Udara sejuk pagi hari menerpa bagian tubuhku yang sama sekali tak tertutupi selembar kain hangat yang dari semalam ku kenakan. Teringat pada kenyataan saat ini, aku kembali berharap bahwa aku akan mendapat notifikasi darimu. Kembali berharap bahwa kamu akan kembali, memberiku kejutan dengan mengirimiku pesan seperti yang biasa kamu lakukan atau mungkin membangunkanku tidak lupa dengan di sertai panggilan khas darimu melalui salah satu aplikasi untuk berkomunikasi jarak jauh yang kumiliki.
Lalu kita akan menjalani hari seperti sebelumnya, saling berbagi kisah keseharian, saling bergurau tidak lupa dengan beberapa kalimat ejekan yang memang sering aku dan kamu lontarkan sebagai ungkapan sayang di antara kita. Apakah kamu ingin tahu seberapa banyak aku merindukanmu? Sungguh, aku tidak ingin berbohong bahwa aku sungguh merindukanmu.
Aku merindukan kata kata gombal darimu yang sama sekali tak terdengar menggelikan, kata kata yang kamu ambil dari beberapa ayat yang berada di Kitab Suci kepercayaan kita. Merindukan semua sikapmu, merindukan sebuah pelukan atau kecupan virtual yang selalu kamu berikan sekedar untuk menerbitkan senyuman di wajahku yang sudah pasti tak bisa kamu lihat secara langsung. Ah .. Aku bahkan merindukan nyanyian beriringan dengan petikan gitar atau ukulele milikmu yang kamu rekam khusus untukku. Aku merindukan segala tentangmu, sangat.
Tak bisakah kamu kembali? Aku akan sangat berterima kasih jika kamu kembali nanti. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang selama ini kusimpan di hatiku untukmu, saling berbagi sebuah pelukan sederhana yang hangat, memberikan senyuman terbaik milikku yang mungkin akan dapat kamu lihat secara langsung. Hai sayang, apakah kamu tidak merindukanku? Apakah sudah saatnya aku melepas kepergianmu yang di sebabkan oleh kebodohanku di waktu yang lalu? Baiklah jika itu maumu, aku tidak akan melupakanmu sampai kapanpun. Aku sangat mencintaimu, ayam jelek kesayanganku.
Lalu kita akan menjalani hari seperti sebelumnya, saling berbagi kisah keseharian, saling bergurau tidak lupa dengan beberapa kalimat ejekan yang memang sering aku dan kamu lontarkan sebagai ungkapan sayang di antara kita. Apakah kamu ingin tahu seberapa banyak aku merindukanmu? Sungguh, aku tidak ingin berbohong bahwa aku sungguh merindukanmu.
Aku merindukan kata kata gombal darimu yang sama sekali tak terdengar menggelikan, kata kata yang kamu ambil dari beberapa ayat yang berada di Kitab Suci kepercayaan kita. Merindukan semua sikapmu, merindukan sebuah pelukan atau kecupan virtual yang selalu kamu berikan sekedar untuk menerbitkan senyuman di wajahku yang sudah pasti tak bisa kamu lihat secara langsung. Ah .. Aku bahkan merindukan nyanyian beriringan dengan petikan gitar atau ukulele milikmu yang kamu rekam khusus untukku. Aku merindukan segala tentangmu, sangat.
Tak bisakah kamu kembali? Aku akan sangat berterima kasih jika kamu kembali nanti. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang selama ini kusimpan di hatiku untukmu, saling berbagi sebuah pelukan sederhana yang hangat, memberikan senyuman terbaik milikku yang mungkin akan dapat kamu lihat secara langsung. Hai sayang, apakah kamu tidak merindukanku? Apakah sudah saatnya aku melepas kepergianmu yang di sebabkan oleh kebodohanku di waktu yang lalu? Baiklah jika itu maumu, aku tidak akan melupakanmu sampai kapanpun. Aku sangat mencintaimu, ayam jelek kesayanganku.