O1 #LIGHT
gadis itu tidak pernah bicara
ia hanya tersenyum, itu juga lantaran wajahnya kaku —terlalu banyak tersenyum, saat airmatanya mengalir orang kira dia terharu, padahal dia sendiri tidak tahu.
ia sesekali menepuk kedua pipinya, untuk menurunkan senyumnya namun kedua lekuk bibirnya seperti telah dipaku kuat oleh keadaan.
kala cahaya kuning itu perlahan berubah menjadi jingga menutupi sang biru yang lebih dominan, perlahan warnanya memudar. bukan, bukan hilang hanya menjadi hitam. gadis itu duduk di ujung ranjang usangnya, menepuknya kencang sampai butiran debu melayang ke atas, matanya berkilau mengikut butiran itu, sampai matanya berair.
ia mengusap matanya perlahan 'kena debu.' pikirnya, namun semakin ia usap semakin banyak air yang keluar dari matanya, lekuk bibir yang semula ke atas perlahan melekung ke bawah mengikuti arus air mata yang melewatinya.
jauh entah dimana, tubuhnya mendadak sakit, sampai ia harus meringkuk di sana, ia hanya terbaring di ranjang itu sambil mengusap kedua matanya yang tak ada berhentinya mengeluarkan air.
pikirannya mendadak terhenti, kemudian terlempar ketika dia bertemu banyak orang yang memandangnya 'lucu' namun ia hanya tersenyum, dia begitu pengecut membalas mata dengan mulut, padahal harusnya mata dengan mata.
tapi tidak, matanya kadang ia tutupi kain —sengaja, agar debu tidak masuk seperti saat ini, jadi dia bisa tetap fokus tersenyum.
gadis itu kemudian terduduk, menyudahi usapan tangan di matanya, karena ia tahu itu percuma, tak ada juga yang akan tanya perihal matanya yang mungkin besok akan membengkak, atau merah selama bibir kecilnya hanya tersenyum.
mendadak ia menengok ke seluruh sisi kamar, ia mengerutkan dahinya karena mendadak semua terasa ramai, ia terdiam beberapa saat kemudian menghembuskan nafas pelan dan bibirnya kembali melengkung ke atas.
'Syukurlah, itu hanya isi kepalaku yang cerewet, dia selalu menyuruhku untuk mencoba tidur dan jangan lagi bangun.', gumamnya.