k hadits, setelah itu belajar ilmu ushul agar mengeti dan tahu bagaimana cara melakukan istimbath hukum. Lah ini belum punya ilmu yang mumpuni, lalu kok tiba-tiba bilang semua orang salah, yang benar cuma saya seorang. Waduh, minum dimana mabok dimana nih orang. . .
Bukan Salaf Tapi Taklid Kepada Ulama Dengan Sistem Tebang Pilih
Dan dalam kenyatanyaannya, sebenarnya yang mereka lakukan pada hakikatnya hanyalah sekedar bertaklid buta kepada tokoh yang mereka anggap sebagai ulama. Namun sayangnya, ketika mereka bilang ikut para ulama, ternyata dengan cara tebang pilih. Kalau ada ulama yang sekiranya punya pendapat cocok dengan 'selera' mereka, maka pendapatnya itu diikuti bagaikan wahyu yang turun dari langit, sambil mencaci maki semua ulama yang lain.
Ulama yang pandangannya agak berbeda dengan pendapat mereka, maka tanpa ampun lagi ulama itupun dicaci maki, bahkan dikatakan bodoh, tidak mengerti agama, bahlul dan kadang dianggap keluar dari agama. Padahal ulama yang mereka caci maki itu justru hidupnya di masa salaf, masa yang mereka bangga-banggakan sebagai masa yang paling suci dan murni. La haula wala quwwata illa billah.
Jadi mereka sih memang ikut pendapat ulama, tetapi hanya terbatas pada ulama yang pendapatnya sesuai dengan selera mereka sendiri saja. Kalau pendapat seorang ulama ternyata tidak sesuai dengan selera, pendapat ulama itu pun dibuang jauh-jauh.
Lucunya, seringkali dalam beberapa pendapat, si ulama yang ditaklidi ini ternyata punya pendapat yang tidak sesuai dengan 'selera' mereka, maka tulisan para ulama ini pun disembunyikan. Kalau perlu, mereka bisa cetak kitabnya, tetapi materi yang sekiranya kurang sesuai dengan 'selera' mereka pun bisa dihapus.
Maka kita menemukan begitu banyak kitab para ulama dicetak dan beredar, tetapi isinya sudah diputar-balik sedemikian rupa, sehingga seolah-olah penulisnya itu 100% cocok dengan 'selera' mereka. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kitmanul-haq, atau setidaknya sebuah pengkhianatan. Dalam istilah ilmu hadits, namanya tadlis.
Sesama Tokoh Salaf Pun Tidak Sepakat
Fakta di lapangan yang sering kita temukan, ternyata pendapat para tokoh yang mengaku salaf ini tidak selamanya sejalan, banyak sekali perbedaan pendapat yang pecah di tengah mereka. Padahal semuanya adalah icon dan tokoh salaf. Jadi meski sudah sama-sama berpaham salaf, tetapi ternyata mereka pun berbeda pendapat juga. Lucunya, sesama mereka pun banyak saling hujat, saling caci dan saling memaki, khususnya di alam maya.
Murid-murid yang kemarin sore baru belajar pun ketularan penyakit yang sama. Tidak tahu urusan, yang penting kasih komen dimana-mana, sambil menghina, mencaci, menghujat.
Kasihan juga murid-muridnya, sudah terlanjur disuruh membenci segala yang bukan berbau 'salaf', ternyata sesama orang yagn mengaku 'salaf' sendiri pun tidak akur juga.
Lucunya, kalau fakta ini diajukan kepada mereka, jawab mereka bahwa kita harus menerima kalau para ulama berbeda pendapat. Tetapi kalau yang berbeda pendapat ulama di luar wilayah mereka, tetap saja mereka perangi.
Semoga Allah SWT menurunkan rahmat, hidayah serta ilmu-Nya yang diberkahi kepada kita semua, agar tidak mudah mencaci maki orang, khususnya para ulama dan ilmu-ilmu yang telah mereka wariskan kepada kita. Dan semoga kita bisa menjadi murid-murid yang santun, shalih, beradab, berakhlaq mulia, serta tidak merasa paling pintar sendirian.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat,Lc,.MA
Bukan Salaf Tapi Taklid Kepada Ulama Dengan Sistem Tebang Pilih
Dan dalam kenyatanyaannya, sebenarnya yang mereka lakukan pada hakikatnya hanyalah sekedar bertaklid buta kepada tokoh yang mereka anggap sebagai ulama. Namun sayangnya, ketika mereka bilang ikut para ulama, ternyata dengan cara tebang pilih. Kalau ada ulama yang sekiranya punya pendapat cocok dengan 'selera' mereka, maka pendapatnya itu diikuti bagaikan wahyu yang turun dari langit, sambil mencaci maki semua ulama yang lain.
Ulama yang pandangannya agak berbeda dengan pendapat mereka, maka tanpa ampun lagi ulama itupun dicaci maki, bahkan dikatakan bodoh, tidak mengerti agama, bahlul dan kadang dianggap keluar dari agama. Padahal ulama yang mereka caci maki itu justru hidupnya di masa salaf, masa yang mereka bangga-banggakan sebagai masa yang paling suci dan murni. La haula wala quwwata illa billah.
Jadi mereka sih memang ikut pendapat ulama, tetapi hanya terbatas pada ulama yang pendapatnya sesuai dengan selera mereka sendiri saja. Kalau pendapat seorang ulama ternyata tidak sesuai dengan selera, pendapat ulama itu pun dibuang jauh-jauh.
Lucunya, seringkali dalam beberapa pendapat, si ulama yang ditaklidi ini ternyata punya pendapat yang tidak sesuai dengan 'selera' mereka, maka tulisan para ulama ini pun disembunyikan. Kalau perlu, mereka bisa cetak kitabnya, tetapi materi yang sekiranya kurang sesuai dengan 'selera' mereka pun bisa dihapus.
Maka kita menemukan begitu banyak kitab para ulama dicetak dan beredar, tetapi isinya sudah diputar-balik sedemikian rupa, sehingga seolah-olah penulisnya itu 100% cocok dengan 'selera' mereka. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kitmanul-haq, atau setidaknya sebuah pengkhianatan. Dalam istilah ilmu hadits, namanya tadlis.
Sesama Tokoh Salaf Pun Tidak Sepakat
Fakta di lapangan yang sering kita temukan, ternyata pendapat para tokoh yang mengaku salaf ini tidak selamanya sejalan, banyak sekali perbedaan pendapat yang pecah di tengah mereka. Padahal semuanya adalah icon dan tokoh salaf. Jadi meski sudah sama-sama berpaham salaf, tetapi ternyata mereka pun berbeda pendapat juga. Lucunya, sesama mereka pun banyak saling hujat, saling caci dan saling memaki, khususnya di alam maya.
Murid-murid yang kemarin sore baru belajar pun ketularan penyakit yang sama. Tidak tahu urusan, yang penting kasih komen dimana-mana, sambil menghina, mencaci, menghujat.
Kasihan juga murid-muridnya, sudah terlanjur disuruh membenci segala yang bukan berbau 'salaf', ternyata sesama orang yagn mengaku 'salaf' sendiri pun tidak akur juga.
Lucunya, kalau fakta ini diajukan kepada mereka, jawab mereka bahwa kita harus menerima kalau para ulama berbeda pendapat. Tetapi kalau yang berbeda pendapat ulama di luar wilayah mereka, tetap saja mereka perangi.
Semoga Allah SWT menurunkan rahmat, hidayah serta ilmu-Nya yang diberkahi kepada kita semua, agar tidak mudah mencaci maki orang, khususnya para ulama dan ilmu-ilmu yang telah mereka wariskan kepada kita. Dan semoga kita bisa menjadi murid-murid yang santun, shalih, beradab, berakhlaq mulia, serta tidak merasa paling pintar sendirian.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat,Lc,.MA