" Bapak lo kan banyak duitnya, lagi masuk sini juga sama aja lo, bayar. "
" Ya bedalah, masuk SMA biayanya lebih gede, uang bangku mahal, uang gedung mahal, belum uang bulanannya. Ayah sanggup aja masukin gue ke SMA, tapi yang gue pikirin, apa gue bakalan belajar dengan benar, percuma ayah bayar mahal mahal tapi gue gak bisa belajar dengan benar. "
manggut-manggut Abian mendengarnya " Ya makanya, lo belajar jangan cuma main sama nongki aja tuh sama bocah-bocah. Kan kalau lo rajin belajar dan pintar, lo gak harus masuk sekolah dengan uang. "
" Halah, prestasi kalah sama duit sekarang mah, manusia sebelah mana sih yang gak menerima uang? lo aja kalau di sogok langsung nyengir "
Abian terkekeh mendengar. Benar, semua memang butuh uang, tapi uang bukan untuk segalanya.
" Yaudah, jadi lo mau masuk apa? hukum? sastra, atau teknik? "
" gak tahu. Ah, anjing. Gak punya pendirian banget jadi manusia. "
" Masuk teknik aja lagi, biar bareng gue lagi. " Ucap Abian sambil terkekeh.
" Gini, Jen. Gue mau masuk teknik karena gue mikir zaman pasti semakin canggih, sekarang aja udah banyak alat alat yang pakai tenaga listrik kan. Pasti satu atau dua tiga tahun lagi dunia bakal lebih canggih dari sekarang ini Jen, gue mau buat negara gue juga jadi negara maju, gue juga mau buat alat alat canggih versi Made in Indonesia, bukan Made in Negara lain. "
" Lagian juga, kalau lo masuk teknik lo bisa masuk kemana aja. Enggak harus teknik Jen, kalau lo sungguh-sungguh sih pasti bisa. Mau lo masuk manapun kalau memang udah niat dan lo mau maju, pasti bisa. "
" Mau ke kantin gue, lapar. " Tinggal Abian.
Tepukan dua kali di bahunya di dapati Jëndral, dari Abian sebagai penyemangat.
Lagi, Jëndral hanya menatap langit langit kelas.
" Tapi bener kata Abian, Zaman pasti nanti udah semakin canggih, jangan sampai negara gue di kuasai alat alat teknologi dari negara lain, bukan negara gue sendiri. "
" Oke, gue putuskan gue untuk mengabdi di teknik, demi negara dan masa depan gue juga. "
" Ya bedalah, masuk SMA biayanya lebih gede, uang bangku mahal, uang gedung mahal, belum uang bulanannya. Ayah sanggup aja masukin gue ke SMA, tapi yang gue pikirin, apa gue bakalan belajar dengan benar, percuma ayah bayar mahal mahal tapi gue gak bisa belajar dengan benar. "
manggut-manggut Abian mendengarnya " Ya makanya, lo belajar jangan cuma main sama nongki aja tuh sama bocah-bocah. Kan kalau lo rajin belajar dan pintar, lo gak harus masuk sekolah dengan uang. "
" Halah, prestasi kalah sama duit sekarang mah, manusia sebelah mana sih yang gak menerima uang? lo aja kalau di sogok langsung nyengir "
Abian terkekeh mendengar. Benar, semua memang butuh uang, tapi uang bukan untuk segalanya.
" Yaudah, jadi lo mau masuk apa? hukum? sastra, atau teknik? "
" gak tahu. Ah, anjing. Gak punya pendirian banget jadi manusia. "
" Masuk teknik aja lagi, biar bareng gue lagi. " Ucap Abian sambil terkekeh.
" Gini, Jen. Gue mau masuk teknik karena gue mikir zaman pasti semakin canggih, sekarang aja udah banyak alat alat yang pakai tenaga listrik kan. Pasti satu atau dua tiga tahun lagi dunia bakal lebih canggih dari sekarang ini Jen, gue mau buat negara gue juga jadi negara maju, gue juga mau buat alat alat canggih versi Made in Indonesia, bukan Made in Negara lain. "
" Lagian juga, kalau lo masuk teknik lo bisa masuk kemana aja. Enggak harus teknik Jen, kalau lo sungguh-sungguh sih pasti bisa. Mau lo masuk manapun kalau memang udah niat dan lo mau maju, pasti bisa. "
" Mau ke kantin gue, lapar. " Tinggal Abian.
Tepukan dua kali di bahunya di dapati Jëndral, dari Abian sebagai penyemangat.
Lagi, Jëndral hanya menatap langit langit kelas.
" Tapi bener kata Abian, Zaman pasti nanti udah semakin canggih, jangan sampai negara gue di kuasai alat alat teknologi dari negara lain, bukan negara gue sendiri. "
" Oke, gue putuskan gue untuk mengabdi di teknik, demi negara dan masa depan gue juga. "