HATIMU YANG TAK LAGI MILIKKU
Kekasih,
Pada bibir rembulan yang kau pugar dengan bias bayang wajahmu, kusaksikan sebuah pendar mengecup manis keningku yang kini membekas menjadi kenang
Kau membelai wajahku
Ketika luka tidak lagi tampak malu-malu
Sedang aku menikmati bayangmu yang mengabadi dalam tembikar waktu
Kekasih,
Dalam hening di sekujur tubuh
Aku tiada lagi mampu mengukur tentang seberapa banyaknya aku tersungkur
Menantikanmu di malam penuh rapalan doa yang gugur
Dari ketinggian nun jauh di sana
Kutahu kau berjalan menitip suka
Agar kukerat bersama semburat cahaya yang kini menghunus dalam sukma
Tetapi kekasih,
Kutahu bahwa segalanya haruslah beranjak
Ketika kau ingin aku tuk bijak
Bahwa betapapun kencangnya aku berteriak
Kau akan tetap bergerak; meniadakan jejak.
@CatatanSenjaa
Kekasih,
Pada bibir rembulan yang kau pugar dengan bias bayang wajahmu, kusaksikan sebuah pendar mengecup manis keningku yang kini membekas menjadi kenang
Kau membelai wajahku
Ketika luka tidak lagi tampak malu-malu
Sedang aku menikmati bayangmu yang mengabadi dalam tembikar waktu
Kekasih,
Dalam hening di sekujur tubuh
Aku tiada lagi mampu mengukur tentang seberapa banyaknya aku tersungkur
Menantikanmu di malam penuh rapalan doa yang gugur
Dari ketinggian nun jauh di sana
Kutahu kau berjalan menitip suka
Agar kukerat bersama semburat cahaya yang kini menghunus dalam sukma
Tetapi kekasih,
Kutahu bahwa segalanya haruslah beranjak
Ketika kau ingin aku tuk bijak
Bahwa betapapun kencangnya aku berteriak
Kau akan tetap bergerak; meniadakan jejak.
@CatatanSenjaa