γ…€β˜… 𝗒𝗖!π—₯𝗣 . 𝓑eincarnation Λ–


Channel's geo and language: not specified, not specified
Category: not specified


γ…€γ…€γ…€ γ…€( OC!RP // based 2000 )

slow update - fictional story.
sc : https://secreto.site/20365817
another : https://t.me/Bioloegy
contact me : t.me/DestinialRobot

Related channels

Channel's geo and language
not specified, not specified
Category
not specified
Statistics
Posts filter




─────────────────────

"Yes Professor?" Jawab Jeanne cepat.

"No, forget it." Destiny menyela cepat, lalu kembali memandang senja didepannya.

Dengan itu, Destiny memejamkan matanya dan terlarut dengan pikiran kosongnya.

~%~

"Hello Destiny." Ujar seseorang yang Destiny tidak ketahui.

"Who's there?" Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi untuk mengetahui siapakah yang memanggilnya.

"Γ¦ - Karina, your ( Γ¦ ) AI."

Destiny mengernyitkan keningnya, pasalnya ia tidak tahu bahwa AI benar-benar nyata.

"AI? But how? And why? I have an A-"

"No need to be too curious for this Destiny, I'm your mirror and the reflection of your memories." Ucap Γ¦ yang mengaku sebagai AI Destiny.

"Reflection of my memories? what do you me-"

"Look behind you."

Tanpa ragu Destiny menoleh ke belakang, melihat diri sendirinya tetapi dengan wujud animasi.

"Why do I have an AI?"

"You repeated the same question again."

"I haven-"

Lagi-lagi ucapannya terpotong, rupanya ia terbangun dari mimpinya. Tetapi, apakah itu benar-benar mimpi? Ah sudahlah Destiny sungguh bingung.

"Professor, are you okay?" Tanya Jeanne yang sedang kebingungan dengan keadaan Destiny yang sedang merasa pusing yang mendominasi.

"Γ¦ - Karina..."

"AI? Karina? Maksudnya?" Jeanne sedang bingung dengan Destiny yang bergumam tidak jelas.

"Reflections of my memories?"

─────────────────────


─────────────────────

Oh ayolah kalian tau kalau insting Destiny tajam, maka itu Destiny berputar dengan pelan sembari membiarkan Iris Atlasnya menge-scan ruangan tersebut.

Pip pip pip!

Iris Atlasnya berbunyi. Menandakan bahwa ada kamera tersembunyi terletak di ujung ruangan.

Destiny mendekat ke sisi ujung ruangan, mengambil kamera kecil itu dan menghancurkan kamera tersebut dengan tangannya.

*Seperti beginikah sampai mereka ingin tau apa yang aku tengah diskusikan? Cih menjijikan.* Batin Destiny lalu beranjak kembali ke tempat duduknya dan terduduk di kursinya.

~%~

Tidak ada yang mengisi pikiran Destiny sekarang, Destiny merasa hampa. Tidak ada tertawaan, senyuman ataupun candaan yang ingin sekali ia dengar.

Professor Destiny kini sedang duduk di ruangan pribadi miliknya yang berada di lantai 157 Burj khalifa menatap senja yang menenangkan dirinya.

Tok tok tok..

"Professor?"

Jeanne memanggilnya, tetapi Destiny tidak menghiraukan panggilan Jeanne sama sekali.

Menghela nafas pasrah, Jeanne mendekat ke arah Destiny dan berdiri di belakangnya.

"Destiny, nama yang cantik. Yang artinya takdir, takdir untuk seseorang yang bisa menjadi senjamu." Ujar Jeanne, Destiny mengulas senyuman tipis saat Jeanne mengatakan satu kalimat tersebut.

Tidak kunjung membuka mulut untuk membalas perkataannya, Jeanne mengeluarkan sisir berwarna perak lalu menyisir surai panjang hitam milik Destiny.

Destiny diam membeku karena mengingat skenario yang pernah terjadi pada 18 tahun yang lalu, dimana seseorang yang begitu dia cintai dahulu menyisir surainya ketika senja muncul.

"Jeanne..?"

─────────────────────


ΛƒΜ΅α΄—Λ‚Μ΅. Kira-kira seperti ini, tetapi hanya menutupi mata kirinya.


γ…€γ…€ γ…€ γ…€ C 𝐑 α΄€ 𝘱 π•₯ e r Β³
π“Ž†π“Ž†π“Ž†
𝓒pying me?
─────────────────────

"Assalamualaikum." Ujar Professor Destiny kepada semua yang berada di ruang meeting gedung Γ†inc.

Semua yang berada di ruang meeting gedung Γ†inc berdiri dan menunduk 45Β° kepada Destiny.

Destiny hanya membalas mereka semua dengan mengangguk pelan lalu terduduk di kursi utama di ruangan tersebut.

Oh jangan lupa, Kursi yang Destiny duduki itu melayang, ya melayang. Tidak perlu diherankan lagi dengan Destiny, ialah yang merancang mayoritas properti Γ†inc. Hebat bukan?

Selama meeting ini, Professor yang satu-satunya perempuan ini hanya memadang dengan muka datar saat Professor lainnya berkata,

"Saya yakin, Cyborg ciptaan Professor Altalune akan berbahaya, tidakkah itu sudah jelas? Cyborg ciptaan dia sungguh persis dengan replika seseorang yang saya pernah lihat, tetapi lupa. Ciptaan ini sedikit gila."

Mendengus nafasnya menahan kesal, Professor Destiny membalas opini Professor tersebut.

"Anda punya hak untuk mengatur saya? Anda saja tidak bisa memprediksi masa depan, mengapa langsung berkata seperti itu? Dengan simple, saya bisa turunkan posisi anda jika anda mengatakannya sekali lagi." Sembari melipat tangannya.

Professor yang mendengarkan perkataan Professor perempuan ini meneguk ludahnya dan meremang, kata-kata Professor Destiny cukup menusuk karena dia tidak ingin diturunkan dari posisi yang dia tempati sekarang.

Asa dan Jeanne yang menyaksikannya hanya menggelangkan kepalanya pelan melihat kelakuan Professor yang tidak ingin dibentak atau diperintahkan.

"Tunggu sebentar, ada yang sedikit mencurigakan disini." Ucap Destiny lalu berdiri dari posisi duduk.

Semua yang berada diruangan itu menatap Destiny dengan bingung, termasuk Asa dan Jeanne. Prof Destiny menekan tombol kecil yang berada di Hands-Freenya, lalu Hands-free tersebut berubah menjadi semacam kacamata hologram yang disebut dengan, Iris Atlas.

─────────────────────


Video is unavailable for watching
Show in Telegram
γ…€γ…€γ…€ γ…€ who is
Γ¦ - π“šarina?
─────────────────────
#π—€π—¨π—œπ—£π—˜π—₯ Γ— #Ξ›π—Ÿπ—§π—”π—Ÿπ—¨π—‘Ξž




𝓝anite: cairan kimia yang dapat mematikan Robot ataupun Cyborg dengan cepat.

𝘿ST-461 : Cyborg yang diciptakan, dirancang dan disempurnakan oleh Prof. Destiny Altalune.


ΛƒΜ΅α΄—Λ‚Μ΅. Mari saya jelaskan 2 hal yang mungkin kalian tidak mengerti di plot ini.


─────────────────────

Merasa moodnya semakin senang karena panggilan dari teman-temannya, Destiny keluar dari ruangan Pribadi miliknya.

"Good morning Professor."
Sahut tangan kanannya.

"Good morning aswell Jeanne, that was the best night that you made." Kekeh Destiny pelan.

"Ehm, okay lanjut saja." Lalu mereka berdua pergi menuju gedung Γ†inc yang berada di sebelah gedung Burj Khalifa.

Baik ku akui Professor ini sedikit gila dan keren, pasalnya Γ†inc ini memiliki 3 gedung di negara yang berbeda. Paris, Seoul dan Dubai.

"Jeanne, dimana anda menyimpan Nanite itu? Apakah semua kunci Death Ray itu dikunci dengan identitas mu?" Tanya Destiny kepada Jeanne.

"Benar Professor, semua identitas Death Ray itu dikunci dengan identitas saya dan juga anda. Jangan cemas karena ruangan yang kami pakai untuk menyimpan Nanite itu memiliki pertahanan yang sangat amat tinggi." Jeanne menjawab.

"Maupun tinggi atau tidak, saya yakin selama ini ada yang membuntuti saya. Ingin mencuri identitas saya untuk membuka semua pertahanan ruangan dan kapsul itu. Jeanne? Pastikan semua yang anda lakukan benar, karena jika tidak maka DST-461 akan berada dalam bahaya." Parau Destiny lalu berjalan lebih cepat dari Jeanne.

"Dalam... Bahaya?"

Professor perempuan ini hanya membalikan tubuhnya, lalu menatap mata Jeanne datar.

"Saya tidak bisa terlalu mempercayai siapapun sekarang Jeanne. Bisa saja salah satu Professor disini ingin properti saya, bahkan saya tidak bisa terlalu mempercayai Asa ataupun anda." Ujar Destiny lalu berjalan pergi dari Jeanne.

─────────────────────

𝓓estiny


─────────────────────

Drrt... Drrt..

Terdengar suara deringan dari ponsel sang Professor di pagi hari, Professor berumur 28 tahun ini sedang menyiapkan pakaiannya untuk meeting yang akan dilaksanakan pada pagi jam 10.00 GST.

Destiny hanya tersenyum melihat nama kontak yang tertera di ponselnya, "Lil sis πŸ’˜". Professor itu mengangkat panggilan dari adik kandungnya.

"eonni? eonniiii ~?" Suara yang begitu lembut dari ponselnya membuat Professor yang tengah mengganti busananya langsung menoleh dan tersenyum lebar.

"Hey Vio, bagaimana hari-harimu?"

"Aku baik-baik saja, kalau kam- DESTINYYYYYY!!!!" Professor ini hanya menggelengkan kepalanya dan mendengus geli mendengarkan teman Viola berteriak memanggil namanya, sepertinya teman-temannya yang berada di Seoul sangat merindukan sosok Professor ini.

"Yura, Lorraine apa kabar kalian?"

"Elah suara lo baku amat, kebiasaan sama bahasa Professor" Yura mendecih.

"Ahaha maaf aku sudah terbiasa seperti ini."

"Kek Google Translate" Pada saat ini Destiny hanya menggelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan.

"Iya iya, aku hanya memiliki 30 menit sebelum meeting dilaksanakan. Sebaiknya kita harus berbincang sekarang karena kedepannya aku akan lebih sibuk."

Senyuman Viola langsung memudar ketika mendengar kalimat yang barusan kakak kandungnya ucapkan.

Pasalnya Ia sangat berharap kakaknya akan kembali, rupanya tidak mungkin dalam waktu yang dekat.

Professor ini hanya mengernyitkan kening ketika adiknya tidak bersuara, Destiny mengetahui mengapa dia seperti itu.

"Vio, Yura, Lorraine. Aku akan datang ke Seoul dalam 2 minggu, hopefully."

". . . YEYYYYYYYY!!!!!" Mereka bertiga tampak berteriak senang , lagi-lagi Destiny hanya terkekeh pelan lalu mengibas rambutnya dan menatap dirinya dikaca closet yang sangat amat besar.

"Haha baiklah, panggil aku jika kalian kangen tapi tidak sekarang, see you all later."

"Baibaiii" Ucap mereka semua lalu panggilannya terputus.

─────────────────────


─────────────────────

Musik mengiringi dansa mereka, Jeanne memegang kedua tangan Destiny. Senyuman yang barusan Destiny beri membuat hati Jeanne terluluh seketika karena itu senyuman yang jarang ditunjukan ke banyak orang.

"Jeanne? Jeanne?" Destiny melambaikan tangannya di depan muka Jeanne.

"Ah ya, mendekatlah Professor." Titahnya

Sang Professor pun mendekat, dan sedikit tersentak saat Jeanne merangkul pinggangnya dengan tangan kanannya.

Destiny menaruh kedua tangannya dibahu Jeanne, Jeanne menatap mata atasannya lalu mengiringi dansa mereka.

"Disney music? I haven't heard it for a while." Kata Destiny.

"Well now you hear it." Ucap Jeanne yang tetap menggerakan kakinya dan mengsinkronisasi pergerakan mereka.

Jeanne yang terus menatap Destiny terkadang terlalu fokus sampai lainnya menjadi blur karena melihat Destiny yang menari dengan begitu anggun.

Sesampai lagunya hampir mencapai akhir, Jeanne sedikit mendorong Destiny ke belakang, merangkul pinggangnya dan menahan tubuh Destiny hampir terjatuh.

Kembali Jeanne menarik tubuh Destiny untuk berdiri, tampaknya muka Destiny sedikit memerah karena mukanya terlalu dekat dengan Jeanne.

"Ah ya, Selamat menikmati malamnya Professor. Kami menunggu kehadiranmu besok diruangan meeting Gedung Γ†inc." Jeanne menunduk layaknya seorang pangeran, lalu meninggalkan ruangan pribadi Destiny.

Professor itu hanya tersenyum simpul, lalu berbaring double-King size bed miliknya dan terlelap dengan mimpi indah.

─────────────────────


#π— Ξžπ—¦π—¦π—œΞžπ—₯ Γ— #Ξ›π—Ÿπ—§π—”π—Ÿπ—¨π—‘Ξž


─────────────────────

Destiny yang mendengar suara itu terkekeh pelan mendengar suara Jeanne.

"You really know me, so well." Ucap Professornya.

Jeanne yang melihat pesona atasannya pun merasa kagum, dia akui bahwa Professor ini memiliki paras yang cantik.

"Shall we dance Madam Destiny?" Jeanne mengulurkan tangannya.

"What? haha, we shall." Menerima uluran tangan Jeanne dan memberi senyuman terbaiknya kepada Jeanne.

Jeanne memetik jarinya dan ntah dari mana, musik mulai menggema di ruangan luas yang berada dilantai 157 Burj Khalifa milik Professor Destiny.

─────────────────────


─────────────────────

Lorraine, teman dekat Destiny yang sudah menganggap Professor itu sebagai kakaknya berada di cafΓ© dekat Seoul tower dengan teman-teman nya dan adik kandung Professor itu, Viola.

"Yo, gue kangen takdir banget masa." ucap Lorraine

"Hampir 2 atau 3 tahun ga ketemu kali ye, haduh dasar professor." Yura temannya Destiny menjawab.

Viola, adik kandungnya Destiny hanya diam melihat foto bersama kakak kandungnya diponsel yang sedang Ia pegang.

Terkadang Viola kesal mengapa kakaknya harus menjadi Professor terkenal, karena itu Destiny menjadi sibuk dan tidak sempat menemui adiknya selama 3 tahun.

"μ–Έλ‹ˆ, 보고 μ‹Άλ‹€."
( π“šakak, aku merindukanmu. )
Gumam adik kandung professor itu.

"Hoi vio, hoi viooooo lu tidur ye?" Tanya Yura.

"Ha ngga, cuma berhalusinasi saja." Oke mari bersetuju bahwa adiknya Professor ini cengeng tetapi tidak mau mengakuinya.

"Ya oke, lu ga minum kopi lu? itu udah dingin, lu ga minum daritadi?"

"Bentaran nanti gue minum." jawab Viola.

*%*

Suasana hati Destiny buruk, Jeanne tangan kanannya mengetahui itu bersikeras untuk membatalkan meeting yang akan dilakukan dengan professor lainnya.

Sekarang yang dilakukan Destiny hanya berendam di tub Jackuzy miliknya dan memejamkan matanya. Di samping bathtub itu terdapat kaca tipis bening dan menunjukan langsung pemandangan Sky Scraper Dubai lainnya yang begitu indah.

Dengan Aromatherapy Candle beraroma Citrus ditempatkan di sekujur ujung bath tub Jackuzynya membuat pikiran Professor berumur 28 tahun ini tenang seketika.

Air yang Ia gunakan untuk berendam ini adalah air yang ter-Infuse dengan aroma bunga Mawar Swiss, salah satu andalan Jeanne ketika atasannya merasa harinya buruk.

Okay mari mengapresiasi kepekaan Jeanne ini, Professor Destiny bahkan merasa senang dengan hal-hal yang Jeanne lakukan.

"Jeanne benar-benar tau apa yang ku suka, tch dasar." kekehnya, lalu memandang pemandangan pencakar langit lainnya di Dubai dan tersenyum tipis.

Merasa cukup setelah berendam lumayan lama, Destiny keluar dari tub, mengambil bathrobe berwarna putihnya dan memakaikan bathrobe itu ditubuhnya.

"I'm glad you liked how
I prepared your tub."


─────────────────────


γ…€γ…€ γ…€ γ…€ C 𝐑 α΄€ 𝘱 π•₯ e r Β²
π“Ž†π“Ž†π“Ž†
𝓕rustrations.
─────────────────────

Destiny hanya terdiam lalu berkata, "who is it?"

"Seseorang yang menemani masa kelam mu." Jawab orang itu.

Lagi-lagi wanita bersurai hitam ini hanya terdiam, tetapi jantungnya berdegup kencang.

"Saya tidak kenal dia siapa." Sepatah kalimat yang diucapkan Destiny.

"Kamu yakin tentang itu, Athena?"

Sekujur tubuh Professor ini langsung merinding, jantungnya berdegup kencang, tatapannya berubah menjadi tajam.

"Bagaimana anda bisa masuk diruangan Privat saya?" Terdengar kegemetaran disuara Professor Destiny.

Destiny yang merasa tak sanggup lagi menekan tombol darurat yang terletak dikalung Chanel miliknya untuk memanggil bodyguardnya kemari.

"Dengan cara ku sendiri Professor." Jawab lelaki yang masih belum 100% diketahui siapakah itu oleh Destiny.

Destiny pun hanya mengibas rambutnya, dan tepat pada waktunya, 6 bodyguard Destiny datang memegang erat dan mengunci pergerakan laki-laki yang barusan membuat Destiny gemetar itu.


"Retirez cette personne de ma vue."
( 𝓑awa dia pergi dari hadapan saya )
datarnya Professor itu.

6 Bodyguard Destiny membawa pria itu pergi, bahkan terdengar suara memberontak dari pria yang barusan ditemui Destiny.

Suara memberontak itu mulai memudar dari indra pendengaran Destiny, kedua tangannya yang memegang dadanya jatuh tergantung disebelah tubuhnya nya, bergemetar.

Bersamaan pada saat itu, Destiny terjatuh berlutut dan terisak diam-diam.

─────────────────────


Video is unavailable for watching
Show in Telegram
γ…€γ…€γ…€ γ…€ γ…€ 𝓗er feΞ±r
has been uΞ·locked.
─────────────────────
#π—€π—¨π—œπ—£π—˜π—₯ Γ— #Ξ›π—Ÿπ—§π—”π—Ÿπ—¨π—‘Ξž




─────────────────────

Sudah sekitar 1 jam 30 menit penerbangannya berlangsung, Professor Destiny mendapatkan panggilan dari teman dekatnya. Destiny tersenyum dan mengangkat panggilan tersebut.

"HEYYY DENINIIIII!!!" suara keras terdengar dari panggilannya.

"Hey lorraine, how are you?"

"I'm gooooooddddddd, how bout you?"

"As usual, nothing special."

"Wait waittt, are you on a plane?"

"Yes I am, on the way to Dubai."

"Next time pleaseee go to Seoul, me and the girls missed you so much."

"I will sometimes, catch you all later." Ucap Destiny lalu menutup panggilan dari temannya.

Dubai, 30 Maret, 6.50 GST

Professor Destiny telah sampai di Dubai, orang-orang disana menunduk hormat kepada Destiny karena siapa yang tidak tau Professor Destiny di Dubai?

Berada di Burj Khalifa, Destiny pergi menuju Labnya yang memiliki pertahanan tinggi didalam pencakar langit Burj Khalifa.

Destiny dipandang dengan hormat oleh penduduk Dubai, lalu pergilah wanita itu ke Labnya diikuti dengan Asa dan Jeanne sebagai tangan kanannya.

"Assalamualaikum." Ucap seorang rekan Destiny dari Dubai.

"Wa'ailaikumsalam." Jawabnya Destiny lalu mengulas senyuman tipisnya.

"We'll talk about this in 2 hours, I'm tired after the flight."

"Verywell."
Jawab laki-laki paruh baya itu.

"Jeanne, Asa bawalah DST-461 ke Lab dan jangan lupa simpan Nanite diruangan pertahanan tinggi." Titahnya.

"Baiklah Professor."

-%%%

Memandang Dubai dari kaca jendela Burj Khalifa, Destiny mengerjap matanya lalu mengganti busananya dengan bathrobe warna rose-gold miliknya.

"Hello Dubai, I'm back" Mengambil champagne yang sudah tersedia di Ruangan Pribadinya dan meneguk champagne itu sampai habis.

"Professor Destiny are you trying to get away from me?"

Suara yang barusan wanita itu dengar membuat Ia tercekat dan membeku ditempatnya.

─────────────────────
〰𝓓estiny


─────────────────────

Destiny kembali ke rumahnya, maksudnya rumah bukan 'penthouse'nya menggunakan mobil electric dengan sistem Nanolaser.

"Nanolaser activate, security system secured?" Tanya Destiny kepada operator mobilnya.

"Secured Madam Destiny, Manual driving?" Operatornya kembali bertanya.

"Manual Driving." Jawab Destiny.

"Verywell, Madam."

Lalu mobil itu berlaju, drngan kecepatan angin.

Sesampainya Destiny di rumah yang- termewah, ya termewah Destiny kembali terduduk disofanya dan memandangi lantai kaca rumahnya yang begitu tipis tetapi dapat menahan berat 1000 ton.

Inilah Professor Destiny, kaya, cerdas dan dikagumi oleh banyak orang bahkan di- ehm disukai banyak laki-laki diluar sana.

Sembari melepas kacamata bulatnya lalu memijat keningnya, Destiny memanggil robot asistennya.

"Nini, bring my formal clothes." Titah Destiny.

Robot setingginya datang lalu memberikan pakaian formalnya. Blazer hitam, Turtle-neck putih dan rok pendek hitam selututnya. Destiny mengambil pakaian tersebut dan kembali ke laboratoriumnya.

Apa gunanya kalau Destiny kembali ke rumah hanya untuk istirahat 30 menit? Err.. itulah Destiny, kadang wanita itu menghabiskan waktunya dengan hal yang repot.

Kembali lagi Ia sampai di Lab nya, hanya melewati rekan-rekannya yang menunduk salam kepada Destiny.

2.50 PM Paris.

Destiny menatap Jet Pribadinya yang terparkir di halaman luas dibelakang Labnya penuh dengan kendaraan mewah lainnya.

Pilot dan Co-Pilot yang akan menerbangkan Jet milik Professor Destiny itu berjalan menuju Cockpit Jetnya dan menyalakan mesin Jet tersebut.

"Off we go Dubai." Gumamnya Destiny, lalu Jet Pribadinya take off menuju Dubai.

─────────────────────

20 last posts shown.

48

subscribers
Channel statistics