun menyatakan perang sebagai bentuk mempertahankan citra Padjajaran
6. Keadaan Keraton Majapait
Saat itu Hayam Wuruk sangat menantikan kedatangan calon istrinya, di keraton sudah siap dan ramai oleh tamu-tamu undangan se-Nusantara. Ia sedikitpun tidak curiga saat Gajah Mada melarangnya menjemput arak-arakan pengantin dan menyuruh ia menunggu di keraton. Ia tidak tahu bahwa Gajah Mada akan mengatakan Citraresmi dijadikan persembahan. Sampai akhirnya raja dari Dewata Bali mengatakan bahwa terjadi perang di Palagan Bubat, Hayam Wuruk pun segera menyusul kesana dengan perasaan tidak tenang.
7. Kedaan di Palagan Bubat.
Perangpun terjadi, seluruh pasukan pertahanan menjaga anggota kerajaan yaitu Raja Linggabuana, Permaisyuri, terutama Citraresmi. Padjajaran kalah dalam jumlah pasukan, semuanya terkepung, banyak prajurit maupun dayang yang gugur karena mempertahankan barisan anggota kerajaan. Linggabuana sebagai rajapun ikut turun tangan tak lupa permaisyurinya yang membantu di belakang. Sementara Citraresmi masih terjaga oleh para dayang yang me