Rungu semu perupa tabu yang menabuh gendang sendu pada terminasi masa lalu. Melankolis terjerembab pada denotasi rampau, mengerut parau, mengadu sarat di masa lampau. Laut tak lagi mengutuk mereka yang merutuk, berontak pada takdir yang hadir mutakhir. Mengenyam rakit terai sakit melilit atma yang berjengit sengit. Rentang hulu tak pernah risau, sebab cintanya kepada bumantara tak pernah kemarau. Pada layuh asfar dedaun, lembab malam luruh berembun. Tanpa suara dan tanpa isakan. Semua terekam jelas pada dialog hujan.
ㅤ