Padika Ketaksaan.


Гео и язык канала: не указан, не указан
Категория: не указана


Harmonika sendu meraung dalam waktu. Dunia seakan datang tuk mengadu. Elegi rindu kembali tersirat syahdu. Nuraga hati kini telah tersia berkali-kali. Atma Palawa telah gata dengan kisah yang kini usai.
@ARSIPLILIANNA @Toetoer_berboBot

Связанные каналы

Гео и язык канала
не указан, не указан
Категория
не указана
Статистика
Фильтр публикаций


Pandanganku sontak menoleh ke arah gadis yang berada di samping tempatku duduk. Aku kembali menatap ke arah depan, kala ia memberikanku secangkir teh hangat untuk berdua.

"Membayangkan hidup."

"Bohong -eh, maksudnya belum semua kamu ceritakan."

"Kamu serius mau dengar semuanya, Li?" Melihat Kembaranku — Lilianne Faustine yang menatapku dengan serius, membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Kamu percaya dengan istilah semua yang datang akan pergi?"

"Percaya, sangat malahan," Anne menatap langit malam yang kini memunculkan bulan sabit yang indah, menarik nafas sebentar lalu melanjutkan omongannya, "Kamu ngapain nanya kayak gitu coba? Kan kita sudah ngalamin baru saja semalam, Secara nyata dan tanpa rekayasa lagi."

"Semalam? Memangnya kita ngalamin apa?" Aku menatap Anne dengan serius, mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam.

"Apa ada bagian yang ku lewatkan semalam? Ah, sepertinya tidak." Monolog ku dalam hati.

"Masa tidak ingat? Kita semalam baru saja membeli coklat dan membuat uang saku kita pergi."

Mulutku sontak terbuka lebar, bahkan rasanya rahangku hampir jatuh, mataku yang membulat sempurna seperti akan keluar dari tempatnya. Demi photo bias Shanne yang selalu ia pamerkan, Khayalan jawabannya sudah sampai di tahap tertinggi tapi jatuh begitu saja.

"Demi Bintang Sirius, aku udah serius dengerin nya tapi kamu malah bercanda. Udahlah, sana-sana masuk kamar, bermimpi menikah dengan Scoups saja, nyebelin kamu." Aku mendorong kasar Lilianne yang hanya tertawa dengan puas.

"Iya-iya, aku masuk ke dalam. Kamu kalau udah ngantuk masuk, jangan tidur diluar. Kita gak punya pangeran dengan kuda gagahnya yang bakalan gendong kamu masuk ke kamar terus kasih kata-kata manis penghantar tidur."

Aku mendengus sebal dan mengacuhkan Anne yang sudah masuk ke dalam, palingan sebentar lagi ia akan berteriak dan berkata ingin menikah dengan Scoups.

"Li, ini cardigan pakai, Dingin diluar. omong-omong untuk pertanyaanmu, jawabannya ada di masa lalu. Kita kehilangan sosok tercinta." Aku diam, menerima cardigan yang dilemparkan lewat jendela.

Semua yang datang akan pergi, ntah itu karena selesai atau memang akhir dari ujung cerita. Takdir memiliki rahasia, mengikhlaskan dan mengikuti akan kemana kisah ini berlanjut itu adalah tugas selanjutnya.


      ⠀         #ILUSIHATI — (2) Tulis Takdir.
      ⠀   ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Sandhyakala sungguh indah, burung-burung seakan menari dalam indahnya. Semua terpukau akan semburat cahayanya. Anila halus kali ini menjadi pengiringnya, Atma yang Harsa kan tercipta tiap kali menatapnya.

Ia diam, namun seakan berbicara bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kulihat ke atas Sana, menatap dalam diam, seakan-akan bahwa ia adalah rumah berpulang. Tempatku mengadu duka.

Hembusan nafas yang semakin memberat, oksigen yang masuk semakin menipis. Berat dalam rongga dada makin memenuhi. sesak, itu yang terasa. Tatapan mata tertuju pada langit sore yang pelita, mencoba sekali lagi menghirup udara yang tersisa.

Disana, terlihat oleh netraku. Ayah dan anak yang seolah-olah ikut bahagia akan semburat sore kali ini, begitupun dengan sepasang kekasih yang kini telah bertukar rindu dibawah langit sore kali ini.

"Jangan melamun, nanti dihinggapi lalat."

Lamunanku terhenti kala kudengar suara yang tak asing di telinga, aku menggerakkan kepalaku ke arah kanan dan tersenyum simpul padanya.

"Memandang keindahan disana dan disana," Aku menunjuk langit sore hari ini dan keluarga bahagia yang kini t'lah bercanda mesra seolah-olah dunia hanyalah milik mereka.

Aku mengerutkan dahi kala ia tertawa dengan penjelasanku, "Kenapa kamu ketawa, Tama. Memangnya ada yang lucu, ya?"

Ia —Aditama Alsaki, Lelaki yang hanya berbeda berapa bulan denganku. Kami berteman sejak bangku sekolah dasar, ia datang dengan wajah menyebalkan dan seenak jidatnya berkata, "Kamu seperti orang gila, gak punya teman. Sini aku temenin." Aku mendengus sebal kala itu, tapi sampai sekarang, ia menjadi tempat cerita terbaikku.

"Enggak, lucu aja kamu nunjuk keluarga itu. Kenapa? Kamu mau juga seperti itu?" Aku tertawa miris mendengar pertanyaannya.

"Mana bisa. Mau sama siapa aku kayak gitu? Tukang bakso depan sekolah?"

"Sama aku nanti, kita buat keluarga bahagia." Aku mencubit lengan tama dengan kuat membuatnya mengadu kesakitan.

"Ngawur!" Aku mendengus sebal, mengambil permen karet yang ada disaku bajuku. Belum sempat aku memakannya, tiba-tiba Tama membuang permen karet terakhirku.

"Tama! Kenapa dibuang?!"

"Jangan makan permen karet terus, nanti rahangnya sakit. Ini aja, bunda tadi buat donat."

"Kenapa tidak bilang dari awal? Kan aku jadi gak perlu repot-repot buka permennya." Aku mengambil satu donat yang diberikan oleh Tama.

"Lili, kenapa kita tidak bisa bersama?" Satu pertanyaan dari Aditama membuatku tersedak donat yang baru saja kutelan, dengan segera ia memberikanku minum. Dengan senang hati aku menerimanya dan meminum air itu hingga menyisakan setengah botol.

"Kamu kaget banget kayaknya sama pertanyaanku, sampai batuk-batuk gitu."

Bibirku kelu, tubuhku tiba-tiba membeku. aku diam seribu kata, mencari jawabannya yang pas akan pertanyaan yang tidak tau kemana arahnya. Aku semakin terdiam kala tiba-tiba Tama mengelus lembut punggung tanganku.

"Lilianna, gak usah dijawab gapapa. Aku tau kita gak akan pernah bisa bersama sebagai sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan cinta kasih."

"Aku anggap kamu sebagai sahabat aku, Tama. Kita berbeda, aku tidak mau merebut kamu dari tuhanmu." Satu kalimat terakhir sebelum akhirnya aku meninggalkan Tama sendiri di bangku taman itu.

Ini adalah yang kesekian kalinya ia bertanya tentang hal yang tak akan mungkin bisa terjadi. Menjauhkan afeksi dari Tama adalah hal yang tidaklah mudah, ia selalu hadir pada saat yang tepat. Untuk bersama? Tidak. Aku tak ingin merebutnya dari Tuhannya.

"Lilianna, andai kamu tau, kalau perasaanku lebih dari sekedar teman, Andai kamu tau, kalau bayanganmu t'lah menetap di ingatanku, dan andai kamu tau, aku juga paham kita berbeda dan tak akan mungkin bersama."

Tama berbicara dengan pelan, tatapan sendunya tetap melekat hingga aku menghilang dari netranya ketika berbelok diujung jalan raya.

    ⠀    ⠀    ⠀    ⠀       ⠀    ⠀. . .


"Melamunkan apa, Li?"


      ⠀         #ILUSIHATI — (1) Kaleng Soda.
      ⠀   ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


Arunika; Cahaya matahari terbit. Sungguh indah hari ini. Apa yang bisa mengalahkan keindahan fajar kali ini? Benar, mengetahui fakta bahwa ini adalah hari Senin. Hari yang benar-benar sial, bukan tanpa sebab aku mengatakan hal tersebut.

Jika bukan karena pengendara motor yang tak bertanggungjawab membuat bajuku basah terkena genangan air, mungkin aku sudah berada di kelas duduk bersama Shanne tanpa harus terlambat masuk kelas. Sekarang aku berada di luar kelas lantaran tak diizinkan masuk. Padahal, bel baru berbunyi satu menit yang lalu dan aku harus berdiri di luar kelas hingga jam mata pelajaran nya selesai.

Netraku tak sengaja menangkap tubuh seseorang yang ku kenal, tubuh yang membuatku harus terkena sial dengan berdiri di luar kelas selama hampir satu jam ini. Aku melihat satu buah kaleng minuman soda, terbesit ide pembalasan dendam yang ku buat. Ku tendang kaleng minuman itu kearahnya.

Gotcha!

Kaleng itu tepat sasaran, "Lilianna memang selalu hebat dalam hal melempar."  Aku berpura-pura berdiri seolah tidak terjadi apa-apa. biar ku tebak, Sekarang lelaki itu sedang mencari kesana kemari untuk melihat siapa orang iseng tadi.

Aku melihat laki-laki tadi menghampiriku, kurasa ia mencurigai ku lantaran hanya aku yang berdiri disini. "Lu yang melempar kaleng minuman ini ke gua?" Ia menunjuk kaleng minuman soda yang tadi aku lempar sambil menatapku tajam.

"Tidak. Aku tidak melemparkan apapun kepadamu. lagipula, untuk apa aku melemparkan minuman soda kepada orang yang tak ku kenal? Kurang kerjaan sekali."

Ku lihat lelaki tadi tampak berfikir sejenak, kemudian ia beranjak pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Demi Batagor kantin, aku tak akan pernah mau bertemu dengannya kembali.

    ⠀    ⠀    ⠀    ⠀       ⠀    ⠀. . .

Kini aku berada di kantin, hukumanku sudah berakhir dua jam yang lalu diakhiri dengan wejangan dari guru pelajaran fisika itu. Shanne tak henti-hentinya menertawakan ku setelah aku menceritakan alasan aku terlambat masuk ke dalam kelas.

"Lalu, kamu sudah ketemu orangnya?" Tanyanya penasaran.

"Sudah, sudah ku beri pelajaran juga."

Shanne menampilkan gurat penasaran, "Pelajaran? Pelajaran apa yang kamu berikan?"

"Aku menendang kaleng soda ke arahnya."

Mulut Shanne sontak menganga untung saja tidak terlalu lebar, jika iya, mungkin akan aku jadikan aib baru dalam album aib Shanne yang ada pada folder handphone ku.

"Sebentar, berarti maksud kamu, orang itu siswa di sekolah ini?" Aku mengangguk.

"Jadi, benar lu yang melempar kaleng minuman soda tadi ke arah gua?"

Aku dan Shanne sontak melihat ke arah suara itu berasal. Shanne memekik histeris sementara aku menggerutu dalam hati atas kebocoran mulutku yang tak bisa dikontrol ini.

"Jawab gua."

Nasi sudah menjadi bubur, harga diriku kini sudah terkubur. Tolong siapapun bawa aku kabur kemana saja, sampai ke Korea juga tidak masalah. Dengan keberanian yang masih tersisa aku menatapnya yang kini sudah menatapku lebih tajam daripada di awal kebohonganku tadi.

"Iya. Lagipula, gara-gara kamu juga saya kena hukuman."

"Minta maaf."

"Tidak. Kamu duluan yang minta maaf ke saya."

"Gua bilang minta maaf."

"Tidak."

Aku tidak mungkin akan minta maaf pada orang yang salah duluan. Aku saling melemparkan tatapan tak mau mengalah, enak saja. Aku tidak akan iseng jika dia tidak iseng terlebih dahulu.

"Fine, gua tandain wajah lu."

Sial. Dia benar-benar tidak minta maaf, tinggi sekali ego nya. Apakah minta maaf sesusah itu? Kenapa pria seperti itu bisa membuat Shanne seakan-akan bertemu sang idola? Aneh. Dunia sudah aneh.


      ⠀         #ILUSIHATI — Prolog
      ⠀   ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


Cinta? Satu kata beribu juta rasa yang terungkap. Siapa yang mau jatuh cinta? Membuang waktu dengan segala afeksi insan semesta yang bisa kapan saja meninggalkan rasa kasih yang diberi.

Rentetan kalimat itu menjadi tembok kokoh bagi dirinya yang hanya takut tersakiti oleh atensi manusia lain. Itu hanyalah sebagai penopang dalam diri agar mampu mempertahankan diri dari hasrat ingin memiliki lalu jatuh ke dalam harapan.

Siapa yang dapat melawan takdir? Tidak ada. Tidak ada satupun yang mampu melawan takdir.  Lantas, apa yang harus terpinta pada semesta? Menahan masa kemudian menerobos takdir rasa dan melawan yang maha kuasa? Terlalu berani bagi insan yang hanya menumpang harap.

"Aku mengenal cinta, aku melawan hukum dalam diriku sendiri, itu semua karena setiap atensi yang kamu berikan. Seandainya kita tak bersua, mungkin aku tak perlu merasakan duka sehebat ini." Katanya.

Mahligai rasa menghantui setiap jiwa. Alur cerita asmaraloka pula yang berbeda, dalam belahan jiwa mereka merasa sendu maupun Harsa. Ada yang terlalu bahagia hingga larut dalam lara. Jamanika kehidupan terus terbuka, Kisah asmaraloka terus menerus terjalin erat.

Pergi, datang, silih berganti itulah siklus kehidupan. Namun, mempermainkan perasaan tanpa ada rasa bersalah, tak seharusnya mendapatkan ampunan. Akhirnya hanya rela yang menjadi kewajiban meski hati berkata masih akan terus hinggap bersama sang lara.




Видео недоступно для предпросмотра
Смотреть в Telegram
Kota Solo, 2020.

Kala itu, penghujung hari dengan senyapnya mentari merampas haru dari rindu yang berkecamuk ruai. Bukan sekedar senandung kalimat penenang jiwa, tetapi kalimat nyata penyampai makna. Kosakata dari beribu bait kalimat berlalu lalang di kepala, rempaka terus menerus tanpa henti. Pekat tinta dari pena mulai surut perlahan, pada sebuah buku ini ku tuliskan narasi kehidupan.

Solo — Aku, enggan akan lupa bagaimana antusias nya ketika pengagummu menceritakan kota ini. Ia sebut kota solo adalah Jiwanya Jawa, maka izinkanlah aku untuk mengatakan jika solo adalah Jiwanya Jawa, sementara dirinya adalah Jiwanya sang pemilik atma ini. Namun, semuanya hanyalah kenangan yang enggan tuk' ikut bersama lara kini. Solo, Hamba titipkan sang pengagum mu, jagalah dia agar tetap menjadikan mu bahagian kisah kegemarannya.


      ⠀        𝗪𝗔𝗥𝗔 𝗪𝗔𝗥𝗔

⠀Salam hangat serta hormat yang dituturkan pada insan elok nan agung dalam jangkauan buana.

⠀Izinkan hamba menafsirkan surat indah tertulis dalam canvas putih yang terkena noda ini dalam bait-bait yang sudah termaktub.

⠀I. Hamba mendeklarasikan bahwa saluran ini tidak ada sangkut pautnya dengan Wanodya ayu Aeri Giselle. Hamba hanya menggunakan rupa nya untuk bermain dalam buana semu ini.

⠀II. Semua potret yang di publikasikan, diambil dari situs-situs yang tercantum, seperti Instagram, Twitter ataupun Pinterest, dan dipastikan tidak terdapat situs-situs yang dilarang.

⠀III. Perwayangan menggunakan Karakter orisinil sebagai tipe saat ini. Dengan latar Solo, sebagai pembantu dalam tempat yang termaktub dalam kisah.

⠀IV. Sejumput arahan yang t'lah hamba deklarasikan 'tuk tuan jua puan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan memudahkan mencari isi dari saluran ini.
#ILUSIHATI; Penanda dalam sebuah cerita.
#BERCERITA; Penanda daily cerita.
#LA; Penanda sang penulis.
([] ABCD); Penanda ketika keluar dari cerita.

⠀V. Mungkin akan terdapat beberapa adegan kasar atau bahasa kasar yang terjadi dalam sepanjang cerita. Jikalau memang tuan jua puan merasa keberatan dengan adanya perilaku serta tata Krama kasar dalam cerita.

⠀VI. Jikalau terdapat kesalahan ketika hamba melakukan pengaktifan karakter mohon tegur dengan baik dan sopan pada bilik wicara. Dan perlu diingatkan semua yang ada di cerita ini hanyalah karangan dari sang penulis, dan tak ada sangkut pautnya dengan dunia asli dari wayang yang dikenakan. Jikalau terdapat kesamaan dalam alur maupun nama, nyuwun pangapunten sanget nggih.

⠀VII. Semua ini adalah murni hasil dari pemikiran hamba sendiri, semua yang sudah termaktub dalam canvas putih ini tak diperkenankan 'tuk di tiru.

⠀Seluruh bait-bait Aksara dalam Canvas putih ternoda yang sudah hamba deklarasikan. Moga-moga tuan jua puan tak akan merasa bimbang dalam melangkah ke halaman selanjutnya. Dengan hormat hamba tuturkan terimakasih atas atensi yang diberikan.


Kita hanyalah seorang anak Adam dan hawa yang saling bertemu dalam mahligai rasa, menjalin cinta kasih asmaraloka, Lalu dipisahkan oleh takdir sang pencipta. Catur rasa dalam dunia asmaraloka membuat Atma yang Harsa menjadi gundah gulana.

Lantas, apa yang harus ku pinta pada semesta? Menahan mu kemudian menerobos takdir rasa? Atau melawan yang maha kuasa? Maaf, aku tak memiliki kuasa dalam melawan hukum dunia asmaraloka.

Aku yang terlalu berilusi, tanpa tau apa yang akan terjadi nanti. Aku terlalu berharap lebih, pada pertemuan kita yang hanya terhitung jari. Melupakan segala afeksi, hingga haruskah kita usai kini?

Показано 8 последних публикаций.

201

подписчиков
Статистика канала