⠀ #ILUSIHATI — (1) Kaleng Soda.
⠀ ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Arunika; Cahaya matahari terbit. Sungguh indah hari ini. Apa yang bisa mengalahkan keindahan fajar kali ini? Benar, mengetahui fakta bahwa ini adalah hari Senin. Hari yang benar-benar sial, bukan tanpa sebab aku mengatakan hal tersebut.
Jika bukan karena pengendara motor yang tak bertanggungjawab membuat bajuku basah terkena genangan air, mungkin aku sudah berada di kelas duduk bersama Shanne tanpa harus terlambat masuk kelas. Sekarang aku berada di luar kelas lantaran tak diizinkan masuk. Padahal, bel baru berbunyi satu menit yang lalu dan aku harus berdiri di luar kelas hingga jam mata pelajaran nya selesai.
Netraku tak sengaja menangkap tubuh seseorang yang ku kenal, tubuh yang membuatku harus terkena sial dengan berdiri di luar kelas selama hampir satu jam ini. Aku melihat satu buah kaleng minuman soda, terbesit ide pembalasan dendam yang ku buat. Ku tendang kaleng minuman itu kearahnya.
Gotcha!
Kaleng itu tepat sasaran, "Lilianna memang selalu hebat dalam hal melempar." Aku berpura-pura berdiri seolah tidak terjadi apa-apa. biar ku tebak, Sekarang lelaki itu sedang mencari kesana kemari untuk melihat siapa orang iseng tadi.
Aku melihat laki-laki tadi menghampiriku, kurasa ia mencurigai ku lantaran hanya aku yang berdiri disini. "Lu yang melempar kaleng minuman ini ke gua?" Ia menunjuk kaleng minuman soda yang tadi aku lempar sambil menatapku tajam.
"Tidak. Aku tidak melemparkan apapun kepadamu. lagipula, untuk apa aku melemparkan minuman soda kepada orang yang tak ku kenal? Kurang kerjaan sekali."
Ku lihat lelaki tadi tampak berfikir sejenak, kemudian ia beranjak pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Demi Batagor kantin, aku tak akan pernah mau bertemu dengannya kembali.
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀. . .
Kini aku berada di kantin, hukumanku sudah berakhir dua jam yang lalu diakhiri dengan wejangan dari guru pelajaran fisika itu. Shanne tak henti-hentinya menertawakan ku setelah aku menceritakan alasan aku terlambat masuk ke dalam kelas.
"Lalu, kamu sudah ketemu orangnya?" Tanyanya penasaran.
"Sudah, sudah ku beri pelajaran juga."
Shanne menampilkan gurat penasaran, "Pelajaran? Pelajaran apa yang kamu berikan?"
"Aku menendang kaleng soda ke arahnya."
Mulut Shanne sontak menganga untung saja tidak terlalu lebar, jika iya, mungkin akan aku jadikan aib baru dalam album aib Shanne yang ada pada folder handphone ku.
"Sebentar, berarti maksud kamu, orang itu siswa di sekolah ini?" Aku mengangguk.
"Jadi, benar lu yang melempar kaleng minuman soda tadi ke arah gua?"
Aku dan Shanne sontak melihat ke arah suara itu berasal. Shanne memekik histeris sementara aku menggerutu dalam hati atas kebocoran mulutku yang tak bisa dikontrol ini.
"Jawab gua."
Nasi sudah menjadi bubur, harga diriku kini sudah terkubur. Tolong siapapun bawa aku kabur kemana saja, sampai ke Korea juga tidak masalah. Dengan keberanian yang masih tersisa aku menatapnya yang kini sudah menatapku lebih tajam daripada di awal kebohonganku tadi.
"Iya. Lagipula, gara-gara kamu juga saya kena hukuman."
"Minta maaf."
"Tidak. Kamu duluan yang minta maaf ke saya."
"Gua bilang minta maaf."
"Tidak."
Aku tidak mungkin akan minta maaf pada orang yang salah duluan. Aku saling melemparkan tatapan tak mau mengalah, enak saja. Aku tidak akan iseng jika dia tidak iseng terlebih dahulu.
"Fine, gua tandain wajah lu."
Sial. Dia benar-benar tidak minta maaf, tinggi sekali ego nya. Apakah minta maaf sesusah itu? Kenapa pria seperti itu bisa membuat Shanne seakan-akan bertemu sang idola? Aneh. Dunia sudah aneh.
⠀ ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Arunika; Cahaya matahari terbit. Sungguh indah hari ini. Apa yang bisa mengalahkan keindahan fajar kali ini? Benar, mengetahui fakta bahwa ini adalah hari Senin. Hari yang benar-benar sial, bukan tanpa sebab aku mengatakan hal tersebut.
Jika bukan karena pengendara motor yang tak bertanggungjawab membuat bajuku basah terkena genangan air, mungkin aku sudah berada di kelas duduk bersama Shanne tanpa harus terlambat masuk kelas. Sekarang aku berada di luar kelas lantaran tak diizinkan masuk. Padahal, bel baru berbunyi satu menit yang lalu dan aku harus berdiri di luar kelas hingga jam mata pelajaran nya selesai.
Netraku tak sengaja menangkap tubuh seseorang yang ku kenal, tubuh yang membuatku harus terkena sial dengan berdiri di luar kelas selama hampir satu jam ini. Aku melihat satu buah kaleng minuman soda, terbesit ide pembalasan dendam yang ku buat. Ku tendang kaleng minuman itu kearahnya.
Gotcha!
Kaleng itu tepat sasaran, "Lilianna memang selalu hebat dalam hal melempar." Aku berpura-pura berdiri seolah tidak terjadi apa-apa. biar ku tebak, Sekarang lelaki itu sedang mencari kesana kemari untuk melihat siapa orang iseng tadi.
Aku melihat laki-laki tadi menghampiriku, kurasa ia mencurigai ku lantaran hanya aku yang berdiri disini. "Lu yang melempar kaleng minuman ini ke gua?" Ia menunjuk kaleng minuman soda yang tadi aku lempar sambil menatapku tajam.
"Tidak. Aku tidak melemparkan apapun kepadamu. lagipula, untuk apa aku melemparkan minuman soda kepada orang yang tak ku kenal? Kurang kerjaan sekali."
Ku lihat lelaki tadi tampak berfikir sejenak, kemudian ia beranjak pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Demi Batagor kantin, aku tak akan pernah mau bertemu dengannya kembali.
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀. . .
Kini aku berada di kantin, hukumanku sudah berakhir dua jam yang lalu diakhiri dengan wejangan dari guru pelajaran fisika itu. Shanne tak henti-hentinya menertawakan ku setelah aku menceritakan alasan aku terlambat masuk ke dalam kelas.
"Lalu, kamu sudah ketemu orangnya?" Tanyanya penasaran.
"Sudah, sudah ku beri pelajaran juga."
Shanne menampilkan gurat penasaran, "Pelajaran? Pelajaran apa yang kamu berikan?"
"Aku menendang kaleng soda ke arahnya."
Mulut Shanne sontak menganga untung saja tidak terlalu lebar, jika iya, mungkin akan aku jadikan aib baru dalam album aib Shanne yang ada pada folder handphone ku.
"Sebentar, berarti maksud kamu, orang itu siswa di sekolah ini?" Aku mengangguk.
"Jadi, benar lu yang melempar kaleng minuman soda tadi ke arah gua?"
Aku dan Shanne sontak melihat ke arah suara itu berasal. Shanne memekik histeris sementara aku menggerutu dalam hati atas kebocoran mulutku yang tak bisa dikontrol ini.
"Jawab gua."
Nasi sudah menjadi bubur, harga diriku kini sudah terkubur. Tolong siapapun bawa aku kabur kemana saja, sampai ke Korea juga tidak masalah. Dengan keberanian yang masih tersisa aku menatapnya yang kini sudah menatapku lebih tajam daripada di awal kebohonganku tadi.
"Iya. Lagipula, gara-gara kamu juga saya kena hukuman."
"Minta maaf."
"Tidak. Kamu duluan yang minta maaf ke saya."
"Gua bilang minta maaf."
"Tidak."
Aku tidak mungkin akan minta maaf pada orang yang salah duluan. Aku saling melemparkan tatapan tak mau mengalah, enak saja. Aku tidak akan iseng jika dia tidak iseng terlebih dahulu.
"Fine, gua tandain wajah lu."
Sial. Dia benar-benar tidak minta maaf, tinggi sekali ego nya. Apakah minta maaf sesusah itu? Kenapa pria seperti itu bisa membuat Shanne seakan-akan bertemu sang idola? Aneh. Dunia sudah aneh.