Репост из: BØWAS SQ
ㅤㅤ𝕿erukir indah, sejarah 𝗬𝗼𝗴𝘆𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮. Aksa dari asrar, berdirilah sebuah buana jalanan. Konon kitab Sansekerta berkumandang laung menggema, 𝗠𝗮𝗹𝗶—𝗼𝗯𝗼𝗿𝗼 adalah bentuk perwujudan rona sahaja dari wali yang merapah. Diapit oleh dua loka utama, mahligai Margo Mulyo dan Utomo dikisahkan sebagai konsep Sangkan Paraning Dumadi, atau perjalanan manusia dari lahir hingga kembali kepada Widiwasa. A destination to heal, a place to rest. Dalem ingkang sayektos, dalem istimewa pilihan sedaya priyantun.
ㅤㅤ𝕾angkan Paraning Dumadi, prinsip indah buana memiliki bahul-bahul utama yang tak lain lagi panggung 𝗞𝗿𝗮𝗽𝘆𝗮𝗸-𝗞𝗲𝗿𝗮𝘁𝗼𝗻 𝗬𝗼𝗴𝘆𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮—𝗧𝘂𝗴𝘂 𝗝𝗼𝗴𝗷𝗮. Diawang penglihatan, panggung Krapyak-Keraton melambangkan sangkaning dumadi, atau merampah manusia sejak lahir, dewasa, sangkil memiliki anak atau keluarga. Di lain sisi kertas ukiran, Tugu perkasa besar menuju keraton yang melalui buana Malioboro, melambangkan merampahnya manusia menuju akhir hayatnya.
"𝘕𝘨𝘭𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘢𝘭𝘢, 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢
ㅤㅤ𝘯𝘨𝘢𝘴𝘰𝘳𝘢𝘬𝘦, 𝘴𝘦𝘬𝘵𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘢𝘫𝘪-𝘢𝘫𝘪, 𝘴𝘶𝘨𝘪𝘩
ㅤㅤ𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘩𝘢𝘯𝘥𝘢." ucap Bapak.
ㅤㅤ𝕾uara melaung gema, menciptakan distraksi besar. Penjuru buana terkesima, petuah pitarah dengan rona sujana sahaja menuturkan katanya dengan penuh jatmika. Berjuang tanpa membawa massa, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kaya tanpa didasari harta. — Recorder VII feat #𝐌𝐀𝐋𝐈𝐍𝐅𝐎.
ㅤㅤ𝕸alioboro sebagai buana jalanan yang penuh makna filosofis akan rumah besar keluarga, tempat bertemu sua, jejak memori suka duka yang fiat. 𝗠𝗮𝗹𝗶—𝗼𝗯𝗼𝗿𝗼 menyimpan banyak loka kisah dan sejarah kalis kama, memantik siapa saja yang melaluinya untuk merenungi kehidupan yang sujana, penuh dersik bena. Malioboro ajeng dados papan paling nyaman kagem sedaya. 𝗠𝗮𝗹𝗶𝗼𝗯𝗼𝗿𝗼 siap maringaken kehangatan, berbagi criyos lan gujeng. Malioboro inggih punika griya induk kagem sadayaning penghuninipun.
ㅤㅤ𝕾angkan Paraning Dumadi, prinsip indah buana memiliki bahul-bahul utama yang tak lain lagi panggung 𝗞𝗿𝗮𝗽𝘆𝗮𝗸-𝗞𝗲𝗿𝗮𝘁𝗼𝗻 𝗬𝗼𝗴𝘆𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮—𝗧𝘂𝗴𝘂 𝗝𝗼𝗴𝗷𝗮. Diawang penglihatan, panggung Krapyak-Keraton melambangkan sangkaning dumadi, atau merampah manusia sejak lahir, dewasa, sangkil memiliki anak atau keluarga. Di lain sisi kertas ukiran, Tugu perkasa besar menuju keraton yang melalui buana Malioboro, melambangkan merampahnya manusia menuju akhir hayatnya.
"𝘕𝘨𝘭𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘢𝘭𝘢, 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢
ㅤㅤ𝘯𝘨𝘢𝘴𝘰𝘳𝘢𝘬𝘦, 𝘴𝘦𝘬𝘵𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘢𝘫𝘪-𝘢𝘫𝘪, 𝘴𝘶𝘨𝘪𝘩
ㅤㅤ𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘣𝘩𝘢𝘯𝘥𝘢." ucap Bapak.
ㅤㅤ𝕾uara melaung gema, menciptakan distraksi besar. Penjuru buana terkesima, petuah pitarah dengan rona sujana sahaja menuturkan katanya dengan penuh jatmika. Berjuang tanpa membawa massa, menang tanpa merendahkan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kaya tanpa didasari harta. — Recorder VII feat #𝐌𝐀𝐋𝐈𝐍𝐅𝐎.
ㅤㅤ𝕸alioboro sebagai buana jalanan yang penuh makna filosofis akan rumah besar keluarga, tempat bertemu sua, jejak memori suka duka yang fiat. 𝗠𝗮𝗹𝗶—𝗼𝗯𝗼𝗿𝗼 menyimpan banyak loka kisah dan sejarah kalis kama, memantik siapa saja yang melaluinya untuk merenungi kehidupan yang sujana, penuh dersik bena. Malioboro ajeng dados papan paling nyaman kagem sedaya. 𝗠𝗮𝗹𝗶𝗼𝗯𝗼𝗿𝗼 siap maringaken kehangatan, berbagi criyos lan gujeng. Malioboro inggih punika griya induk kagem sadayaning penghuninipun.