[…]
Sepucuk Cinta untuk Biru
(3/3)
"Meski kita telah berbeda dunia, namun bagiku kamu tak pernah pergi, Ru. Aku masih dapat merasakan bayangmu dan segalanya tentang kamu."
~ 💙 ~
"Navy, aku mau ngomong," Biru membuka suara. Ditatapnya lekat-lekat gadis yang kini telah mengubah penampilannya. Hijab itu tampak manis membalut kepalanya. Membuat ia ingin sekali membelai kepala itu. Setidaknya, ijinkan ia memberi sentuhan terakhir.
"Biru," Navy menundukkan kepalanya. Ia tahu apa yang akan dikatakan Biru. Demi Tuhan, seketika ia ingin pendengarannya dicabut saat itu juga. Ia tak sanggup. "Ya, katakanlah,"
"Aku yakin kamu tahu bahwa ibuku tak menyukaimu, kan?"
"Ya, aku tahu," Navy masih menundukkan kepalanya. Menahan genangan air yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Bersiap-siap untuk turun tak tahu malu.
"Aku menyayangimu, Na. Benar-benar menyayangimu. Namun sejak awal memang begitu banyak perbedaan antara kita. Kamu dengan agamamu dan aku dengan agamaku. Namun kecintaanku padamu membutakanku tentang itu. Membuatku lupa, bahkan nyaris tak ada yang sama diantara kita," Biru menatap jalanan yang ramai dengan kendaraan. Mencoba menetralisir hatinya. "Kecuali satu hal,"
Navy mencoba mengangkat kepalanya. Cepat atau lambat, toh Biru juga akan meninggalkannya. "A-apa?"
"Kita sama-sama mencintai orang yang salah ; diri kita sendiri. Kamu tahu apa artinya? Tandanya kita tak seharusnya bersama, Na. Kamu sudah memutuskan untuk berhijrah yang aku sendiri tidak paham pasti apa itu. Dan aku memutuskan untuk berhenti. Aku tahu ini berat. Tapi aku harus," bola mata Biru menggelap. Tak ada lagi kebahagiaan yang terpancar. Yang ada hanya sendu lalu perlahan redup. Navy tak tahu harus berkata apa. Ia hanya meremas roknya dengan kuat. Meninggalkan bekas kusut disana.
"Iya Biru aku tahu,"
"Aku belum selesai. Kita juga--"
"SUDAH KUBILANG AKU PAHAM, RU! Aku paham jika sejak awal cinta ini semakin rumit. Aku selalu ingin menjadi sosok yang menguatkanmu, Ru. Dengan cara yang tak kamu pahami. Namun kamu masih saja sama. Kamu tak ingin berbagi rasa sakit itu. Jika memang cinta ini tak berarti, setidaknya aku tahu bahwa diriku berarti untuk dirimu. Sekali saja. Aku ingin menjadi salah satu alasan mengapa kamu tak perlu lagi risau perihal segalanya. Perihal hidupmu yang tak sebahagia sikapmu. Kamu tertawa dan tersenyum untukku. Namun tidak dengan dirimu sendiri. Aku paham, Ru.." Navy terisak. Ia sudah tak sanggup lagi. Biru sudah teramat membuatnya candu.
"Terima kasih, Navy. Seandainya kamu tahu, baik menjadi aku ataupun kamu, tidak ada yang mudah. Kita hanya bisa berusaha, Tuhan yang menentukan. Aku sudah berusaha semampuku, Na. Berbahagialah karena aku harus berhenti,"
Navy tahu. Itu adalah tatapan terlama Biru padanya. Tatapan menenangkan. Tatapan kasih dari seseorang terkasih yang tak dapat digapai. Navy tidak tahu. Lebih tepatnya tidak pernah menyadari. Bahwa tak lama setelah hari itu, Biru pergi. Benar-benar pergi.
{ #kaipocious }
Yay akhirnya kelaar !!😂😭👍 Gimana gimana? Suka gak? Sengaja aku gak bikin panjang. Biar lebih enak dibaca tapi maknanya tetep dapet. Epilog soon ya! Lupa seharusnya kan prolog dulu di awal wkwk. Tapii gapapa deh. Di epilognya aku jelasin kisah akhir Biru dan Navy. Stay tune! 💘🐇 luvya!