Prolog Pujaan Hati Mr Konkrit
" Alhamdulillah , Puan telah selamat melahirkan seorang bayi perempuan . Comel mukanya . " , kata Mak Lin dengan senyuman . Dia menyerahkan bayi itu kepada Tengku Aireen yang kelihatan lemah setelah bertarung nyawa untuk melahirkan anaknya . Bayi itu disambut dengan senyuman bahagia . Suaminya , Tuan Khairuddin turut tersenyum .
" Bang , comel kan ? " , soal Tengku Aireen sambil matanya tidak lepas memandang wajah putih kemerah-merahan itu .
" Iye sayang . Comel sangat ! Like her mother . Erm... sayang , abang minta maaf ye . "
" Minta maaf kenapa pulak , bang ? " , soal Tengku Aireen lagi seraya memandang wajah kacak suaminya yang kelihatan serba salah .
" Sebab sayang kena lahirkan anak kita di rumah dan bukan di hospital . Ab... "
" Takpe , bang . Saya faham . Lagipun , saya tahu yang keadaan dekat luar tu tak selamat , kan ? "
" Hmm... disebabkan abang , semua perkara jadi huru-hara sekarang . I'll not forgive myself if something happens to you and our daughter . I'm sorry... " , ujar Tuan Khairuddin seraya mengenggam tangan isterinya .
" Dahla tu . Now , apa nama yang kita nak bagi dekat anak kita yang cute ni ? "
" Nasha . "
" Just Nasha ? "
" Hehe... bagi abang nama tu cantik . "
" Hmm... how about , Nasha Atiqah ? "
" Bole jugak . Anyway , thank you so much sayang sebab lahirkan anak kita . Love you so much ! " , ucap Tuan Khairuddin sebelum mencium pipi isterinya . Tengku Aireen menahan malu apabila matanya terpandangkan Mak Lin , pembantu rumah mereka yang tersenyum-senyum .
" Terima kasih jugak pada Mak Lin . Kalau tak ada Mak Lin , tak lahirlah anak kami ni . Terima kasih banyak-banyak ye . " , kata Tuan Khairuddin pada Mak Lin pula . Mereka suami isteri sudah menganggap wanita itu seperti ibu mereka sendiri kerana beliau merupakan seorang yang lemah lembut , penyabar dan yang paling penting pandai memberi nasihat .
" Sama-sama . Mak Lin pun dah anggap kamu berdua ni macam anak Mak Lin sendiri dah . "
Mak Lin hanya tersenyum sambil memandang pasangan suami isteri itu . Dia berdoa agar mereka selalu dilindungi dari segalanya dan diberkati sentiasa .
" Tuan , Puan... Mak Lin pergi belakang dulu ye . Nak bersihkan barang-barang ni . Kalau ada apa-apa , panggil je . ", ujar Mak Lin . Di tangannya terdapat sebuah besen dan sehelai kain yang sudah kotor . Pasangan suami isteri itu hanya mengangguk dengan senyuman .
" Bang , kalau terjadi apa-apa pada saya , abang jaga anak kita ni baik-baik ye . ", kata Tengku Aireen tiba-tiba .
" Apa yang awak merepek ni... Kit.. "
" Abang , please ? ", pintas Tengku Aireen . Dia memandang tepat ke anak mata suaminya . Tuan Khairuddin hanya tersenyum nipis .
" Abang... "
Belum sempat dia menyambung kata-katanya , kedengaran bunyi tembakan bertalu-talu di luar banglo itu . Mereka berpandangan sesama sendiri . Tetapi tidak lama apabila Tuan Khairuddin dengan wajah cemasnya , memapah isterinya untuk bangun .
" Awak... awak kena lari . Bawa Nasha ni . Mak Lin !! Mak Lin !! ", laung Tuan Khairuddin .
Mak Lin yang baru tiba semula di ruang tamu itu turut cemas apabila mendengar bunyi tembakan . Dia membantu Tengku Aireen untuk berjalan .
" Mak Lin , tolong bawa isteri dan anak saya ni kat tempat yang selamat ye . Kalau boleh , keluar terus dari rumah ni ikut pintu belakang . Boleh kan , Mak Lin ? ", soal Tuan Khairuddin . Kelihatan wajahnya mula berpeluh . Mak Lin terus mengangguk . Dalan hatinya , tidak putus-putus berdoa . Perlahan-lahan dibantunya Tengku Aireen untuk bangun .
" Sakit... Mak Lin . Saya... tak boleh.... Sakit sangat... ", Tengku Aireen memegang bawah perutnya yang terasa sakit . Akhirnya , dia menyerahkan anaknya yang masih lena itu kepada Mak Lin .
" Mak Lin tolong bawak anak saya ni ye . Saya pergi dengan suami saya nanti . ", kata Tengku Aireen dengan suara yang lemah . Sebuah ciuman diberikan di dahi puterinya itu .
" Alhamdulillah , Puan telah selamat melahirkan seorang bayi perempuan . Comel mukanya . " , kata Mak Lin dengan senyuman . Dia menyerahkan bayi itu kepada Tengku Aireen yang kelihatan lemah setelah bertarung nyawa untuk melahirkan anaknya . Bayi itu disambut dengan senyuman bahagia . Suaminya , Tuan Khairuddin turut tersenyum .
" Bang , comel kan ? " , soal Tengku Aireen sambil matanya tidak lepas memandang wajah putih kemerah-merahan itu .
" Iye sayang . Comel sangat ! Like her mother . Erm... sayang , abang minta maaf ye . "
" Minta maaf kenapa pulak , bang ? " , soal Tengku Aireen lagi seraya memandang wajah kacak suaminya yang kelihatan serba salah .
" Sebab sayang kena lahirkan anak kita di rumah dan bukan di hospital . Ab... "
" Takpe , bang . Saya faham . Lagipun , saya tahu yang keadaan dekat luar tu tak selamat , kan ? "
" Hmm... disebabkan abang , semua perkara jadi huru-hara sekarang . I'll not forgive myself if something happens to you and our daughter . I'm sorry... " , ujar Tuan Khairuddin seraya mengenggam tangan isterinya .
" Dahla tu . Now , apa nama yang kita nak bagi dekat anak kita yang cute ni ? "
" Nasha . "
" Just Nasha ? "
" Hehe... bagi abang nama tu cantik . "
" Hmm... how about , Nasha Atiqah ? "
" Bole jugak . Anyway , thank you so much sayang sebab lahirkan anak kita . Love you so much ! " , ucap Tuan Khairuddin sebelum mencium pipi isterinya . Tengku Aireen menahan malu apabila matanya terpandangkan Mak Lin , pembantu rumah mereka yang tersenyum-senyum .
" Terima kasih jugak pada Mak Lin . Kalau tak ada Mak Lin , tak lahirlah anak kami ni . Terima kasih banyak-banyak ye . " , kata Tuan Khairuddin pada Mak Lin pula . Mereka suami isteri sudah menganggap wanita itu seperti ibu mereka sendiri kerana beliau merupakan seorang yang lemah lembut , penyabar dan yang paling penting pandai memberi nasihat .
" Sama-sama . Mak Lin pun dah anggap kamu berdua ni macam anak Mak Lin sendiri dah . "
Mak Lin hanya tersenyum sambil memandang pasangan suami isteri itu . Dia berdoa agar mereka selalu dilindungi dari segalanya dan diberkati sentiasa .
" Tuan , Puan... Mak Lin pergi belakang dulu ye . Nak bersihkan barang-barang ni . Kalau ada apa-apa , panggil je . ", ujar Mak Lin . Di tangannya terdapat sebuah besen dan sehelai kain yang sudah kotor . Pasangan suami isteri itu hanya mengangguk dengan senyuman .
" Bang , kalau terjadi apa-apa pada saya , abang jaga anak kita ni baik-baik ye . ", kata Tengku Aireen tiba-tiba .
" Apa yang awak merepek ni... Kit.. "
" Abang , please ? ", pintas Tengku Aireen . Dia memandang tepat ke anak mata suaminya . Tuan Khairuddin hanya tersenyum nipis .
" Abang... "
Belum sempat dia menyambung kata-katanya , kedengaran bunyi tembakan bertalu-talu di luar banglo itu . Mereka berpandangan sesama sendiri . Tetapi tidak lama apabila Tuan Khairuddin dengan wajah cemasnya , memapah isterinya untuk bangun .
" Awak... awak kena lari . Bawa Nasha ni . Mak Lin !! Mak Lin !! ", laung Tuan Khairuddin .
Mak Lin yang baru tiba semula di ruang tamu itu turut cemas apabila mendengar bunyi tembakan . Dia membantu Tengku Aireen untuk berjalan .
" Mak Lin , tolong bawa isteri dan anak saya ni kat tempat yang selamat ye . Kalau boleh , keluar terus dari rumah ni ikut pintu belakang . Boleh kan , Mak Lin ? ", soal Tuan Khairuddin . Kelihatan wajahnya mula berpeluh . Mak Lin terus mengangguk . Dalan hatinya , tidak putus-putus berdoa . Perlahan-lahan dibantunya Tengku Aireen untuk bangun .
" Sakit... Mak Lin . Saya... tak boleh.... Sakit sangat... ", Tengku Aireen memegang bawah perutnya yang terasa sakit . Akhirnya , dia menyerahkan anaknya yang masih lena itu kepada Mak Lin .
" Mak Lin tolong bawak anak saya ni ye . Saya pergi dengan suami saya nanti . ", kata Tengku Aireen dengan suara yang lemah . Sebuah ciuman diberikan di dahi puterinya itu .