□○diary`s○□
Saya izin bercerita mengenai toxic relationship yang saya alami sendiri, boleh? bismillah terlebih dahulu. Btw, ada beberapa unsur rl namun jika ingin mengetahui ceritanya silahkan dibaca dan jika tidak ingin mengetahui ceritanya boleh di skip.
Pertama, saya seorang pelajar kelas 2 SMK yang sedang dekat dengan seorang kakak kelas dimana kelas 3 SMK. Kalian tau betul bahwa SMK ada Praktik Kerja Lapangan (PKL)? yap, saya minta tolong kepada kakak kelas ini, sebut saja si A. Demi apapun saya berani sumpah tidak ada sifat memaksa untuk mengantarkan saya ke perusahaan nanti saya melaksanakan praktik. Kemudian, si A ini menyetujui untuk mengantarkan saya. Kalian juga berfikir tidak ada prasangka buruk kepada si A bukan? yap, sama dengan saya. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, saya menghampiri si A dan kebetulan bareng dengan teman saya dan pacarnya. Saat lampu merah, ada sebuah mobil klakson sangat heboh. Siapa yang tidak kesal mendengar klakson yang jelas jelas lampu merah? saya ngomel sendiri 'ah kampungan udah tau lampu merah, masih aja klakson' dan respon si A adalah 'bisa diem ga? bacot banget lo' sakit? banget. Lalu, saya lihat si A ini mengepal tangannya dan mukanya memerah btw saya lihat dari spion motornya. Selama perjalan, si A bercerita kepada saya bahwa tidak ada perempuan yang bertahan dengan dia karena dia main fisik. Sesampainya di perusahaan saya praktik, dia merokok otomatis saya menegurnya untuk mematikan rokoknya karena saya takut nama saya dipandang buruk oleh orang lain tapi respon si A adalah 'lo siapa ngatur ngatur? mau gue tampar?' yap, saya diam dan nunduk. Setelah saya menyerahkan surat kepada pihak perusahaan, kami balik ke rumah masing-masing btw si A anterin aku balik dulu. Sampai depan rumahku, kami tos seperti biasa dan aku mendapatkan bonus sebuah tamparan dari dia. Bagaimana rasa tamparannya? Bisa kalian bayangkan ujung bibir berdarah bagaimana rasanya?.
Kedua, beberapa bulan setelah itu saya menceritakan hal ini kepada teman dekat saya yaitu seorang siswa sekolah sebelah sebut saja si B. Si B benar-benar mencari sosial media si A dan membuat si A minta maaf sejadi-jadinya kepada saya. Saya berterimakasih sangat kepada B, dia seolah-olah adalah saudara saya jadi si A takut dengan si B. Si A minta maaf kepada saya kok ditambah iming-iming 'yuk foto, biar si B yakin kita akur' walaupun sebelumnya saya berdebat dengan si A terlebih dahulu. Dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman sekelas saya yang menjaga saya dari si A, kenapa begitu? karna teman-teman saya melindungi saya dari si A.
Dua pesan dari saya, yang pertama untuk kaum laki-laki apa kalian tega menyakiti perempuan? dan bagaimana jika perempuan yang kalian sakiti adalah ibu kalian? yang kedua untuk kaum wanita jika kalian sudah berada dalam toxic relationship tolong keluar dari lingkungan itu, saya mohon dengan sangat karena saya sayang kepada kalian, saya tidak ingin kalian merasakan apa yang saya rasakan.
Saya akhiri cerita saya kali ini dengan mengucap alhamdulillah.
Saya izin bercerita mengenai toxic relationship yang saya alami sendiri, boleh? bismillah terlebih dahulu. Btw, ada beberapa unsur rl namun jika ingin mengetahui ceritanya silahkan dibaca dan jika tidak ingin mengetahui ceritanya boleh di skip.
Pertama, saya seorang pelajar kelas 2 SMK yang sedang dekat dengan seorang kakak kelas dimana kelas 3 SMK. Kalian tau betul bahwa SMK ada Praktik Kerja Lapangan (PKL)? yap, saya minta tolong kepada kakak kelas ini, sebut saja si A. Demi apapun saya berani sumpah tidak ada sifat memaksa untuk mengantarkan saya ke perusahaan nanti saya melaksanakan praktik. Kemudian, si A ini menyetujui untuk mengantarkan saya. Kalian juga berfikir tidak ada prasangka buruk kepada si A bukan? yap, sama dengan saya. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, saya menghampiri si A dan kebetulan bareng dengan teman saya dan pacarnya. Saat lampu merah, ada sebuah mobil klakson sangat heboh. Siapa yang tidak kesal mendengar klakson yang jelas jelas lampu merah? saya ngomel sendiri 'ah kampungan udah tau lampu merah, masih aja klakson' dan respon si A adalah 'bisa diem ga? bacot banget lo' sakit? banget. Lalu, saya lihat si A ini mengepal tangannya dan mukanya memerah btw saya lihat dari spion motornya. Selama perjalan, si A bercerita kepada saya bahwa tidak ada perempuan yang bertahan dengan dia karena dia main fisik. Sesampainya di perusahaan saya praktik, dia merokok otomatis saya menegurnya untuk mematikan rokoknya karena saya takut nama saya dipandang buruk oleh orang lain tapi respon si A adalah 'lo siapa ngatur ngatur? mau gue tampar?' yap, saya diam dan nunduk. Setelah saya menyerahkan surat kepada pihak perusahaan, kami balik ke rumah masing-masing btw si A anterin aku balik dulu. Sampai depan rumahku, kami tos seperti biasa dan aku mendapatkan bonus sebuah tamparan dari dia. Bagaimana rasa tamparannya? Bisa kalian bayangkan ujung bibir berdarah bagaimana rasanya?.
Kedua, beberapa bulan setelah itu saya menceritakan hal ini kepada teman dekat saya yaitu seorang siswa sekolah sebelah sebut saja si B. Si B benar-benar mencari sosial media si A dan membuat si A minta maaf sejadi-jadinya kepada saya. Saya berterimakasih sangat kepada B, dia seolah-olah adalah saudara saya jadi si A takut dengan si B. Si A minta maaf kepada saya kok ditambah iming-iming 'yuk foto, biar si B yakin kita akur' walaupun sebelumnya saya berdebat dengan si A terlebih dahulu. Dan saya mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman sekelas saya yang menjaga saya dari si A, kenapa begitu? karna teman-teman saya melindungi saya dari si A.
Dua pesan dari saya, yang pertama untuk kaum laki-laki apa kalian tega menyakiti perempuan? dan bagaimana jika perempuan yang kalian sakiti adalah ibu kalian? yang kedua untuk kaum wanita jika kalian sudah berada dalam toxic relationship tolong keluar dari lingkungan itu, saya mohon dengan sangat karena saya sayang kepada kalian, saya tidak ingin kalian merasakan apa yang saya rasakan.
Saya akhiri cerita saya kali ini dengan mengucap alhamdulillah.