Репост из: Monolog lara
Ia datang lagi. Masih dengan senyuman dan tawa yang sama seperti saat terakhir ketika aku memujanya tanpa keraguan. Ia melangkah dengan seikat Daisy dalam genggamannya. Tidak, ia bukan tengah menuju padaku tapi menyusuri arah sebaliknya. Sebuah cerita lama yang ia buka kembali jalannya. Ia melangkah kembali ke belakang usai berlarian ke arahku membawa seteko harap yang ku telan tanpa kecurigaan.
Ia di sana lagi. Menyuarakan sejuta buai nan pernah singgah menyapa runguku. Ia di sana lagi, memulai cerita yang menyesakkan rongga dada.
Mentari terbit dan tenggelam, bayangnya nan tertinggal masih jelas terlihat. Aku masih di sini, mengutuk kenangan yang menyiksa diri bersama sepasang cangkir teh berdebu tak tersentuh sejak ia melangkah pergi.
Ia di sana lagi. Menyuarakan sejuta buai nan pernah singgah menyapa runguku. Ia di sana lagi, memulai cerita yang menyesakkan rongga dada.
Mentari terbit dan tenggelam, bayangnya nan tertinggal masih jelas terlihat. Aku masih di sini, mengutuk kenangan yang menyiksa diri bersama sepasang cangkir teh berdebu tak tersentuh sejak ia melangkah pergi.