Ketuk berirama dari pantofel mengisi sarwa ruangan. Kejap lentik dari dua iris mata pemuda rupawan yang begitu nirmala ini menjadi pengacau beribu perhatian. Binar figur yang menjajaki penglihatan mencipta buncahan euonia bagi siapa saja, berjaya menyergap kesadaran. Rayden, dengan setelan jas apik termasyhur yang membalut tubuh semampainya tengah menguntai senyum sejelita lekuk awan. Menyapa siapa saja yang berlalu lalang, masuk ke ekor mata manisnya yang menawan. Lantas melangkah pasti menuju tempat ternyaman, di sini. Dimana ia ditemani kicau burung dan beberapa majalah usang yang masih menculik ketertarikan.