Jagalah Olehmu ini!
Dalam satu penggalan hadits, setelah Rasulullah menjelaskan perkara-perkara yang bisa menghantarkan masuk ke dalam surga dan bisa menjauhkan dari neraka, kepada salah seorang shahabatnya, Rasulullah menutup sabdanya dengan ucapan,
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ
Artinya,
Maukah kukabarkan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?
Shahabat yang mendengarnya pun menjawab, "Tentu wahai Rasulullah"
Maka Rasulullah menjawabnya seraya memegang lisannya,
« كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا »
Artinya,
"Jagalah olehmu ini"
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Pembaca, setiap jiwa pasti menginginkan ketenangan dan kenikmatan, baik di dunia maupun di akhirat, namun seorang mukmin yang hakiki pastilah lebih memilih kenikmatan yang kekal dan abadi, yaitu dimasukkan ke dalam surganya Allah subhanahu wa ta'ala dan diselamatkan dari nerakanya
Ingin selamat dari kesengsaraan? Selamatkanlah yang satu ini, yaitu lisan. Dalam suatu hadits, pernah ditanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Apakah manusia akan disiksa dengan sebab apa yang kita apa yang diucapkan?
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab,
« ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ »
"Ibumu kehilanganmu! (kalimat yang dipakai agar lawan bicara memperhatikan kalimat setelahnya) tidaklah manusia akan disungkurkankan di atas wajah-wajah mereka atau hidung hidung mereka melainkan dengan sebab lisan-lisan ucapan mereka". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Mengapa Islam sangat memperhatikan tentang perkara lisan? Ini dikarenakan, apabila seseorang tidak menjaganya, maka akan terjadi kerusuhan dan kekacauan yang sangat besar, sebagaimana pepatah mengatakan: "dua mulutmu adalah harimaumu". Bahkan Yahya Bin Abi Katsir menyatakan, "Seorang yang melakukan namimah atau adu domba itu dapat merusak di waktu sesaat, apa yang tidak bisa dirusak oleh tukang sihir selama setahun" (Lihat Fathul Majid cetakan Muassasatur Rayyan hal. 253)
Setelah kita mengetahui bahayanya lisan apabila disalahgunakan, maka hendaknya kita berupaya untuk mencari jalan selamat untuk lisan ini, agar apa yang kita ucapkan itu berfaidah, berpahala dan dapat menyelamatkan kita dari kebinasaan, atau minimalnya tidak menimbulkan kerusakan dan permusuhan.
Di antara amalan yang dapat memberikan pahala bagi lisan adalah:
Pertama: berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta'ala, Allah berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Artinya,
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat: 33)
Kedua: bertasbih dan bertahmid yaitu ucapan subhanallah dan walhamdulillah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ مْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاَوَاتِ وَاْلأَرْضِ
Kesucian itu sebagian dari iman, “Alhamdulillah” memberatkan timbangan, “Subhanallah walhamdulillah” bisa memenuhi seisi langit dan bumi" (HR. Muslim dari shahabat Abu Malik al Harits bin Hasyim radhiyallahuanhu)
Tentunya masih banyak amalan lainnya yang tidak dapat kita muat di dalam tulisan singkat ini, namun setidaknya semoga kita dapat sedikit faidah dari apa yang telah kita baca, aamiin. (Bm)
Telegram
https://t.me/mahadriyadhuljannahbogor
#nasehat
Posting ulang oleh :
https://t.me/AlmanshurohBanjar
Dalam satu penggalan hadits, setelah Rasulullah menjelaskan perkara-perkara yang bisa menghantarkan masuk ke dalam surga dan bisa menjauhkan dari neraka, kepada salah seorang shahabatnya, Rasulullah menutup sabdanya dengan ucapan,
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ
Artinya,
Maukah kukabarkan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?
Shahabat yang mendengarnya pun menjawab, "Tentu wahai Rasulullah"
Maka Rasulullah menjawabnya seraya memegang lisannya,
« كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا »
Artinya,
"Jagalah olehmu ini"
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Pembaca, setiap jiwa pasti menginginkan ketenangan dan kenikmatan, baik di dunia maupun di akhirat, namun seorang mukmin yang hakiki pastilah lebih memilih kenikmatan yang kekal dan abadi, yaitu dimasukkan ke dalam surganya Allah subhanahu wa ta'ala dan diselamatkan dari nerakanya
Ingin selamat dari kesengsaraan? Selamatkanlah yang satu ini, yaitu lisan. Dalam suatu hadits, pernah ditanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, "Apakah manusia akan disiksa dengan sebab apa yang kita apa yang diucapkan?
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab,
« ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ »
"Ibumu kehilanganmu! (kalimat yang dipakai agar lawan bicara memperhatikan kalimat setelahnya) tidaklah manusia akan disungkurkankan di atas wajah-wajah mereka atau hidung hidung mereka melainkan dengan sebab lisan-lisan ucapan mereka". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Mengapa Islam sangat memperhatikan tentang perkara lisan? Ini dikarenakan, apabila seseorang tidak menjaganya, maka akan terjadi kerusuhan dan kekacauan yang sangat besar, sebagaimana pepatah mengatakan: "dua mulutmu adalah harimaumu". Bahkan Yahya Bin Abi Katsir menyatakan, "Seorang yang melakukan namimah atau adu domba itu dapat merusak di waktu sesaat, apa yang tidak bisa dirusak oleh tukang sihir selama setahun" (Lihat Fathul Majid cetakan Muassasatur Rayyan hal. 253)
Setelah kita mengetahui bahayanya lisan apabila disalahgunakan, maka hendaknya kita berupaya untuk mencari jalan selamat untuk lisan ini, agar apa yang kita ucapkan itu berfaidah, berpahala dan dapat menyelamatkan kita dari kebinasaan, atau minimalnya tidak menimbulkan kerusakan dan permusuhan.
Di antara amalan yang dapat memberikan pahala bagi lisan adalah:
Pertama: berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta'ala, Allah berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Artinya,
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushilat: 33)
Kedua: bertasbih dan bertahmid yaitu ucapan subhanallah dan walhamdulillah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ مْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاَوَاتِ وَاْلأَرْضِ
Kesucian itu sebagian dari iman, “Alhamdulillah” memberatkan timbangan, “Subhanallah walhamdulillah” bisa memenuhi seisi langit dan bumi" (HR. Muslim dari shahabat Abu Malik al Harits bin Hasyim radhiyallahuanhu)
Tentunya masih banyak amalan lainnya yang tidak dapat kita muat di dalam tulisan singkat ini, namun setidaknya semoga kita dapat sedikit faidah dari apa yang telah kita baca, aamiin. (Bm)
Telegram
https://t.me/mahadriyadhuljannahbogor
#nasehat
Posting ulang oleh :
https://t.me/AlmanshurohBanjar