ㅤBeberapa dari murid Tokyo menjawab apa yang dipertanyakan oleh Utahime-sensei pada mereka, sembari menatap datar khas mereka masing-masing dengan menatap lurus dihadapannya.
ㅤUsai mereka menjawab, dari arah belakang mereka terdengar suara gerobak yang terdorong dengan cepat menghampiri tempat kami. Menatap siapa yang datang kesini, sembari ia dorongkan apa yang ia bawa dan mengucapkan sapaan pada kami. "Maaf lama!"
ㅤ"Gojo Satoru!"
ㅤ"Tch, Gojo Satoru."
ㅤAku membatin dengan senang dan mata berbinar siapa yang datang dengan barang bawaan entah apa yang Gojo itu bawa, sembari mengucapkan namanya dengan mulut terbuka. Sedangkan Utahime-sensei yang melihatnya hanya berdecih sembari menyebutkan namanya pula dengan bergumam, menatap Gojo seakan-akan ia tidak suka.
ㅤ"Hei, Hei. Kalian semua sudah berkumpul ya! Aku habis ada urusan di luar negeri sih. Jadi, sekarang aku berencana memberi kalian oleh-oleh!" seru Gojo, melambaikan satu tangannya pada murid Kyoto dengan terkesan akrab pada kami.
ㅤ"Tiba-tiba banget deh."
ㅤ"Paling bangun kesiangan, 'kan?"
ㅤRespon sebagian dari murid Tokyo pada Gojo usai ia menyelesaikan ucapannya yang dilontarkan. Tidak peduli akan respon murid ia sendiri, Gojo lantas mendekat pada murid Kyoto dengan membawa oleh-oleh berwarna pink, dibagian satu-satu pada kami dengan semuanya terbagi sembari mengucapkan sesuatu pada kami.
ㅤ"Nih. Buat teman-teman dari Kyoto kuberi jimat pelindung suatu suku."
ㅤTatapan para murid Kyoto hanya terus memperhatikan oleh-oleh yang dikasih oleh salah satu guru asal Tokyo dengan pasrah dan datar menerimanya. Terkecuali pada diriku, dengan senang dengan mata yang masih berbinar dan menerimanya dengan senang hati, menatap oleh-oleh yang diberi Gojo
ㅤ"Buat Utahime nggak ada ya!"
ㅤUtahime-sensei yang mendengar ucapan Gojo, lantas berseru padanya dengan mengelak ucapan darinya.
ㅤ"Nggak butuh tahu!"
ㅤMenghampiri semacam gerobak yang ia bawa sebelumnya, dan mengambilnya sembari mengucapkan sesuatu pada murid Tokyo.
ㅤ"Lalu, ini buat teman-teman di Tokyo!" seru Gojo, menunjukkan suatu isi pada gerobak yang ia genggam dengan senyum lebarnya pada mereka.
ㅤ"Orang dewasa yang kelewat semangat itu bikin jijik, ya."
ㅤLalu, bagian atas pada pembuka gerobak tersebut mulai terbuka, menampilkan seorang lekaki dengan pakaian yang sama persis dalam seragam Tokyo yang mereka kenakan, memberi sapaan semangat dengan sedikit lawakan dan menggerakkan tangan dan kakinya dengan semangat.
ㅤ"Hai! O-P-P!"
ㅤ"Ini teman kalian yang sudah meninggal, Itadori Yuuji!" ujar Gojo, menunjuk lekaki yang bernama Yuuji dengan semangat pula menyambut kedatangannya.
ㅤSebagian dari murid Tokyo, nampak begitu terkejut melihat kehadiran lelaki yang setara dengan mereka.
ㅤㅤLama Yuuji itu terdiam diri untuk menanti ucapan mereka untuk menyambut kedatangan yang ia harapkan sebelum kejutan itu dipersiapkan, namun mereka nampak terdiam pula.
ㅤ"HEEEEI! Mereka, nggak kelihatan senang!" seru Yuuji, menatap mereka dengan hebohnya. Sedangkan yang ditatap hanya menatap kosong kearahnya, dengan menampilkan tidak ada sama sekali ekspresi yang Yuuji harapkan.
ㅤ"Baiklah, teman-teman dari Kyoto. Dialah wadah Sukuna, Itadori Yuuji!"
ㅤGojo kemudian menggerakkan gerobak yang ia pegang kehadapan para murid Kyoto sembari memperkenalkan lelaki dengan tampang sedikit raut wajah lesuh.
ㅤ"Mereka terlalu fokus sama oleh-olehnya!" seru kembali Yuuji, dengan memperhatikan kami yang terus-menerus memperhatikan oleh-oleh yang sebelumnya telah dikasih oleh Gojo, guru mereka.
ㅤ"Wadah Sukuna?! Apa maksudnya ini?"
ㅤTuan Gakuganji datang dari arah depan tangga bersama Tuan Yaga disampingnya, menatap lekat dan bertanya-tanya perihal Itadori Yuuji yang ada didepan Gojo.
ㅤGojo yang saat itu menatap kearah depannya, saat ia mendengar suara Tuan lantas ia menoleh kearah belakang, menyambut Tuan Gakuganji dengan melambaikan satu tangannya kearah Tuan.
ㅤ"Kepsek Gakuganji!"
ㅤUsai mereka menjawab, dari arah belakang mereka terdengar suara gerobak yang terdorong dengan cepat menghampiri tempat kami. Menatap siapa yang datang kesini, sembari ia dorongkan apa yang ia bawa dan mengucapkan sapaan pada kami. "Maaf lama!"
ㅤ"Gojo Satoru!"
ㅤ"Tch, Gojo Satoru."
ㅤAku membatin dengan senang dan mata berbinar siapa yang datang dengan barang bawaan entah apa yang Gojo itu bawa, sembari mengucapkan namanya dengan mulut terbuka. Sedangkan Utahime-sensei yang melihatnya hanya berdecih sembari menyebutkan namanya pula dengan bergumam, menatap Gojo seakan-akan ia tidak suka.
ㅤ"Hei, Hei. Kalian semua sudah berkumpul ya! Aku habis ada urusan di luar negeri sih. Jadi, sekarang aku berencana memberi kalian oleh-oleh!" seru Gojo, melambaikan satu tangannya pada murid Kyoto dengan terkesan akrab pada kami.
ㅤ"Tiba-tiba banget deh."
ㅤ"Paling bangun kesiangan, 'kan?"
ㅤRespon sebagian dari murid Tokyo pada Gojo usai ia menyelesaikan ucapannya yang dilontarkan. Tidak peduli akan respon murid ia sendiri, Gojo lantas mendekat pada murid Kyoto dengan membawa oleh-oleh berwarna pink, dibagian satu-satu pada kami dengan semuanya terbagi sembari mengucapkan sesuatu pada kami.
ㅤ"Nih. Buat teman-teman dari Kyoto kuberi jimat pelindung suatu suku."
ㅤTatapan para murid Kyoto hanya terus memperhatikan oleh-oleh yang dikasih oleh salah satu guru asal Tokyo dengan pasrah dan datar menerimanya. Terkecuali pada diriku, dengan senang dengan mata yang masih berbinar dan menerimanya dengan senang hati, menatap oleh-oleh yang diberi Gojo
ㅤ"Buat Utahime nggak ada ya!"
ㅤUtahime-sensei yang mendengar ucapan Gojo, lantas berseru padanya dengan mengelak ucapan darinya.
ㅤ"Nggak butuh tahu!"
ㅤMenghampiri semacam gerobak yang ia bawa sebelumnya, dan mengambilnya sembari mengucapkan sesuatu pada murid Tokyo.
ㅤ"Lalu, ini buat teman-teman di Tokyo!" seru Gojo, menunjukkan suatu isi pada gerobak yang ia genggam dengan senyum lebarnya pada mereka.
ㅤ"Orang dewasa yang kelewat semangat itu bikin jijik, ya."
ㅤLalu, bagian atas pada pembuka gerobak tersebut mulai terbuka, menampilkan seorang lekaki dengan pakaian yang sama persis dalam seragam Tokyo yang mereka kenakan, memberi sapaan semangat dengan sedikit lawakan dan menggerakkan tangan dan kakinya dengan semangat.
ㅤ"Hai! O-P-P!"
ㅤ"Ini teman kalian yang sudah meninggal, Itadori Yuuji!" ujar Gojo, menunjuk lekaki yang bernama Yuuji dengan semangat pula menyambut kedatangannya.
ㅤSebagian dari murid Tokyo, nampak begitu terkejut melihat kehadiran lelaki yang setara dengan mereka.
ㅤㅤLama Yuuji itu terdiam diri untuk menanti ucapan mereka untuk menyambut kedatangan yang ia harapkan sebelum kejutan itu dipersiapkan, namun mereka nampak terdiam pula.
ㅤ"HEEEEI! Mereka, nggak kelihatan senang!" seru Yuuji, menatap mereka dengan hebohnya. Sedangkan yang ditatap hanya menatap kosong kearahnya, dengan menampilkan tidak ada sama sekali ekspresi yang Yuuji harapkan.
ㅤ"Baiklah, teman-teman dari Kyoto. Dialah wadah Sukuna, Itadori Yuuji!"
ㅤGojo kemudian menggerakkan gerobak yang ia pegang kehadapan para murid Kyoto sembari memperkenalkan lelaki dengan tampang sedikit raut wajah lesuh.
ㅤ"Mereka terlalu fokus sama oleh-olehnya!" seru kembali Yuuji, dengan memperhatikan kami yang terus-menerus memperhatikan oleh-oleh yang sebelumnya telah dikasih oleh Gojo, guru mereka.
ㅤ"Wadah Sukuna?! Apa maksudnya ini?"
ㅤTuan Gakuganji datang dari arah depan tangga bersama Tuan Yaga disampingnya, menatap lekat dan bertanya-tanya perihal Itadori Yuuji yang ada didepan Gojo.
ㅤGojo yang saat itu menatap kearah depannya, saat ia mendengar suara Tuan lantas ia menoleh kearah belakang, menyambut Tuan Gakuganji dengan melambaikan satu tangannya kearah Tuan.
ㅤ"Kepsek Gakuganji!"