Nyenyat sendu bisu terhempas tangis haru biru. Tarikh dua ribu sebagai latar saksi bisu. Bayi baru bertamu pada malam syahdu. Kepada tubuh kaku berbalut lendir merah berlutu harapan ditumpu. Retina moktika membuka, karantala menyulam jaring asa untuk sekumpulan barga. Wacana tutur kamsia diterima kala gatra membawa karunia renjana. Larik hakaik mendidik etik agar menjadi cerdik. Semoga membiak sebagai zat biotik bajik di atas mandala yang kian pelik.
⠀⠀⠀⠀ㅤ
Ayahanda bersabda perihal terma yang akan Ia jaga: Relang Kemuning Adipramana, senyawa penaka cenderasa pelindung keluarga. Serupa panorama syahda, sarwa manusia mencinta pikat jelita. Pangestu dari rahim sang Ibu selaku penunjuk jalan yang akan dituju. Bersekutu dengan sentausa yang padu hingga kelak beranak cucu. Sampai nanti lidahnya kelu, jiwa raga tidak lagi menjadi satu, berdiam diri di dalam peti mati kayu.
⠀⠀⠀⠀ㅤ
Ayahanda bersabda perihal terma yang akan Ia jaga: Relang Kemuning Adipramana, senyawa penaka cenderasa pelindung keluarga. Serupa panorama syahda, sarwa manusia mencinta pikat jelita. Pangestu dari rahim sang Ibu selaku penunjuk jalan yang akan dituju. Bersekutu dengan sentausa yang padu hingga kelak beranak cucu. Sampai nanti lidahnya kelu, jiwa raga tidak lagi menjadi satu, berdiam diri di dalam peti mati kayu.