ㅤPertemuan antara regu dari masing-masing perkumpulan murid Kyoto dan Tokyo, akan bertemu di satu tempat hari ini. Berjalan menaiki tangga, ternyata para regu Tokyo sudah berkumpul disana, dengan berdiri menghadap kami dan memperhatikan langkah yang kami ambil.
ㅤ"Wah, teman-teman dari Tokyo sudah berkumpul."
ㅤKak Mai yang berada dipaling depan barisan Kyoto, berkata sembari menyambut kembali perkumpulan anggota Tokyo yang tengah memperhatikan kami, dengan memegangi rambutnya sesekali mengusapnya.
ㅤ"Kalian jauh-jauh kesini buat menjemput kami, ya? Menjijikan," sambungnya, nampak begitu tidak suka pada mereka. Terutama ada pada satu-satunya kakak kandung Kak Mai sendiri
ㅤKak Todo yang tengah memperhatikan setiap anggota Tokyo dengan memegangi belakang kepalanya, kini bergumam pada dirinya. "Nggak ada Okkotsu nih?"
ㅤ"Berisik! Cepat serahkan kotak kuenya, sialan. Dan juga yatsuhashi, mie kudzu, sama kue gandumnya!"
ㅤSalah satu dari mereka berseru menyebut beberapa makanan yang berasal dari daerah kami, memajukan salah satu tangannya yang menginginkan makanan yang ia sebut untuk diberikan padanya.
ㅤ"Salmon."
ㅤ"Kalian lapar ya?" tanya Kak Todo pada mereka dari asal Tokyo yang mengucapkan jenis-jenis makanan nya yang mereka inginkan dari kami.
ㅤ"Siapa anak kelas satu itu? Seram ..." Nishimiya yang mendengar perkataan mereka dan melihatnya, hanya bergumam pada dirinya dengan memegangi sebuah sapu sebagai hak miliknya.
ㅤ"Aku tak keberatan jika Okkotsu tidak ikut, tapi memakai dua anak kelas satu itu terlalu mudah bagi kami, 'kan?" ujar Mechamaru, yang bergilir mengucapkan sesuatu darinya.
ㅤ"Robot! Ada robot!"
ㅤKarena memang dari penampilan Mechamaru dan suaranya yang khas akan seperti robotnya, maklum jika dari pihak Tokyo terkejut melihat bagaimana robot sekarang dapat diterkendalikan, dengan zamannya yang sekarang telah lebih modern.
ㅤ"Bagi penyihir Jujutsu, umur itu hanyalah angka. Apalagi Fushiguro, dia berasal dari garis keturunan Zenin, tapi dia lebih berbakat dari kepala keluarganya."
ㅤKamo yang sedikit menjelaskan perihal salah satu dari murid Tokyo tersebut, dan murid yang Kamo bicarakan nampak terdiam disamping keturunan Zenin pula yang dapat dikatakan adalah Kakak dari Kak Mai, saat Kamo membicarakan tentangnya.
ㅤ"Tch."
ㅤKak Mai yang mendengar dari ucapan terakhir Kamo, ia hanya berdecih sedikit meremehkan akan keturunan Zenin dari kakak nya, padahal ia termasuk dari salah satunya.
ㅤ"Ada apa?" tanya Kamo, melirik Kak Mai yang berdecih padanya dan memperhatikannya dengan tajam yang biasa ia tunjukkan pada orang lain.
ㅤ"Tidak ada."
ㅤAku lantas mendekati mereka berdua disampingnya dengan satu tangan yang menandakan berusaha untuk menenangkan mereka.
ㅤ"Sudah, Sudah. Kalian berdua, tenanglah!"
ㅤDengan perasaan tidak enak pada yang lain, tapi menenangkan mereka didepan para anggota murid-murid Tokyo akan bisa disambut baik oleh mereka dan bersikap selayaknya murid sama seperti mereka.
ㅤSetelah berdiam beberapa menit diantara murid Tokyo dan Kyoto, tidak ada satu orang pun yang mengeluarkan suara selepas itu. Namun dari arah menuju tangga terdengar tepukkan tangan dari seseorang yang datang menghampiri kami.
ㅤ"Baiklah. Sesama murid nggak boleh bertengkar. Ya ampun, anak-anak ini."
ㅤUtahime-sensei, ia telah datang dengan pakaiannya yang selalu terlihat terkesan sopan dihadapan orang lain bahkan muridnya sendiri, dengan sikap kedua tangannya yang selalu terlipat pada telapak tangannya didepan tubuhnya.
ㅤ"Jadi, dimana si bodoh itu?" lanjut Utahime-sensei dengan bertanya apa yang dimaksud oleh ia, si bodoh yang dimaksud adalah Gojo Satoru.
ㅤAlasan Utahime-sensei menyebut Gojo dengan sebutan si bodoh, karena dari pandangan Utahime-sensei sendiri sikap yang ditunjukkan Gojo pada dirinya memang terkesan menyebalkan bagi Utahime-sensei.
ㅤ"Satoru terlambat."
ㅤ"Mustahil si bodoh itu tiba tepat waktu."
ㅤ"Tak ada orang yang menyebut Pak Gojo itu bodoh, lho."
ㅤ"Wah, teman-teman dari Tokyo sudah berkumpul."
ㅤKak Mai yang berada dipaling depan barisan Kyoto, berkata sembari menyambut kembali perkumpulan anggota Tokyo yang tengah memperhatikan kami, dengan memegangi rambutnya sesekali mengusapnya.
ㅤ"Kalian jauh-jauh kesini buat menjemput kami, ya? Menjijikan," sambungnya, nampak begitu tidak suka pada mereka. Terutama ada pada satu-satunya kakak kandung Kak Mai sendiri
ㅤKak Todo yang tengah memperhatikan setiap anggota Tokyo dengan memegangi belakang kepalanya, kini bergumam pada dirinya. "Nggak ada Okkotsu nih?"
ㅤ"Berisik! Cepat serahkan kotak kuenya, sialan. Dan juga yatsuhashi, mie kudzu, sama kue gandumnya!"
ㅤSalah satu dari mereka berseru menyebut beberapa makanan yang berasal dari daerah kami, memajukan salah satu tangannya yang menginginkan makanan yang ia sebut untuk diberikan padanya.
ㅤ"Salmon."
ㅤ"Kalian lapar ya?" tanya Kak Todo pada mereka dari asal Tokyo yang mengucapkan jenis-jenis makanan nya yang mereka inginkan dari kami.
ㅤ"Siapa anak kelas satu itu? Seram ..." Nishimiya yang mendengar perkataan mereka dan melihatnya, hanya bergumam pada dirinya dengan memegangi sebuah sapu sebagai hak miliknya.
ㅤ"Aku tak keberatan jika Okkotsu tidak ikut, tapi memakai dua anak kelas satu itu terlalu mudah bagi kami, 'kan?" ujar Mechamaru, yang bergilir mengucapkan sesuatu darinya.
ㅤ"Robot! Ada robot!"
ㅤKarena memang dari penampilan Mechamaru dan suaranya yang khas akan seperti robotnya, maklum jika dari pihak Tokyo terkejut melihat bagaimana robot sekarang dapat diterkendalikan, dengan zamannya yang sekarang telah lebih modern.
ㅤ"Bagi penyihir Jujutsu, umur itu hanyalah angka. Apalagi Fushiguro, dia berasal dari garis keturunan Zenin, tapi dia lebih berbakat dari kepala keluarganya."
ㅤKamo yang sedikit menjelaskan perihal salah satu dari murid Tokyo tersebut, dan murid yang Kamo bicarakan nampak terdiam disamping keturunan Zenin pula yang dapat dikatakan adalah Kakak dari Kak Mai, saat Kamo membicarakan tentangnya.
ㅤ"Tch."
ㅤKak Mai yang mendengar dari ucapan terakhir Kamo, ia hanya berdecih sedikit meremehkan akan keturunan Zenin dari kakak nya, padahal ia termasuk dari salah satunya.
ㅤ"Ada apa?" tanya Kamo, melirik Kak Mai yang berdecih padanya dan memperhatikannya dengan tajam yang biasa ia tunjukkan pada orang lain.
ㅤ"Tidak ada."
ㅤAku lantas mendekati mereka berdua disampingnya dengan satu tangan yang menandakan berusaha untuk menenangkan mereka.
ㅤ"Sudah, Sudah. Kalian berdua, tenanglah!"
ㅤDengan perasaan tidak enak pada yang lain, tapi menenangkan mereka didepan para anggota murid-murid Tokyo akan bisa disambut baik oleh mereka dan bersikap selayaknya murid sama seperti mereka.
ㅤSetelah berdiam beberapa menit diantara murid Tokyo dan Kyoto, tidak ada satu orang pun yang mengeluarkan suara selepas itu. Namun dari arah menuju tangga terdengar tepukkan tangan dari seseorang yang datang menghampiri kami.
ㅤ"Baiklah. Sesama murid nggak boleh bertengkar. Ya ampun, anak-anak ini."
ㅤUtahime-sensei, ia telah datang dengan pakaiannya yang selalu terlihat terkesan sopan dihadapan orang lain bahkan muridnya sendiri, dengan sikap kedua tangannya yang selalu terlipat pada telapak tangannya didepan tubuhnya.
ㅤ"Jadi, dimana si bodoh itu?" lanjut Utahime-sensei dengan bertanya apa yang dimaksud oleh ia, si bodoh yang dimaksud adalah Gojo Satoru.
ㅤAlasan Utahime-sensei menyebut Gojo dengan sebutan si bodoh, karena dari pandangan Utahime-sensei sendiri sikap yang ditunjukkan Gojo pada dirinya memang terkesan menyebalkan bagi Utahime-sensei.
ㅤ"Satoru terlambat."
ㅤ"Mustahil si bodoh itu tiba tepat waktu."
ㅤ"Tak ada orang yang menyebut Pak Gojo itu bodoh, lho."