𝐕Ø𝐂𝐇𝐓𝐄𝐍


Kanal geosi va tili: ko‘rsatilmagan, ko‘rsatilmagan
Toifa: ko‘rsatilmagan



Kanal geosi va tili
ko‘rsatilmagan, ko‘rsatilmagan
Toifa
ko‘rsatilmagan
Statistika
Postlar filtri


end.

ini ga based on true story ya, bangsat.


Tidak apa, samudra.
Aku bahagia sekarang.
Karena kamu juga bahagia.


Samudra, aku menyadari.
Bukan kamu yang menghancurkan aku.
Bukan juga langit.
Aku.
Aku menghancurkan diriku sendiri, mengira kamu memendam perasaan padaku.
Aku menghancurkan diriku sendiri, membangun tinggi harapan tanpa ingat tempat berpijak.
Aku menghancurkan diriku sendiri, berharap kamu jatuh cinta padaku, seperti aku mencintaimu.


Samudra, selamat tinggal.
Aku sudah kembali pada semesta.
Aku melihatmu dari kejauhan.
Bahagia.
Kamu dan langit begitu serasi.
Sempurna.


Samudra, tolong.
Getaran maut ini tak terkendali.
Retakkan dalam diriku semakin besar.
Api amarah ini memaksa keluar dari tubuhku.
Perasaan ini menghancurkanku.
Memaksaku lenyap.
Mengubur diriku sendiri.
Dalam gelap yang tak berujung.


Samudra, rasa sakit ini tak sanggup kutanggung.
Tak ada celah untuk bernapas.
Perih.


00.01
Bagaimana bisa kamu melabuhkan gelombangmu pada langit?
Karena aku tidak punya bintang-bintang?
Atau awan putih yang senada dengan buih airmu?
Atau burung-burung sebagai dayang-dayangku?


Bagaimana bisa..
Bagaimana bisa kamu melabuhkan gelombangmu pada langit?
Sementara aku disini, Samudra.
Aku selalu disini, mengelilingimu.
Aku jatuh cinta padamu.
Bertambah tiap detiknya hingga jantungku sakit.
Membentum retakan permanen dalam diriku, seiring sesaknya perasaan ini.


Aku hancur, samudra.
Kamu menghancurkan aku.
Kamu menghancurkan aku sampai ke dasar.
Kamu menghancurkan aku, sampai inti terdalam.
Aku ingin berteriak pada semesta.
Aku ingin memaki pada takdir.
Tapi irama yang keluar hanya rintihan.


Posisiku tergantikan. Samudra berpaling.
Kepada siapa aku harus menangis?
Kepada siapa aku harus marah?
Ketika aku hanyalah bumi yang berwujud bebatuan.
Ketika aku hanyalah bumi yang memandang mereka saat hujan.
Ketika aku hanya bumi yang rela menanggung badai kala mereka saling rindu.


Kalian begitu sempurna, tercipta untuk saling melengkapi.
Biru yang gelap, biru yang bercahaya.
Yang dalam, serta menerawang.
Misterius, dan menenangkan.
Bahagia. Penuh kasih.


Sementara aku?
Hancur. Luluh lantah.
Hatiku retak. Pecah menjadi ratusan bagian.
Tanah terbelah. Gunung membuncah.
Semua ini bencana.
Rasanya, aku ingin musnah.


Samudra menatapnya penuh damba.
Meneriakkan ombak dengan jeritan memiliki.
Menghembus angin dengan ritme permohonan.
Awan-awan ikut bahagia. Burung-burung merayakan penyatuan.


Malam berikutnya, aku menyadari.
Kamu jatuh cinta pada langit.
Langit yang cantik.
Langit dengan kemegahan rasi bintangnya.
Langit dengan awan-awannya yang serasi.
Langit dengan birunya yang tenang, penuh cinta, hangat.


Lantas, samudra.
Bagaimana denganku?
Kepada siapa aku menangis?
Kepada siapa aku harus marah?
Ketika samudraku diambil sosok lain?


Kepada siapa?
Kepada siapa kamu jatuh cinta?
Kepada siapa kamu menyerahkan gelombangmu?


Aku bertanya-tanya.
Pusaran itu, apakah kamu sedang menaruh rindu?
Desiran angin itu, apakah kamu sedang menunggu harapan?
Rintihan sendu itu, apakah kamu sedang mengabdikan cinta?


Malam itu, kamu tampak berbeda.
Dasar gelapmu berpusat pada satu sosok.
Desir angin yang terhembus meniupkan harapan.
Ombak-ombak yang bergejolak beraroma kerinduan.


Kamu adalah samudra. tenang, dalam, penuh misteri.
Aku adalah bumi, getaran yang selalu mengelilingimu.
Kita selalu bersama sama. Saling melindungi. Berbagi rahasia dua dunia. Saling menyayangi.
Saling menyelamatkan satu sama lain dari belenggu bencana.
Menjaga keutuhan semesta, dengan keseimbangan kasih sayang.



20 ta oxirgi post ko‘rsatilgan.

697

obunachilar
Kanal statistikasi