ᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠ
ᅠᅠᅠᅠ PROLOG: Bandung, 2011.
Pagi yang hangat di kota Bandung, kicauan burung yang menemani embun pagi. Gadis itu mengambil tas jinjing nya, tak lupa kunci dengan gantungan doraemon yang sudah usang. Sapa nya melayang kepada siapapun yang berpapasan dengan nya, “Selamat pagi!” Ucap nya ceria.
Sambil terus menelusuri jalan menuju sekolah, gadis itu bersenandung ria. Tanpa ia sadari ada yang mengikuti langkah nya dari belakang, ia menghela nafas malas. Harapnya cuma satu, tidak muluk-muluk, gadis itu berharap agar Tuhan berikan ia hari yang tenang. Tanpa kejutan dan rengutan. Itu saja, dengan amin paling serius.
“Pagi cantik.”
Oh, tidak. Rupanya Tuhan tidak mengiyakan doa nya pada hari ini.
Ia tahu itu suara milik siapa, dengan malas ia membalas ucapan pagi tersebut. Yang dibelakang hanya merengut kesal, sapaan pagi nya dibalas seperti itu. “Pulang nanti kamu luang?” Tanya nya.
Lihat kan, pemuda dengan gaya rambut yang menurutnya aneh itu sudah berada disamping nya, dengan senyuman konyol yang membuat siapapun melihat nya kesal. “Selalu luang, tapi kalau kamu memintaku untuk menemanimu jalan-jalan mengelilingi Bandung, aku sibuk.” Jawab nya sedikit ketus.
“Kenapa begitu?” Pemuda yang kerap di sapa Hajime mengerutkan alis.
Gadis itu hanya tertawa renyah, “Aku sudah hafal Bandung, lagipula sehabis kelas selesai aku mau mampir ke perpustakaan untuk membaca buku.”
“Hafal sama kenal itu beda, aku mau mengenalkan pemilik seblak di dekat gedung sate itu padamu. Barangkali cocok.”
Gadis itu menatap pemuda disamping nya dengan sorot mata tajam “Cocok apanya? Aku mau dijodohkan?”
“Bukan seperti itu, maksudku siapa tahu kamu berniat mencoba nya lalu suka dan kerja sambilan disana,” kekehnya mengudara, Hajime menyisir rambutnya ke sisi kanan. Gadis itu menghembuskan nafasnya berat, mengelus dada upaya bersabar menghadapi pemuda disamping nya ini.
“Tidak, aku sibuk.”
“Tunggu—”
“TETEH!!!” Terdengar teriakan dari belakang mereka, setelah sejajar jalannya, pemuda pirang itu segera mengatur nafas. “Jahat, aku ditinggal.”
“Habis kamu susah sekali untuk dibangunin nya. Salah sendiri tiap malam bergadang sampai larut.” Jawab sang gadis kepada adiknya, Seishu.
Hajime yang melihat pertingkaian ini hanya tertawa, merangkul Seishu dan berbisik “Yang sabar ya punya teteh galak.” Seishu yang mendengar itu hanya memutar bola mata malas.
Segera mereka berjalan cepat karena bel sekolah sedikit lagi berbunyi.
Saat sudah sampai, mereka pun berpisah. Hajime dengan Seishu sedang Akane sendiri menuju lorong yang berbeda, saat terburu-buru, gadis tersebut tidak sengaja menabrak pemuda di depannya. “Aduh, maaf aku terburu-buru sampai tidak melihat depanku.” Yang di tabrak hanya berbalik badan, melihat gadis itu dan bertanya. “Siapa namamu?” Tanya nya.
Gadis tersebut hanya diam kebingungan, pemuda yang melihat itu mulai jengah. “Aku tanya sekali lagi, siapa namamu?” Sontak ia menatap mata lawan bicaranya. “Ah iya, itu namaku Akane Inui.” Jawab nya dengan senyum canggung, lalu pemuda itu bertanya lagi, “Kelas berapa?” Yang dihiraukan oleh sang puan karena bel sudah berbunyi dan ia langsung lari menuju kelasnya.
Pemuda yang ditinggal hanya tersenyum kecil, menatap kepergian gadis tersebut yang sedang menuju kelas nya.
Tak ada yang menduga jika pertemuan tadi akan mengubah takdir mereka. Entah untuk kali ini, Tuhan ingin mencatat kisah penuh suka, atau luka.
┈───────────── ✦ #Candramawa.
ᅠᅠᅠᅠ PROLOG: Bandung, 2011.
Pagi yang hangat di kota Bandung, kicauan burung yang menemani embun pagi. Gadis itu mengambil tas jinjing nya, tak lupa kunci dengan gantungan doraemon yang sudah usang. Sapa nya melayang kepada siapapun yang berpapasan dengan nya, “Selamat pagi!” Ucap nya ceria.
Sambil terus menelusuri jalan menuju sekolah, gadis itu bersenandung ria. Tanpa ia sadari ada yang mengikuti langkah nya dari belakang, ia menghela nafas malas. Harapnya cuma satu, tidak muluk-muluk, gadis itu berharap agar Tuhan berikan ia hari yang tenang. Tanpa kejutan dan rengutan. Itu saja, dengan amin paling serius.
“Pagi cantik.”
Oh, tidak. Rupanya Tuhan tidak mengiyakan doa nya pada hari ini.
Ia tahu itu suara milik siapa, dengan malas ia membalas ucapan pagi tersebut. Yang dibelakang hanya merengut kesal, sapaan pagi nya dibalas seperti itu. “Pulang nanti kamu luang?” Tanya nya.
Lihat kan, pemuda dengan gaya rambut yang menurutnya aneh itu sudah berada disamping nya, dengan senyuman konyol yang membuat siapapun melihat nya kesal. “Selalu luang, tapi kalau kamu memintaku untuk menemanimu jalan-jalan mengelilingi Bandung, aku sibuk.” Jawab nya sedikit ketus.
“Kenapa begitu?” Pemuda yang kerap di sapa Hajime mengerutkan alis.
Gadis itu hanya tertawa renyah, “Aku sudah hafal Bandung, lagipula sehabis kelas selesai aku mau mampir ke perpustakaan untuk membaca buku.”
“Hafal sama kenal itu beda, aku mau mengenalkan pemilik seblak di dekat gedung sate itu padamu. Barangkali cocok.”
Gadis itu menatap pemuda disamping nya dengan sorot mata tajam “Cocok apanya? Aku mau dijodohkan?”
“Bukan seperti itu, maksudku siapa tahu kamu berniat mencoba nya lalu suka dan kerja sambilan disana,” kekehnya mengudara, Hajime menyisir rambutnya ke sisi kanan. Gadis itu menghembuskan nafasnya berat, mengelus dada upaya bersabar menghadapi pemuda disamping nya ini.
“Tidak, aku sibuk.”
“Tunggu—”
“TETEH!!!” Terdengar teriakan dari belakang mereka, setelah sejajar jalannya, pemuda pirang itu segera mengatur nafas. “Jahat, aku ditinggal.”
“Habis kamu susah sekali untuk dibangunin nya. Salah sendiri tiap malam bergadang sampai larut.” Jawab sang gadis kepada adiknya, Seishu.
Hajime yang melihat pertingkaian ini hanya tertawa, merangkul Seishu dan berbisik “Yang sabar ya punya teteh galak.” Seishu yang mendengar itu hanya memutar bola mata malas.
Segera mereka berjalan cepat karena bel sekolah sedikit lagi berbunyi.
Saat sudah sampai, mereka pun berpisah. Hajime dengan Seishu sedang Akane sendiri menuju lorong yang berbeda, saat terburu-buru, gadis tersebut tidak sengaja menabrak pemuda di depannya. “Aduh, maaf aku terburu-buru sampai tidak melihat depanku.” Yang di tabrak hanya berbalik badan, melihat gadis itu dan bertanya. “Siapa namamu?” Tanya nya.
Gadis tersebut hanya diam kebingungan, pemuda yang melihat itu mulai jengah. “Aku tanya sekali lagi, siapa namamu?” Sontak ia menatap mata lawan bicaranya. “Ah iya, itu namaku Akane Inui.” Jawab nya dengan senyum canggung, lalu pemuda itu bertanya lagi, “Kelas berapa?” Yang dihiraukan oleh sang puan karena bel sudah berbunyi dan ia langsung lari menuju kelasnya.
Pemuda yang ditinggal hanya tersenyum kecil, menatap kepergian gadis tersebut yang sedang menuju kelas nya.
Tak ada yang menduga jika pertemuan tadi akan mengubah takdir mereka. Entah untuk kali ini, Tuhan ingin mencatat kisah penuh suka, atau luka.
┈───────────── ✦ #Candramawa.