ʬʬ ℳiche𝗋ie.c𔘓ꭑ


Kanal geosi va tili: ko‘rsatilmagan, ko‘rsatilmagan
Toifa: ko‘rsatilmagan


໒ ʬʬ˖ 𝐆𝐔𝐂𝐂𝐈 𝐁𝐄𝐀𝐑,𝐉𝐄𝐍𝐍𝐈𝐄 𝐊𝐈𝐌 ﹆๋
her 𝖘𝖆𝖘𝖘𝖞 and 𝖘𝖆𝖗𝖈𝖆𝖘𝖙𝖎𝖈 personality
makes her more loveable by 𝗯𝗹𝗶𝗻𝗸𝘀.

Связанные каналы

Kanal geosi va tili
ko‘rsatilmagan, ko‘rsatilmagan
Toifa
ko‘rsatilmagan
Statistika
Postlar filtri


hehe makasih yng udh fw nee and makasi juga buat yyan suda ngisi 😁


Video oldindan ko‘rish uchun mavjud emas
Telegram'da ko‘rish


W sdh fw kemana mana tdk ada yng isi nama ny kek njeng.


📝 drop ur @

noval: @aintmarrk

j for jeymin(e)o.: @iJaevzmiin

‹‹ 🎸.acha ¡!: @parkeuchaeyoung97

catlaveya: @jjeeniieskymc

KAgeja ýoheits: @drugslavest

RBIO.: @cfJeno

renzie: @rnjuyn

ts ) azri.: @JaeminiBandung

K/IA ㅡ raffa: @eiChoiYeonjun

Jo: @jaehbyunjung

k/ia. αsα ₁₇: @jwonuwn

genta jeandra: @DamnJeez

Kanea: @lialoncat

ㅤㅤaruna no run run: @Sziyounglai

jocellyn pearchilea: @pearchilea

devano azka dirgantara⛓️🍷: @dvnzk

━ kajey wts @Chalryoung: @gracesilly

liaaaa: @forliaaa

Anya isn't mood.: @ItzJendeuki

👥 19 people have voted so far.
📖 Personal Board




100% SUBS DARI CH INI HASIL UPSUBS JADI BAGI YANG RC NY KU GEDOR KU GAK TERIMA KALAU DI UNSUBS SEMBARANGAN.




ㅤㅤ"Kamu menyuruhku kembali? Apa aku salah datang kesihi huh? Kamu tidak senang aku datang menemuimu?" Oh, astaga. Persis seperti Bian. Jova cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

ㅤㅤ"Bukan begitu astaga. Maksudku, kembalilah kesana dulu dan minta izin baik-baik. Cari alasan yang tepat untuk menetap di Sydney. Mau bagaimanapun mereka itu orang tua Nara kan." Jelas Jova. Nara mengangguk faham. Ada benarnya juga ucapan kekasihnya ini, dia memang sangat cerdas.

ㅤㅤ"Iya, kamu memang selalu benar. Baiklah besok aku akan ke Brisbane, dan kembali kesini secepatnya." Jawabnya semangat. Ia tersenyum lebar seraya memeluk Jova semakin erat. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jova. Yang dipeluk sama sekali tidak masalah.

ㅤㅤ"Aku sangat mencintaimu. Aku mencintai Bian dan Nara." Bisik Jova, kemudian memeluk Nara tak kalah erat. Tapi tiba-tiba kekasihnya itu melepaskan pelukan mereka.

ㅤㅤ"Apa ini, kamu mencintai Nara?! Aku ini Bian." Oh, maaf Bian. Ia melipat kedua tangannya di dada. Memalingkan mukanya, berpura-pura marah. Ya, tak diragukan lagi. Memang betul seperti ini kalau Bian marah.

ㅤㅤ"Astagaa... tapi benar juga, Nara lebih cantik dari Bian. Lebih tinggi, lebih menawan juga~" Jova sengaja mengompori kekasihnya itu sembari iseng mentoel dagunya. Nara berbalik menatap Jova malas.

ㅤㅤ"Tau ah males."

ㅤㅤ"Hahahaha, kamu sangat lucu. Sudah ayo tidur, besok kamu harus bangun pagi. Supaya lebih cepat sampai ke Brisbane." Ujar Jova. Ia menarik lengan besar Nara menuju kasur.

ㅤㅤ"Yayaya baiklah ibunda ratu."

ㅤㅤBerbeda dari hari-hari sebelumnya, Jova merasa sangat bahagia hari ini. Seharian ditemani kekasihnya yang kembali hadir. Ia berharap tak akan kehilangan sesosok orang yang dicintainya itu. Tidak lagi.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ• • •


ㅤㅤHari sudah semakin sore, mereka bertiga memutuskan untuk berpindah tempat ke apartemen Jova. Ralat, bukan bertiga. Melainkan hanya berdua. Yuan memutuskan untuk berbelok pulang ke rumah karena ia harus mengantarkan adiknya kursus menari. Mungkin itu hanya sebuah alasan. Yuan membiarkan kedua sejoli itu bertukar kerinduan.

ㅤㅤHawa dingin memang sangat cocok dihangatkan dengan pelukan. Apalagi pelukan dari seseorang yang sangat kita sayangi.

ㅤㅤ"Mulai sekarang panggil aku Nara ya."

ㅤㅤYa, sekarang Jova sudah meyakinkan dirinya bahwa orang yang sedang memeluknya posesif ini adalah Bian. Menjalin hubungan selama dua tahun lebih jelas tidak membuat Jova melupakan segala tingkah Bian. Ketika Bian marah, senang, sedih, cemburu pun Jova hafal betul.

ㅤㅤ"Hum? memangnya kenapa? Kamu kan Bian." Balas Jova. Ia sedikit terpesona dengan suara si Bian ini. Sedikit husky dari suara yang biasanya ketus dulu. Yaa, sekarang raga mereka berbeda. Jova jadi merasa sangat mini saat ini.

ㅤㅤ"Aku sekarang Nara sayang, bukan Bian lagi. Yaa, walaupun aku ini memang Bian. Tapi sudah berbeda lagi sekarang." Balasnya. Tangannya tak henti henti mengusap pipi Jova yang dirasa sedikit menyusut dari biasanya. Entah benar menyusut atau mungkin faktor ukuran telapak tangannya yang lebih besar. Jova terkekeh pelan.

ㅤㅤ"Yayaya, lalu keluargamu bagaimana? Apa kau akan mengunjungi mereka? Mereka sangat sedih.." Cicit Jova. Kembali mengingat kejadian beberapa minggu lalu. Dimana saat ibu Bian tak henti-hentinya menangis. Bahkan sempat pingsan.

ㅤㅤNara berfikir sejenak. Akan sangat rumit jika ia mengunjungi keluarganya. Ia merindukan mereka, sangat. Tapi akan terlalu susah untuk meyakinkan mereka. Biarlah begini saja keadaannya sekarang.

ㅤㅤ"Uhmm, kurasa tidak perlu." Jawab Nara. Jova mendongakkan kepalanya, menatap Nara.

ㅤㅤ"Why?"

ㅤㅤNara tersenyum manis. Kekasihnya ini selalu membuatnya merasa gemas. Ia bersyukur bisa mendapat perpanjangan waktu untuk selalu menghabiskan waktu bersamanya.

ㅤㅤ"Aku jauh-jauh datang dari Brisbane kesini hanya untukmu sayang, bukan yang lain. Hanya dirimu saja." Ah, Nara malas membahas keluarganya, ia hanya ingin Jova. Pipi Jova berangsur merah setelah mendengar kalimat itu. Setelah hampir sebulan dirinya selalu murung, sekarang kembali ceria lagi. Nara ikut tersenyum melihat Jova yang tersipu.

ㅤㅤ"Lalu orang tua Nara? Bagaimana mereka?" Jova kembali bertanya. Berusaha menetralkan kembali detak jantungnya yang tidak sabaran dengan pertanyaan yang lain.

ㅤㅤ"Oh mereka, haha aku berbohong kepada mereka." Jawabnya. Jova memiringkan kepalanya bingung.

ㅤㅤ"Setelah aku sadar, aku hanya diam seperti orang bisu. Mengangguk dan menggeleng saja. Toh, mereka tidak akan curiga. Mereka pasti berfikir kalau aku belum benar-benar fit." Sambungnya.

ㅤㅤ"Ah, benar juga. Lalu kamu kesini sendiri? Naik apa? Tidur dimana humm?" Tanya Jova lagi, belum puas dengan pertanyaan sebelumnya.

ㅤㅤ"Saat tiba di rumah mereka, aku terpesona karena ayah Nara ternyata seorang direktur, dan ibunya guru bahasa Prancis di Paris. Mereka anggota konglomerat." Jelasnya. Jova mengangguk paham.

ㅤㅤ"Lalu di saat yang tepat, aku mengambil salah satu kunci mobil dan kabur ke Sydney. Untung aku bisa menyetir." Lanjutnya lagi.

ㅤㅤMungkin salah anggapan Jova kalau mereka tidak berjodoh. Nyatanya, semesta kembali mempertemukan mereka. Dengan raga yang berbeda, namun dia tetap jiwa Bian yang Jova cintai.

ㅤㅤ"Mereka pasti khawatir, kembalilah kesana." Ujar Jova. Nara membelalakkan matanya tidak percaya dengan ucapan Jova.


ㅤㅤWeekend yang ramai di Sydney. Banyak orang bergembira ria menghamburkan uang mereka untuk sekedar membeli jajanan. Ada juga beberapa pria tampan bersepeda santai dengan sumpelan earphone di telinga mereka. Terasa menyenangkan. Tapi tidak untuk ketiga wanita dewasa ini.

ㅤㅤYa, masih membahas Bian. Pertanyaan demi pertanyaan sudah terjawab dengan mudah oleh pemilik raga bernama Nara, namun kejiwaannya sangat persis dengan Bian, bahkan tingkat akademiknya juga sama seperti Bian. Semua soalan terasa seperti 1+1 bagi wanita itu.

ㅤㅤBagaimana mungkin bisa salah kalau memang benar dirinya itu Bian? Takdir memang tidak ada yang tahu. Persetan dengan kematian Bian. Wanita cantik ini sangat persis seperti Bian. Cara bicara, ekspresi, bahkan gerak tubuhnya benar-benar persis seperti sosok Bian.

ㅤㅤDari mulai selera makan Bian, letak rumah, perihal keluarga, hobi, pekerjaan. Bahkan tentang mantan dan sekolah Bian dulu, semua di jawab dengan tepat oleh wanita itu.

ㅤㅤ"Demi jenggot neptunus. Bagaimana mungkin bisa benar?" Yuan melongo menatap horor kearah wanita di depannya itu. Ia berhasil membuka laptop milik Bian, orang itu kemudian menggerutu melihat notifikasi E-mail yang belum terbaca. Chat yang kebanyakan dikirimkan oleh rekan kerjanya. Mengucapkan turut berduka cita atas kematian dirinya.

ㅤㅤ"Astaga, ternyata banyak sekali orang yang peduli dengan diriku..." Ucapnya haru. Jarinya tergerak untuk membaca pesan-pesan menyedihkan yang lainnya.

ㅤㅤTidak terasa cairan bening menumpuk di kedua mata Jova. Menatap dengan penuh rasa tidak percaya kepada wanita yang sedang duduk dihadannya itu. Jova sangat merasakan aura Bian saat ini. Apakah ini mimpi?

ㅤㅤ"Bian..." Lirih Jova. Orang yang merasa dipanggil membalikkan badannya. Melihat Jova dengan penuh kasih sayang. Tatapan matanya benar-benar sama seperti Bian, bahkan senyumnya juga mirip dengan Bian. Yuan juga merasakan apa yang dirasakan oleh Jova.

ㅤㅤ"Hey... menangis huh?" Sahut wanita itu pelan. Ia berdiri langsung memeluk Jova, tangannya dengan lembut mengusap kepala Jova. Mengingat bahwa postur tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Bian membuatnya semakin nyaman memeluk tubuh pendek Jova. Jova semakin terisak.

ㅤㅤAdegan yang cukup romantis. Yuan pun ikut menitikan air matanya. Memalingkan mukanya ke lain sisi. Entah mengapa dadanya terasa sedikit perih.

ㅤㅤLupakan soal keraguan. Kini Jova dan Yuan benar-benar merasakan kehadiran Bian. Garis mati memang tidak bisa di tunda ataupun di percepat. Dan ini kenyataannya. Bian belum mati.


ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ #𝗩𝗜𝗢𝗟𝗘𝗡𝗖𝗘 ; 𝐀 𝐋il 𝐁it


ㅤㅤㅤ


ㅤㅤ"Jadi, pemilik tubuh ini bernama Nara. Dia dirawat di rumah sakit yang berada di Brisbane, rumah dia disana. Roh Nara mendatangiku saat aku hampir mati dulu,"

ㅤㅤ"Nara memakai tubuhku, dan aku yang belum benar-benar mati berpindah ke raga Nara. Nara tidak mau orang tuanya sedih kalau dia mati." Sambungnya menatap penuh harapan supaya kedua manusia di depannya itu paham.

ㅤㅤ"Jadi raga Nara tetap utuh, tapi isinya jiwa Bian? Hahaha, penipuan macam apa ini?" Sela Yuan di selingi tawa meremehkan. Wanita itu hanya melirik malas kearah Yuan.

ㅤㅤ"Stop Yuan, biarkan dia bicara dulu." Jova sebenarnya sedikit heran kepada Yuan yang selalu memojokkan wanita itu. Padahal juga kalau dia benar-benar Bian, Yuan pasti senang. Karena mereka' kan bersahabat.

ㅤㅤ"Ya ya ya... silahkan mendongeng Bian~" Nyinyir Yuan seraya memutar bola matanya malas. Sedangkan wanita itu sama sekali tidak menggubris Yuan. Euphoria diantara mereka bertiga sudah mulai mendingin daripada beberapa menit sebelumnya.

ㅤㅤ"Aku berfikir kalau Nara itu punya kelebihan, dia bisa merasakan kalau ajal sudah mendekatinya, lalu dia menukar jiwa kami. Dan aku tetap hidup." Lanjut wanita itu. Jova membulatkan matanya.

ㅤㅤ"Dan Nara? apakah dia mati?" Tanya Jova. Wanita itu mengangguk cepat.

ㅤㅤ"Iya, dia langsung tiada sesaat setelah memasuki raga Bian. Dan aku hidup di dalam raganya." Sambungnya lagi.

ㅤㅤJova dan Yuan saling melempar pandang. Apakah mereka harus percaya pada setengah Bian - setengah Nara dihadapan mereka ini? Dengan ceritanya yang sangat tidak realistis ini?

ㅤㅤ"Setahuku, kalau sudah garis mati ya harusnya mati dong. Bukannya melanjutkan hidup di tubuh orang lain." Nyinyir Yuan tetap dengan tatapan malas ke wanita itu.

ㅤㅤ"Wahai Yuan, apa kau tidak bahagia kalau aku ini benar-benar Bian? Aku ini belum mati.." Kata orang itu penuh harap kepada Yuan. Mencoba merayu dengan sedikit mempoutkan bibirnya. Yuan memincingkan matanya merasa geli.

ㅤㅤ"Ohh menjijikan. Coba kutanya dulu, apa password Wi-Fi di ponsel Bian?" Cetus Yuan, iseng mengetes wanita itu.

ㅤㅤ"That's so easy Yuan, passwordnya 'beri aku uang dulu' i'm a right?" Jawab wanita itu dengan sangat mudah, diiringi juga dengan smirknya yang lebih menawan daripada poutan di bibirnya.

ㅤㅤYuan membulatkan matanya. Jawaban dia benar. Hanya dirinya dan Bian sendiri yang tau passwordnya. So?? Apakah benar dia?

ㅤㅤ"No no no, tidak semudah itu, itu hanya kebetulan. Kita harus melakukan banyak test dulu. Setuju kan Jova?" Sahut Yuan. Ia menaikkan kedua alisnya. Entahlah kenapa Jova merasa kaku sedari tadi. Ya, sepertinya itu hal yang harus mereka lakukan. Jova setuju.

ㅤㅤ"Y-yeah, itu benar."

ㅤㅤEntahlah apa yang akan terjadi kedepannya, mereka tidak tahu. Biarlah semuanya berjalan dengan sendirinya. Kalaupun wanita itu benar-benar Bian, mungkin mereka akan senang. Dan kalau bukan? Mereka pasti tetap ikhlas menerima bahwa Bian sudah tiada. Tidak ada yang bisa menduga keajaiban apa yang menimpa mereka.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ• • •


ㅤㅤ"Yaa... baiklah akan aku jelaskan, tapi kumohon jangan menyela perkataanku lagi."

ㅤㅤ"Akan kubuka lebar-lebar telingaku, dan akan kututup rapat mulutku. Silahkan bercerita, stranger..." Balas Jova, kini sudah berani menatap wanita itu walaupun tidak sepenuhnya menatap. Wanita itu tersenyum seraya mengambil nafas sejenak sebelum berbicara.

ㅤㅤ"Tiga puluh tiga hari yang lalu, kalian tahu kan, aku — Bian mengalami kecelakaan. Aku tidak sepenuhnya sadar saat baru saja tertabrak. Samar-samar aku melihat sesosok manusia yang aku sendiri tak yakin kalau dia benar-benar manusia, fisiknya sama persis seperti aku sekarang ini," Jelas wanita itu, menggunakan kedua tangannya untuk memperjelas perkataannya.

ㅤㅤ"Lalu dia mengulurkan tangannya kepadaku sambil berkata 'ayo'. Saat aku membalas uluran tangannya, aku merasa sakit sekali, seperti daging dan tulangku dipisahkan secara paksa. Semua itu terjadi sangat cepat. Seperti hanya seperempat detik saja," Lanjutnya.

ㅤㅤ"Kemudian aku tidak sadarkan diri. Dan saat pertama kali aku membuka mata, aku sedang berada di rumah sakit. Aku sangat terkejut karena bentuk fisikku saat itu berubah." Lanjutnya lagi. Yuan yang tadinya membuang muka jadi ikut menyimak cerita dengan seksama.

ㅤㅤ"Mengapa dia menukar tubuh denganmu? Apa dia mengenalmu sebelumnya?" Tanya Jova.

ㅤㅤWanita itu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak merasa dia mengenalku, dan aku juga tidak tahu siapa dia."

ㅤㅤ"Lalu? apa selanjutnya?" Tanya Jova tidak sabar. Orang yang ia tanya terdiam sesaat, mengerutkan dahinya dalam mencoba memutar kembali ingatannya.

ㅤㅤ"Ya... awalnya aku sangat bingung. Lalu beberapa hari kemudian, sosok roh pemilik raga ini mendatangiku." Sambungnya.

ㅤㅤ"Ia menjelaskan semuanya kepadaku, nama pemilik tubuh ini Denara Arkiel. Dia berkata kalau kita ini — Bian dan Nara bertukar tubuh. Nara mengalami kecelakaan juga, dan hampir enam bulan dia koma."

ㅤㅤJova dan Yuan mengerutkan dahinya, merasa kurang percaya dengan cerita wanita itu. Bagaimana bisa mereka bertukar? Oh, ini terdengar seperti cerita anak indigo di film.

ㅤㅤ"Coba ceritakan dengan jelas, aku merasa kau itu hanya membual saja." Sinis Yuan, ia merasa ragu kalau wanita yang mengaku Bian itu hanya mengada-ngada.

ㅤㅤ"Oke-oke, aku sendiri juga sedikit tidak percaya..." Ucap wanita itu sambil menggaruk kepalanya yang pasti tidak gatal. Makin jelas dugaan Yuan kalau wanita ini hanya mengarang cerita.

ㅤㅤ"Pelan-pelan saja, dan jangan membuat kami bingung" Saran Jova, ia sendiri juga sedikit bingung. Wanita itu mengangguk, kemudian melanjutkan kalimatnya setelah diam beberapa detik.


ㅤㅤKedua lengan menapak kuat diatas meja, dengan ekspresi penuh amarah. Itulah yang Yuan lakukan sekarang. Menatap tajam orang di hadapannya. Lekuk wajah yang hampir sempurna sama sekali tidak menggoyahkan amarah Yuan kepada wanita yang duduk di seberangnya itu.

ㅤㅤ"Baiklah sekarang katakan siapa dirimu sebenarnya?! Dan kenapa kau mengaku bahwa dirimu itu Bian?! Sudah jelas kalau Bian sedang tidur nyenyak di rumah barunya kan!?" Rutuk Yuan penuh emosi. Aura lembut Yuan berubah seketika semenjak sore kemarin.

ㅤㅤWanita yang mereka berdua temui di pemakaman kemarin. Ia mengaku sebagai Bian, kekasih Jova yang sudah meninggal. Sia-sia Jova mengusir wanita itu, ia tetap saja keras kepala dan kukuh mengaku bahwa dirinya itu Bian. Padahal kan, Bian sudah tiada.

ㅤㅤSeperti sekarang ini, wanita itu mendatangi cafe tempat Jova dan Yuan bekerja. Tetap kukuh dalam pendiriannya — dengan identitas bahwa dirinya adalah Bian. Suara Yuan yang agak keras cukup membuat beberapa pelanggan melirik kearah mereka.

ㅤㅤ Sudah pasti Jova dan Yuan sedih di tinggal Bian, tapi bukan berarti mereka menerima ada seseorang yang mengaku sebagai Bian. Memangnya fantasi berlaku di dunia ini? Orang yang sudah mati bisa kembali hidup? Oh, atau mungkin reinkarnasi? Ayolah, mereka tidak mempercayai hal semacam itu.

ㅤㅤ"Aku akan berbicara saat kau diam dan tenang. Jadi kumohon diamlah dulu dan jangan berteriak. Kau mengganggu pelanggan...." Jawab si wanita, ia terlihat lebih tenang dan santai daripada Yuan. Yuan menatap sinis ke wanita itu, ia kembali menempelkan pantatnya di kursi. Wanita itu ikut membenarkan posisi duduknya. Mereka bertiga bertemu pandang, saling menunggu giliran siapa yang akan membuka mulut.

ㅤㅤJova sedari tadi hanya diam melirik bergantian kearah kawan karibnya dan wanita duplikat Bian itu. Bukan tanpa alasan Jova hanya diam, ia cuma tidak mau memperburuk keadaan.

ㅤㅤMendengar suara Yuan meninggi saja sudah membuat Jova agak pening. Karena pada dasarnya Yuan itu tipe orang yang sangat tenang dan tidak berisik, jadi sedikit berbeda kalau Yuan banyak bicara. Merasa keduanya mulai menghangat, Jova kemudian memutuskan untuk berbicara.

ㅤㅤ"Jadi, silahkan ceritakan dirimu. Tapi sebelumnya, beritahu dulu namamu." Jova berbicara kearah wanita itu, sambil menatapnya sekilas. Jujur saja, tatapan wanita itu memang sedikit sama seperti Bian, Jova bisa merasakannya. Tajam tapi menghanyutkan.

ㅤㅤ"Aku Bian—"

ㅤㅤ"Sudah kubilang kalau Bian itu sudah mati." Perkataan wanita itu terpotong ketika Yuan langsung menyela dengan penekanan di seluruh kalimatnya.

ㅤㅤ"Yuan, please silent... kita belum mendengarkan dia dari kemarin. Jadi biarkan dia bicara, ya?" Perkataan Jova hanya dibalas dengusan oleh Yuan, ia melipat kedua tangannya lalu mengalihkan pandangan kearah pelanggan dengan hikmat. Ia akan mencoba tutup mulut.

ㅤㅤJova melihat kearah wanita itu. Memberi kode dengan anggukan untuk melanjutkan kalimatnya yang terpotong.


ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ #𝗩𝗜𝗢𝗟𝗘𝗡𝗖𝗘 ; 𝐒tranger


ㅤㅤㅤ


foto dulu




Serbian Calesti ; 26 tahun

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ #𝗦𝗛𝗔𝗗𝗬 #𝗝𝗢𝗘𝗩
ㅤㅤㅤ


Erinson Yuanna ; 21 tahun

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ #𝗦𝗛𝗔𝗗𝗬 #𝗝𝗢𝗘𝗩
ㅤㅤㅤ



20 ta oxirgi post ko‘rsatilgan.

1 014

obunachilar
Kanal statistikasi