saat itu terjadi, rasanya ingin mencaci maki setiap orang yang ada. ingin mengeluh setiap detik pada Sang Pencipta. mengatakan bahwa,
kenapa harus saya?
kenapa cuma saya?
dan, kenapa selalu saya?
ingin berteriak sekeras mungkin tanpa satu orang pun yang dapat mendengar. kau tau, betapa hancurnya saya saat itu. seperti, menangis pun sudah tak mempan untuk menghilangkan rasa sakitnya. beribu-ribu kerikil dilempar secara terus menerus, menimbulkan perih yang teramat dalam.
kau tau, dan siapapun paham, lukanya pasti akan sembuh, namun bekasnya akan selalu terlihat jelas.
—malang 199×