Forward from: @
abaya sejak tahun 2005.Mengaji sejak KecilSejak kecil mengaji pada Madrasah Al-Khairiyah sampai tahun 1955.
Pendidikannya kemudian berlanjut dengan belajar kepada Habib Abdul qadir Bilfagih di Pondok Pesantren Darul Hadist Malang sampai 1958.Pada 1958, dia kembali ke Surabaya dan menetap di Jln. Ketapang Adiguno. Di lingkungan Ampel ini, ia belajar fiqih dan nahwu sharaf kepada Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf, salah seorang ulamaterkemuka Surabaya yang tinggal di kawasan Kapasan. Menurutnya, Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf adalah ulama yang alim, ahli fiqih setaraf dengan mufti, pemberi fatwa.“Orang-orang tertentu yang mengenal dia mengetahui kebesaran dan keilmuan Habib Muhammad bin Ahmad Asseqqaf.
Banyak ulama yang menanyakan masalah-masalahfiqih kepadanya. Kalau ada masalah yang tidak dapat dipecahkan, larinya ke Habib Muhammad,” kata Habib Husein mengomentari gurunya itu.Menurut Habib Husein, Habib Muhammad adalah orang yang sangatsederhana. Namun di balik kesederhanaannya itu tersimpan mahkota ilmu yang luas. Habib Muhammad pernah bercerita kepadanya, ”Andai kata ada masalah fiqih, saya bisa memberi fatwa dengan empat madzab dengan dalil dan ilat-nya,” demikian Habib Husein menirukan perkataan Habib Muhammad.Di majelis taklim Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf inilah, banyak juga ulama seangkatannya yang belajar kepada sang habib, seperti Habib Abdurrahman bin Seggaf Asseqqaf, Habib Hamid bin Seggaf, Habib Alwi Al- Hasani, dan lain-lain. “Saya termasuk yang paling muda waktu itu,” katanya.
Banyak hal yang menarik dari sosok Habib Muhammad Asseqqaf. Diantaranya, dia dikenal sebagai ulama yang tawadhu’. “Meskipun, dari yang hadir, dia didebat, Habib Muhammad tidak marah.Yang dikatakan, ‘Kau salah. Tidak percaya? Coba kau rujuk lagi’. Setelah seminggu datang untuk dirujuk, betul apa yang dikatakan Habib Muhammad. Sekalipun dibantah, ia tidak pernah marah-marah,” demikian kesan Habib Husein terhadap gurunya.
Selepas dari kota Surabaya, ia pindah ke kota Gresik tahun 1972 dan menikah di kota itu. Kini dia dikaruniai 12 anak, tiga putra dan sembilan putri. Di kota Gresik inilah ia mempelajari tasawuf kepada Habib Ali bin Abubakar bin Muhammad Asseqqaf. Setiap hari, ia mengaji kitab Ihya Ulumuddin dengan tekun. ”Inti-inti ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT itu dipelajari dari ilmu-ilmu tasawuf,” katanya.Akhir 1982, Habib Ali bin Ahmad Assegaf, yang meneruskan tradisi mengajar di Majelis Taklim Abubakar bin Muhammad Asseqqaf, mengatakan, ”Husein, siapa di antara kita yang mati dulu harus mengawasi anak-anak. Jadi, seumpama saya mati dulu, Habib Ali yang mengawasi anak saya. Begitu pula jika Habib Ali mati dulu, sayalah yang mengawasi anak-anaknya.”Selepas Habib Ali meninggal, Habib Husein mulai mengajar taklim di majelis ini sampai sekarang. Dan yang saat ini ia kerjakan di majelis taklim hanya meneruskan apa yang sudah dilakukan oleh Habib Abubakar. ”Saya hanya melanjutkan.”Kini, setiap pagi ia mengajar kitab Ihya Ulumuddin secara rutin di majelis taklim. Tidak hanya itu, dia juga mengajar taklim di majelis-majelisyang ada di sekitar rumahnya.
Semoga Allah SWT berikan keberkahan umur panjang sehat rezeki halal berkah segala hajat terkabul kepada beliauSemoga kita bisa silaturahmi dengan beliauYang silaturahmi duluan titip salam dari guru saya keluarga saya dan saya sendiri Aamiin“ Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan NabiBesar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”آمين
رب فانفعنا ببركته واهدنا الحسنى بحرمته
Pendidikannya kemudian berlanjut dengan belajar kepada Habib Abdul qadir Bilfagih di Pondok Pesantren Darul Hadist Malang sampai 1958.Pada 1958, dia kembali ke Surabaya dan menetap di Jln. Ketapang Adiguno. Di lingkungan Ampel ini, ia belajar fiqih dan nahwu sharaf kepada Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf, salah seorang ulamaterkemuka Surabaya yang tinggal di kawasan Kapasan. Menurutnya, Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf adalah ulama yang alim, ahli fiqih setaraf dengan mufti, pemberi fatwa.“Orang-orang tertentu yang mengenal dia mengetahui kebesaran dan keilmuan Habib Muhammad bin Ahmad Asseqqaf.
Banyak ulama yang menanyakan masalah-masalahfiqih kepadanya. Kalau ada masalah yang tidak dapat dipecahkan, larinya ke Habib Muhammad,” kata Habib Husein mengomentari gurunya itu.Menurut Habib Husein, Habib Muhammad adalah orang yang sangatsederhana. Namun di balik kesederhanaannya itu tersimpan mahkota ilmu yang luas. Habib Muhammad pernah bercerita kepadanya, ”Andai kata ada masalah fiqih, saya bisa memberi fatwa dengan empat madzab dengan dalil dan ilat-nya,” demikian Habib Husein menirukan perkataan Habib Muhammad.Di majelis taklim Habib Muhammad bin Ahmad Assegaf inilah, banyak juga ulama seangkatannya yang belajar kepada sang habib, seperti Habib Abdurrahman bin Seggaf Asseqqaf, Habib Hamid bin Seggaf, Habib Alwi Al- Hasani, dan lain-lain. “Saya termasuk yang paling muda waktu itu,” katanya.
Banyak hal yang menarik dari sosok Habib Muhammad Asseqqaf. Diantaranya, dia dikenal sebagai ulama yang tawadhu’. “Meskipun, dari yang hadir, dia didebat, Habib Muhammad tidak marah.Yang dikatakan, ‘Kau salah. Tidak percaya? Coba kau rujuk lagi’. Setelah seminggu datang untuk dirujuk, betul apa yang dikatakan Habib Muhammad. Sekalipun dibantah, ia tidak pernah marah-marah,” demikian kesan Habib Husein terhadap gurunya.
Selepas dari kota Surabaya, ia pindah ke kota Gresik tahun 1972 dan menikah di kota itu. Kini dia dikaruniai 12 anak, tiga putra dan sembilan putri. Di kota Gresik inilah ia mempelajari tasawuf kepada Habib Ali bin Abubakar bin Muhammad Asseqqaf. Setiap hari, ia mengaji kitab Ihya Ulumuddin dengan tekun. ”Inti-inti ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT itu dipelajari dari ilmu-ilmu tasawuf,” katanya.Akhir 1982, Habib Ali bin Ahmad Assegaf, yang meneruskan tradisi mengajar di Majelis Taklim Abubakar bin Muhammad Asseqqaf, mengatakan, ”Husein, siapa di antara kita yang mati dulu harus mengawasi anak-anak. Jadi, seumpama saya mati dulu, Habib Ali yang mengawasi anak saya. Begitu pula jika Habib Ali mati dulu, sayalah yang mengawasi anak-anaknya.”Selepas Habib Ali meninggal, Habib Husein mulai mengajar taklim di majelis ini sampai sekarang. Dan yang saat ini ia kerjakan di majelis taklim hanya meneruskan apa yang sudah dilakukan oleh Habib Abubakar. ”Saya hanya melanjutkan.”Kini, setiap pagi ia mengajar kitab Ihya Ulumuddin secara rutin di majelis taklim. Tidak hanya itu, dia juga mengajar taklim di majelis-majelisyang ada di sekitar rumahnya.
Semoga Allah SWT berikan keberkahan umur panjang sehat rezeki halal berkah segala hajat terkabul kepada beliauSemoga kita bisa silaturahmi dengan beliauYang silaturahmi duluan titip salam dari guru saya keluarga saya dan saya sendiri Aamiin“ Ya Allah, limpahkanlah shalawat serta salam kepada junjungan NabiBesar Muhammad, sang cahaya-Mu yang selalu bersinar dan pemberian-Mu yang tak kunjung putus, dan kumpulkanlah aku dengan Rasulullah di setiap zaman, serta shalawat untuk keluarganya dan sahabatnya, wahai Sang Cahaya.”آمين
رب فانفعنا ببركته واهدنا الحسنى بحرمته