waktu terus berputar membawa impi yang terasa hilang, menghapus riwayat kasih yang sudah usai. tuanku pergi saat ini, jauh hingga arah yang tak bisa kita tempuh. rindu senantiasa menghujam diriku yang tak bisa lepas oleh angan tentangnya.
ingatan akan dirimu terus membuka luka dalam hati. rindu yang tak kunjung usai juga rindu yang hanya bisa ku rasa bersama indahnya indurasmi. saban menghirup sarayu, memori tentang kita terputar indah didalam benak ku. sekarang yang kurasa hanyalah rindu, rindu, dan rindu.
dua puluh empat jam setiap harinya, yang terlintas hanyalah kenangan manis kita. sebatas ketikan namun tak pernah berhasil membawa diri ini lari dari angan tentang paras hubungan kita dahulu.
tuan, bila bisa membunuh hal yang beratas namakan rindu, aku sangat ingin membunuhnya, melenyapkannya. membuang sosok yang membuat hati ini tertekan, namun tak pernah bisa berkutik.
andai waktu dapat diputar, aku ingin kembali dimana masa kita bersama merajut asmaraloka. namun, sekarang aku hanya bisa terlarut dalam kerinduan yang sangat menyiksa. tuan, pesanku cuma satu, berbahagialah selalu.
—
swadipta dengan nirankara di titik angan kembali 入