Ini cerita dari Jëndralno Son Vandenberg, anak Adam yang lahir di Negara Indonesia, tepatnya di Jakarta, 23 April tahun 2006. Yang punya cita cita mau jadi panglima tempur, waktu di tanya ayahnya kenapa mau jadi panglima tempur jawabanya; supaya bisa seganteng Dilan dan dapat perempuan secantik Milea, juga di gemari oleh Susi. Aneh memang, tapi nyata. Sebenarnya ia memiliki cita cita lain, cita cita yang sebenarnya ia inginkan adalah menjadi novelis atau pemain musik, ia begitu menyukai diksi dan jua alunan melodi musik. Terlebih musiknya dari Dewa 19, Sheila on 7, Nadin Amizah, Feby Putri, The Weekend, The 1975, .Feast, Hindia, Iwan Fals, Amigdala dan Guns N' Roses. Sekiranya itu lah para pemusik yang sangat ia idam idamkan.
Dulu, saat masih menjadi murid di Sekolah Menengah Pertama, ia ingin melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas. Tetapi semesta berkata lain, ia harus melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Kejuruan, masuk ke jurusan yang di pilihkan oleh kedua orang tuanya membuat Jën sedikit merasa kecewa dan ragu. Tapi setelah satu tahun usai ternyata jurusan yang di pilihkan oleh kedua orangtuanya tak seburuk yang ia kira, tidak begitu rumit tapi rumit banget. Walaupun merasa sedikit kecewa dan ragu, Jën tetap menjalankan sekolahnya dengan riang gembira, terlebih dia begitu mudah beradaptasi dan bergaul, membuatnya dengan mudah untuk mendapatkan teman, entah itu teman seangkatannya atau kakak tingkatnya.
Jurusan yang di pilihkan oleh kedua orangtuanya adalah jurusan Teknik Elektronika, sangat jauh dari jurusan yang ia idam idamkan, jurusan Bahasa. Dulu ia ingin sekali masuk jurusan bahasa karena ia begitu tertarik dengan buku novel, di ingatkan kembali, pada bait di atas ia bercita-cita ingin menjadi novelis. Ia sangat menyukai Pramoedya Ananta Toer, Boy Candra, Tere Liye, J. K. Rowling, Pidi Baiq dan Sapardi Djoko Damono. Meskipun Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga, tapi Jën begitu menyukai beliau, terlebih puisi puisinya yang menggunakan kata kata sederhana.
Dulu, saat masih menjadi murid di Sekolah Menengah Pertama, ia ingin melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas. Tetapi semesta berkata lain, ia harus melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Kejuruan, masuk ke jurusan yang di pilihkan oleh kedua orang tuanya membuat Jën sedikit merasa kecewa dan ragu. Tapi setelah satu tahun usai ternyata jurusan yang di pilihkan oleh kedua orangtuanya tak seburuk yang ia kira, tidak begitu rumit tapi rumit banget. Walaupun merasa sedikit kecewa dan ragu, Jën tetap menjalankan sekolahnya dengan riang gembira, terlebih dia begitu mudah beradaptasi dan bergaul, membuatnya dengan mudah untuk mendapatkan teman, entah itu teman seangkatannya atau kakak tingkatnya.
Jurusan yang di pilihkan oleh kedua orangtuanya adalah jurusan Teknik Elektronika, sangat jauh dari jurusan yang ia idam idamkan, jurusan Bahasa. Dulu ia ingin sekali masuk jurusan bahasa karena ia begitu tertarik dengan buku novel, di ingatkan kembali, pada bait di atas ia bercita-cita ingin menjadi novelis. Ia sangat menyukai Pramoedya Ananta Toer, Boy Candra, Tere Liye, J. K. Rowling, Pidi Baiq dan Sapardi Djoko Damono. Meskipun Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga, tapi Jën begitu menyukai beliau, terlebih puisi puisinya yang menggunakan kata kata sederhana.