"Lembayung pagi bergoyang itik. Hai, ketemu lagi dengan gue si ganteng Bhaiq!"
Allahu Akbar.
Baru pukul sepuluh di hari Selasa. Baru memasuki Waktu Indonesia Bagian Bahagia. Baru saja radio kesayangan Padmanaba mengudara. Baru juga istirahat pertama mulai menyapa.
Namun, cuitan dari lautan twitter sudah mulai menghujat sang penyiar radio Padmanaba.
"Oke, setelah minggu kemarin lima belas menit kita galau bahas soal #MantanOrGebetan. Akhirnya setelah gue topo geni dan diskusi dengan anak Jurnalistik ... Den Baguse Ngarsonya Padmanaba iki duwe hastag anyar, #RadioBercerita. Jadi silakan suarakan suara anda sebelum bicara itu dilarang oleh negara. Ngerti? Kita mulai saja bacakan karena sudah ramai Bung dengan cuitan mesra dari fans gue."
Tiba-tiba dua kenari Bhaiq pun melebar begitu ingin membaca cuitan di layar monitor. "Wao. Blereng, gaes. Ini cuitan luar biasa. Untuk pertama kali gue kedatangan tamu luar binasa hari ini. Gila, most wanted-nya angkatan 51 ngetweet, man."
Kaka @narantaka
Dhus, gue boleh request lagu nggak, sih? Tolong nyanyiin lagu Bicara punya The Overtunes feat. Monita dong. Salamin juga, bilang kalau lagu ini buat kamu ... iya, kamu yang anak Fotografi penghuni IPA-1. @Rapadz #RadioBercerita
"Belgedes tenan koe, Bleh. Ternyata sohib gue satu ini udah mau berpaling dari Mbak tanaman padi cuy. Alhamdulillah segera hajatan," sela Bhaiq tak kalah bahagia.
Sedangkan Naka di koridor sudah ingin meremas kepala Bhaiq.
"Oke request lo diterima sama dua vokal Paduan Suara yang kali ini bertugas, Mas Dobleh. Untuk mengakhiri Rapadz alias Radio Padmanaba'z selasa kali ini. Ini lagu untuk kalian. Dan terkhusus untuk anak Fotografi penghuni IPA-1. This is for you, Bicara!"
Zia yang berada di depan mikrofon itu pun tersenyum sambil mulai berbicara sepatah kata sebelum mulai menyenandungkan suara.
"Hm, sebab di sini sepertinya saya tahu orangnya yang dimaksud itu siapa. Saya akan merangkai satu kalimat sederhana dari kutipan Rintik Sedu yang pernah saya baca. Kata. Semua orang pasti bicara. Ada yang bicara lewat bahasa, ada yang bicara lewat nada, ada yang bicara lewat rasa, dan ada juga yang bicara tanpa bicara. Dan untuk Naesha. Lagu ini mungkin menjadi mula untuk kamu dan Naka."
Cio pun mulai memetik gitar dan siap bersuara untuk bait pertama. Begitu pada ketukan nada mula. Lagu pun mengudara seantero Padmanaba.
Sudah berapa lama
Aku menunggu jawaban darimu
Sampaikah kepadamu?
Kata-kata yang kurangkaikan
Agar kau tahu perasaanku
Yang telah lama terpendam
Inilah yang kurasakan
Di lorong antara ruang kelas sebelas yang hampa. Pada suara-suara bernada bahagia. Naka menemukan gadis dengan kamera di depan netranya.
Naesha.
–Navaenra, Bab I.
#MerakitPerasaan
#Lovegaritma
Allahu Akbar.
Baru pukul sepuluh di hari Selasa. Baru memasuki Waktu Indonesia Bagian Bahagia. Baru saja radio kesayangan Padmanaba mengudara. Baru juga istirahat pertama mulai menyapa.
Namun, cuitan dari lautan twitter sudah mulai menghujat sang penyiar radio Padmanaba.
"Oke, setelah minggu kemarin lima belas menit kita galau bahas soal #MantanOrGebetan. Akhirnya setelah gue topo geni dan diskusi dengan anak Jurnalistik ... Den Baguse Ngarsonya Padmanaba iki duwe hastag anyar, #RadioBercerita. Jadi silakan suarakan suara anda sebelum bicara itu dilarang oleh negara. Ngerti? Kita mulai saja bacakan karena sudah ramai Bung dengan cuitan mesra dari fans gue."
Tiba-tiba dua kenari Bhaiq pun melebar begitu ingin membaca cuitan di layar monitor. "Wao. Blereng, gaes. Ini cuitan luar biasa. Untuk pertama kali gue kedatangan tamu luar binasa hari ini. Gila, most wanted-nya angkatan 51 ngetweet, man."
Kaka @narantaka
Dhus, gue boleh request lagu nggak, sih? Tolong nyanyiin lagu Bicara punya The Overtunes feat. Monita dong. Salamin juga, bilang kalau lagu ini buat kamu ... iya, kamu yang anak Fotografi penghuni IPA-1. @Rapadz #RadioBercerita
"Belgedes tenan koe, Bleh. Ternyata sohib gue satu ini udah mau berpaling dari Mbak tanaman padi cuy. Alhamdulillah segera hajatan," sela Bhaiq tak kalah bahagia.
Sedangkan Naka di koridor sudah ingin meremas kepala Bhaiq.
"Oke request lo diterima sama dua vokal Paduan Suara yang kali ini bertugas, Mas Dobleh. Untuk mengakhiri Rapadz alias Radio Padmanaba'z selasa kali ini. Ini lagu untuk kalian. Dan terkhusus untuk anak Fotografi penghuni IPA-1. This is for you, Bicara!"
Zia yang berada di depan mikrofon itu pun tersenyum sambil mulai berbicara sepatah kata sebelum mulai menyenandungkan suara.
"Hm, sebab di sini sepertinya saya tahu orangnya yang dimaksud itu siapa. Saya akan merangkai satu kalimat sederhana dari kutipan Rintik Sedu yang pernah saya baca. Kata. Semua orang pasti bicara. Ada yang bicara lewat bahasa, ada yang bicara lewat nada, ada yang bicara lewat rasa, dan ada juga yang bicara tanpa bicara. Dan untuk Naesha. Lagu ini mungkin menjadi mula untuk kamu dan Naka."
Cio pun mulai memetik gitar dan siap bersuara untuk bait pertama. Begitu pada ketukan nada mula. Lagu pun mengudara seantero Padmanaba.
Sudah berapa lama
Aku menunggu jawaban darimu
Sampaikah kepadamu?
Kata-kata yang kurangkaikan
Agar kau tahu perasaanku
Yang telah lama terpendam
Inilah yang kurasakan
Di lorong antara ruang kelas sebelas yang hampa. Pada suara-suara bernada bahagia. Naka menemukan gadis dengan kamera di depan netranya.
Naesha.
–Navaenra, Bab I.
#MerakitPerasaan
#Lovegaritma