ㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ"Kisah termulai dari
ㅤㅤㅤㅤ selembar kertas yang tertuai."
⠀Menuliskan kisahnya di praja istimewa Bandung. Tentang luka pilu yang dirasakan dalam dekapan buana menumpahkan rasa sendu yang mendalam.
"Nak, buku ini untukmu. Sebagai hadiah kelahiranmu. kamu bisa menuliskan dan menceritakan apa saja yang kamu alami dan bisa kamu ceritakan kembali pada buah hati mu kelak."
Bulir ayar yang tak dapat terbendung, terduduk lemah memeluk buku usang dalam lantai dingin dan payoda gelap tanpa indurasmi seakan tak ingin menjadi teman nya.
"Anak ayah. kesayangan Ayah. Jaga bunda mu dan nenek mu, nggih?tetaplah menjaga mereka jikalau ayah sudah tak bisa menjaga kalian, nggih?"
⠀Nayanika yang penuh dengan kantung hitam dibawahnya, hidup dalam nestapa dengan nabastala yang menjadi perjalanan bagi sang anak dara.
"Jaegaraksa-no alson. Nama yang ayah berikan untukmu, sangat tampan dan kelihatan sangat keren kan. setampan kamu dengan arti yang bagus, sebagus Hatimu."
Menunggu bianglala yang tak kunjung tiba menuliskan setiap hari tanpa henti dalam buku usang hadiah dari seorang panglima yang t'lah gugur pada Medan perang. Dihantui rasa bersalah, hati gundah tak pernah tentram.
"Ayah, rumahku kini sudah tak sehangat dulu. Benarkah ayah pergi meninggalkan kami karena Raksa? Bunda berkata demikian pada Raksa"
"Ayah, jikalau itu benar dapatkah raksa ikut sekarang bersama Ayahanda? Raksa ingin meminta maaf dengan ayah agar bunda tak marah dengan raksa lagi."
Buku itu menceritakan inti kisah dalam hidup. Sanubari muak dengan serapah yang terucap. Bagaikan bui dalam rumah sendiri. Kehangatan seakan lengkara bagi diri dan hanya Sadrah di dalam sanubari. Buku pemberian Ayahanda yang s'lalu menjadi teman tatkala buana tak mau mendekati nya.
"Hari dimana buku ini menjadi teman ku, dan noda hitam dari tinta milik pulpen ku yang menyentuh putih nya kertas ini yang menceritakan tentang betapa bahagianya aku mendapatkan hadiah yang ternyata menjadi hadiah terakhir. Ayah, bahagian ini akan terus menjadi bahagian yang menyenangkan pula menyedihkan bagiku."
ㅤㅤㅤㅤ selembar kertas yang tertuai."
⠀Menuliskan kisahnya di praja istimewa Bandung. Tentang luka pilu yang dirasakan dalam dekapan buana menumpahkan rasa sendu yang mendalam.
"Nak, buku ini untukmu. Sebagai hadiah kelahiranmu. kamu bisa menuliskan dan menceritakan apa saja yang kamu alami dan bisa kamu ceritakan kembali pada buah hati mu kelak."
Bulir ayar yang tak dapat terbendung, terduduk lemah memeluk buku usang dalam lantai dingin dan payoda gelap tanpa indurasmi seakan tak ingin menjadi teman nya.
"Anak ayah. kesayangan Ayah. Jaga bunda mu dan nenek mu, nggih?tetaplah menjaga mereka jikalau ayah sudah tak bisa menjaga kalian, nggih?"
⠀Nayanika yang penuh dengan kantung hitam dibawahnya, hidup dalam nestapa dengan nabastala yang menjadi perjalanan bagi sang anak dara.
"Jaegaraksa-no alson. Nama yang ayah berikan untukmu, sangat tampan dan kelihatan sangat keren kan. setampan kamu dengan arti yang bagus, sebagus Hatimu."
Menunggu bianglala yang tak kunjung tiba menuliskan setiap hari tanpa henti dalam buku usang hadiah dari seorang panglima yang t'lah gugur pada Medan perang. Dihantui rasa bersalah, hati gundah tak pernah tentram.
"Ayah, rumahku kini sudah tak sehangat dulu. Benarkah ayah pergi meninggalkan kami karena Raksa? Bunda berkata demikian pada Raksa"
"Ayah, jikalau itu benar dapatkah raksa ikut sekarang bersama Ayahanda? Raksa ingin meminta maaf dengan ayah agar bunda tak marah dengan raksa lagi."
Buku itu menceritakan inti kisah dalam hidup. Sanubari muak dengan serapah yang terucap. Bagaikan bui dalam rumah sendiri. Kehangatan seakan lengkara bagi diri dan hanya Sadrah di dalam sanubari. Buku pemberian Ayahanda yang s'lalu menjadi teman tatkala buana tak mau mendekati nya.
"Hari dimana buku ini menjadi teman ku, dan noda hitam dari tinta milik pulpen ku yang menyentuh putih nya kertas ini yang menceritakan tentang betapa bahagianya aku mendapatkan hadiah yang ternyata menjadi hadiah terakhir. Ayah, bahagian ini akan terus menjadi bahagian yang menyenangkan pula menyedihkan bagiku."