5. broke up
aku dan ai belakangan ini tak sering bicara, dia sibuk dengan dunianya, dan aku jelas tersingkir. menyakitkan sejujurnya, aku harus terus menerus memakluminya, dan aku harus terus memendam rindu.
kami tengah berjalan untuk kembali berpisah di halte. diam, sunyi, senyap, memang seperti itu kan harusnya? hehe.
"ai?" panggilku.
dia masih sibuk dengan ponselnya, dan segala urusan yang tidak pernah ia bagi kepadaku.
aku menghela nafas cukup keras, mungkin karena suaraku terdengar sedang kesal, ai jadi menoleh.
"maaf, aku sibuk, ada apa?"
"enggak, bukan hal penting kok." aku merindukanmu, kapan kamu berhenti fokus pada kesibukanmu?
kita kembali melanjutkan perjalanan menuju halte.
"kamu marah?"
aku hanya menggeleng sambil tersenyun, berusaha membuatnya tenang.
aku memikirkan banyak hal di halte ini, menunggu bus yang tak kunjung datang, membuatku dan pikiranku terbang melanglangbuana entah kemana.
aku mendongak, menatap ai yang jauh lebih tinggi dariku.
"ai, kita udahan aja ya? kamu sibuk, aku ga bisa terus terusan menunggu kamu, aku lelah."
kali ini ia langsung menoleh, menatapku dalam dalam,
"baiklah jika itu maumu, selamat malam, maaf membuatmu menunggu terus, sleep well"
satu yang tidak pernah dia tau, itu bukan kemauanku.