Aku masih ingat saat itu di luar hujan deras. Dengan perlahan tapi pasti, aku mendorong pintu kayu yang nampak sedikit lapuk sembari menarik koper hitamku yang langsung disambut oleh seorang penjaga asrama yang bertugas sore itu dengan wajah tanpa ekspresi.
"Nama?"
"Harovier Tooru."
Ia mengangguk dan tanpa menatapku, ia langsung menyerahkan kunci kamar yang sedari tadi sudah ada dalam genggamannya dan berkata, "Kamarmu di lantai tujuh, nomor tujuh belas. Seorang mahasiswa pendatang sudah terlebih dahulu ada di sana, kuharap kalian bisa saling menyesuaikan diri."
Aku mengambil kunci kamar yang diserahkan sambil tersenyum. "Ah, baiklah. Terima kasih!" ujarku mencoba terlihat ramah yang kembali hanya dibalas anggukan singkat.
Tak terlalu mengambil pusing melihat respon orang di hadapanku, aku segera menarik kembali koperku dan menyusuri lorong yang terlewat sepi di hari itu.
Semua nampak normal, sampai saat berada di lantai tujuh, aku berpapasan dengan seorang pemuda berambut agak panjang berlari ketakutan dan tak jauh setelahnya, seorang pemuda lainnya nampak berjalan dengan santai dan senyum yang mengintimidasi dengan sebilah pisau di tangannya.