ㅤㅤㅤ
"Renjana, kita udahan ya? Aku bosen sama kamu. Aku juga mau fokus sama sekolah dan nyari uang buat adek aku. Kamu tau sendiri sekarang aku cuma tinggal berdua sama adek aku. Bunda sama ayah udah pergi" Lelaki tinggi itu berucap kepada seorang gadis yang tengah duduk di hamparan pasir.
"Tapi Kal, apa emang harus udahan? Kita baru balikan 5 hari yang lalu loh? Untuk masalah kerja, aku gapernah ngekang kamu buat nyari uang. Bahkan kamu gaada waktu buat aku aja, aku ga masalah." Lirih gadis cantik itu sambil menahan tangisnya.
"Nja, tadi gua udah bilang gua bosen sama lu. Gua mau fokus sama keluarga gua, lu bisa ngga sih sekali aja ngertiin gua?" ucap Haekal dengan nada yang cukup tinggi, ia berdiri lalu menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan jalan pikiran sang gadis. Tidak lama, ia pergi dari pantai, meninggalkan gadis yang tengah menatap sunset dengan mata yang berkaca kaca.
ㅤㅤㅤ
"Kapan aku ngga ngertiin kamu sih kal? Selama ini kamu yang egois, kamu yang gapernah ngertiin aku. Bahkan saat aku lagi kangen sama kamu, kamu ngacuhin aku dan sibuk sama temen cewemu. Aku nanyain kamu, kamu malah sibuk sama yang lain. Aku minta waktu sama kamu, kamu bilang sibuk padahal nyatanya emang kamu ngga mau bicara sama aku. Sakit Kal, sakit" Tidak kuasa menahan air matanya, ia menangis tersedu sedu sambil memeluk lututnya. Senja kala itu menjadi saksi perpisahan antara dua insan semesta.
“Sampe kapan sih, asmaraloka-ku selalu di tentang sama semesta?” batinnya sambil terus menangis. Menjadi pihak yang selalu mengalah memang banyak rintangannya, salah satunya adalah menahan semua rasa sakit itu sendirian. Terkadang ingin bicara, namun semesta tetap tidak mendengarnya. Hingga ia mengira bahwa menyimpan semuanya sendiri, ada hal yang paling benar.
ㅤㅤㅤ
"Renjana, kita udahan ya? Aku bosen sama kamu. Aku juga mau fokus sama sekolah dan nyari uang buat adek aku. Kamu tau sendiri sekarang aku cuma tinggal berdua sama adek aku. Bunda sama ayah udah pergi" Lelaki tinggi itu berucap kepada seorang gadis yang tengah duduk di hamparan pasir.
"Tapi Kal, apa emang harus udahan? Kita baru balikan 5 hari yang lalu loh? Untuk masalah kerja, aku gapernah ngekang kamu buat nyari uang. Bahkan kamu gaada waktu buat aku aja, aku ga masalah." Lirih gadis cantik itu sambil menahan tangisnya.
"Nja, tadi gua udah bilang gua bosen sama lu. Gua mau fokus sama keluarga gua, lu bisa ngga sih sekali aja ngertiin gua?" ucap Haekal dengan nada yang cukup tinggi, ia berdiri lalu menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan jalan pikiran sang gadis. Tidak lama, ia pergi dari pantai, meninggalkan gadis yang tengah menatap sunset dengan mata yang berkaca kaca.
ㅤㅤㅤ
"Kapan aku ngga ngertiin kamu sih kal? Selama ini kamu yang egois, kamu yang gapernah ngertiin aku. Bahkan saat aku lagi kangen sama kamu, kamu ngacuhin aku dan sibuk sama temen cewemu. Aku nanyain kamu, kamu malah sibuk sama yang lain. Aku minta waktu sama kamu, kamu bilang sibuk padahal nyatanya emang kamu ngga mau bicara sama aku. Sakit Kal, sakit" Tidak kuasa menahan air matanya, ia menangis tersedu sedu sambil memeluk lututnya. Senja kala itu menjadi saksi perpisahan antara dua insan semesta.
“Sampe kapan sih, asmaraloka-ku selalu di tentang sama semesta?” batinnya sambil terus menangis. Menjadi pihak yang selalu mengalah memang banyak rintangannya, salah satunya adalah menahan semua rasa sakit itu sendirian. Terkadang ingin bicara, namun semesta tetap tidak mendengarnya. Hingga ia mengira bahwa menyimpan semuanya sendiri, ada hal yang paling benar.
ㅤㅤㅤ