Asmaragama kehilangan makna. “Aku tak hendak berpaling. Kutebus rasa ingin. Untuk penghabisan kali, teguh kukatakan. Kepadamu akan bersilat janji, satu cintaku tak terbagi.”
Siti Sendari tercenung dalam menung menghitung dunung, menemu sangkan sekaligus paran. “Kepada siapa kau membilang bujang?”
Abimanyu meradang ajal, kuasa beringsut. “Kepada harapan. Kepada hari depan. Kepada pewaris zaman.” Siti Sendari diam, mencengkeram batin kelam, tenggelam dalam dalam. Meraba gemetar pada kening lebam Abimanyu. Gagap membau darah beku, menatap luka nganga.
Langit gelap, hari hampir malam, senjakala rela melepaskan. Hanya ada satu tanya: adakah hari depan di tangan perselingkuhan indah dan kebohongan menyenangkan?
Yogya, 2014
—sekarkedhaton
#CORETANPENA
Siti Sendari tercenung dalam menung menghitung dunung, menemu sangkan sekaligus paran. “Kepada siapa kau membilang bujang?”
Abimanyu meradang ajal, kuasa beringsut. “Kepada harapan. Kepada hari depan. Kepada pewaris zaman.” Siti Sendari diam, mencengkeram batin kelam, tenggelam dalam dalam. Meraba gemetar pada kening lebam Abimanyu. Gagap membau darah beku, menatap luka nganga.
Langit gelap, hari hampir malam, senjakala rela melepaskan. Hanya ada satu tanya: adakah hari depan di tangan perselingkuhan indah dan kebohongan menyenangkan?
Yogya, 2014
—sekarkedhaton
#CORETANPENA