𝐀𝐋𝐁𝐈𝐎𝐑𝐈𝐗, 𝐀𝐑𝐄𝐒; 𝐀𝐁𝐈𝐆𝐀𝐈𝐋


Гео и язык канала: не указан, не указан
Категория: не указана


𝗟𝗔𝗞𝗢𝗡 𝗙𝗜𝗞𝗦𝗜 — Seorang pria yang lahir ditanah Jawa dan mengukir kisahnya dengan prinsip 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒚𝒖 𝒉𝒂𝒚𝒖𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂𝒏𝒂.
Kanal bertagar 𝙉𝙎𝙁𝙒 • 𝙀𝙓𝙋𝙇𝙄𝘾𝙄𝙏 𝘾𝙊𝙉𝙏𝙀𝙉𝙏
🕊 𝐌𝐮𝐧𝐝𝐚𝐧𝐞 :
@SIRXDIALOGY_Bot

Связанные каналы

Гео и язык канала
не указан, не указан
Категория
не указана
Статистика
Фильтр публикаций


ㅤㅤㅤㅤㅤ
Usai Anna membersihkan diri dan membiarkan Killa bermain ponsel lebarnya itu, Anna beranjak naik ke atas kasur. Sekejap melupakan bahwa dirinya harus tidur bertiga dalam satu kasur yang sama dengan Gibran, bukan hanya Killa dan dirinya saja. Bahkan melupakan bahwa dirinya hanyalah sekretaris bukan ibu kandung bahkan ibu sambung Killa.

Anna yang sedang asik dengan Killa pun di buat menoleh kearah sumber suara, dimana pintu kamar terbuka. Tanpa ada ketukan atau izin dari yang di dalam, hendak terheran namun lebih tepat Anna sudah tahu sedikit kebiasaan Gibran yang enggan di atur ini-itu apa lagi di arena kekuasaannya.

Melanjutkan perbincangannya dengan Killa yang sedang menonton film 𝐶𝑜𝑟𝑖𝑜𝑢𝑠 𝐺𝑒𝑜𝑟𝑔𝑒, mengidahkan Gibran yang sudah terbaring di sisi kanan Killa. Meraih paksa ponsel besar milik Killa dengan satu jari telinjuk yang mengacung tepat di mulut Gibran, menolak adanya ocehan dari Killa.

Entah apa yang menjadi jompa-jampi Gibran, Killa bisa diam hanya dengan bahasa tubuh Gibran saja.

Setelah menaruh ponsel tersebut pada nakas disamping tempat tidur lalu membenarkan posisi tidurnya menjadi miring dan menghadap Killa dan Anna, Gibran bersua sekilas.

"Tidur, Killa.. Anna.. Ini sudah malam, katanya mau tidur bersama?" Ucapnya dengan nada rendah yang terkesan letih.

Killa yang sudah menguap sedari tadi pun langsung memeluk badan Gibran dan membenamkan wajah di dada bidang Gibran. Bukankah Anna sungguh beruntung dapat melihat momen langka bosnya ini dengan anak kesayangannya?

Terhanyut dalam lamunan tanpa sadar ada tangan Gibran yang mengusap-usap lembut kepala Anna dengan satu tangan lainnya yang menepuk-nepuk punggung Killa perlahan. Menidurkan dua perempuan cantik di depan matanya, hingga tertidur.

Mengecup satu persatu kening mereka sembari membenarkan selimut yang mereka pakai sebatas dada, memastikan suhu ruangan tak terlalu panas maupun dingin.

"Good night, sweetheart." Tutup Gibran pada hari ini.






𝐓𝐛𝐜.



ㅤㅤㅤㅤㅤ


ㅤㅤㅤㅤㅤ
"Kau bisa mandi lalu kau bisa gunakan semua pakaian yang ada di lemari itu, jika kau mau besok saya bisa minta tolong Deon untuk memindahkan baju-baju di apartemenmu kemari. Meski saya rasa itu tak perlu." Tutup Gibran jelas.

Hendak menutup pintunya, cuitan Anna pun membuat Gibran mengurungkan niatnya sebentar. Memfokuskan kembali netra satu sama lain.

"Kenapa saya boleh pakai baju di situ? Kenapa harus di pindah? Memangnya sir Abigail gak marah saya pakai, pakaiannya?" Tanya Anna menuntut.

Senyum Gibran terukir hingga kedua lesung pipi yang menggemaskan itu terukir. "Itukan bajumu, kenapa saya harus melarangmu? Saya mau mandi, tolong jangan tahan saya jika kau tak berniat berbagi pancuran air bersama, Anna."

Anna yang tercekat karena kalimat frontal Gibran pun langsung merengkuh Killa yang masih dalam genggamannya, memohon Killa tak mendengar atau bahkan tau artinya. Agar tak timbul permintaan aneh-aneh lainnya.


ㅤㅤㅤㅤㅤ
𝐂𝐥𝐞𝐜𝐤!

"PAPAAAA!" Teriaknya tak terima melihat dua badan orang dewasa itu masih berbalut pakaian kerjanya masing-masing, berbeda dengan Killa yang sudah siap dengan satu set baju tidur berwarna merah muda. "Pa, papa bukan zombie jangan gigit-gigit Mutter!" Protes Killa yang polos sembari menarik tangan Anna menjauh dari Gibran.

Helaan nafas panjang nan berat Gibran karena merasa diganggu waktunya oleh anaknya sendiri, menelan ludahnya setelah dirinya mengulum bibir bawahnya yang masih menyisakan sensasi bahu Anna.

Mengangguk pasrah ke arah Killa dan Anna, berjalan membelakangi mereka berdua sembari melonggarkan untaian dasi pada kerah kemeja Gibran. "Setidaknya kau ingat meski di luar kesadaranmu, Anna."

Membuka pintu ruangan lalu menoleh sebentar ke arah dua perempuan di belakangnya lantas memusatkan netranya pada mata Anna dengan tatapan datar bak tak ada sesuatu yang terjadi beberapa menit lalu.


ㅤㅤㅤㅤㅤ
Benaman wajah Gibran pada tengkuk leher Anna menjalar ke bahu yang masih di selimuti kain blouse kerjanya, satu tangan yang melingkar di lingkar pinggang perut Anna naik dan menarik paksa hingga membuat blouse itu sobek dan mempermudah Gibran meraih apa yang sedari tadi ia cari.

𝐂𝐫𝐞𝐞𝐞𝐜𝐤!

"Akhh! Gail!" Teriak Anna kecil sesaat setelah bahunya terasa perih akibat gigitan Gibran.

Hampir dua menit lamanya bibir, gigi dan lidah Gibran bertengger di bahu Anna yang setengah polos itu. Membuat Anna menahan ringisan bahkan desahan kesakitan. Meski tangan lain Gibran mengusap-usap lembut perut rata Anna tapi masih kalah dengan rasa sakit di pundaknya.

Keheningan terjadi selama beberapa menit jikalau Killa tak menerobos masuk ke kamar dimana Anna dan Gibran berada, mengomel karena tak lekas berganti baju tidur dan langsung tidur bersama.


ㅤㅤㅤㅤㅤ
Bulu kuduk Anna berdiri karena suara rendah yang terdengar lebih jelas di indera pendengarannya dan deburan nafas hangat pada tengkuk lehernya, membuat Anna memejamkan mata dan memutar memori pada malam itu. Menolak bahwa sebenarnya dirinya juga menikmati dan merindukan, mengais kesadaran bahwa harga diri yang tersisa ini perlu ia jaga.

Bila ada yang melihat sudah dipastikan akan mengira bahwa mereka berdua mirip sepasang kekasih yang akan memadu kasih kembali agar tercipta buah cinta mereka, namun barang siapa yang mengetahui malam itu pasti akan berpikir betapa kotornya kedua manusia itu. Atau hanya Anna saja yang kotor?

Dengan cepat Anna menepis semua pemikiran kotornya dan menjawab pertanyaan atau pernyataan Gibran.

"Ucapan yang mana, sir?" Jawab Anna ragu sembari mencoba mengingat ucapan yang di maksud Gibran.


ㅤㅤㅤㅤㅤ
"Sir, saya nanti temani Killa sampai tidur lalu..." Ucapan Anna terputus saat Gibran menyanggah dengan cepat seraya membuka pintu kamar tersebut mempersilahkan Anna masuk.

"Lalu tidur disini atau ingin tidur bersamaku? Disini atau dimana, Anna?"

"Gak! Gak dimana-mana disini saja sir!" Serunya menolak ucapan Gibran dan langsung masuk ke dalam kamar bernuansa Classic Royal bedroom yang di bumbui sedikit nuansa moderen yang senada dengan aura elegan Gibran.

Anna kagum oleh seisi kamar tersebut, nampak lawas namun tetap terlihat sehat dan rapi seperti sering di gunakan, bahkan Anna semapt berpikir bahwa kamar ini di miliki seseorang. Sempat terbesit bahwa ini adalah kamar istri atau mama kandung Killa, hendak bertanya tapi entah kenapa bibir Anna mendadak menjadi kelu.

Anna yang sedang asik dengan dunianya tak sadar tungkai kaki Gibran berada tepat di belakang badan Anna dan memeluk Anna, mendekap badannya lalu menghirup aroma badan Anna yang khas. "Sweetheart, kamu melupakan ucapanku tadi siang, hm?"


ㅤㅤㅤㅤㅤ
Bibi yang sudah menunggu di dekat pintu bar pun menghampiri mereka dan menggendong Killa menuju kamar. Killa hanya menatap nyalang pada papanya itu, mengacungkan satu jari telunjuk mungilnya untuk tidak macam-macam dan berusaha menolak permintaannya seiring berjalan menjauh meninggalkan kedua insan di tengah ruang tamu.

Gibran yang sadar akan gerak-gerik tak nyaman Anna hanya bisa tersenyum dan lalu meraih pergelangan tangannya lalu menarik agar Anna mengikuti langkah Gibran ke area lantai 2 dan berjalan ke arah salah satu kamar di sudut kiri tangga.


ㅤㅤㅤㅤㅤ
Sesampainya mereka semua di rumah Gibran, Killa yang sudah sedikit merengek karena mengantuk pun meminta salah satu dari dua orang dewasa di depannya itu untuk membantu dirinya membersihkan badan.

"Killa ngantuk, siapa yang mau temenin Killa ganti baju lalu tidur?! Papa ayo, kan kita mau tidur bersama sama Mutter. Kok papa diam saja sih?!" Omel mulut kecil Killa yang tak berhenti sedari tadi.

Kekehan dengan suara bariton Gibran pun beralun di telinga siapapun yang mendengar, sejujurnya Gibran sedari tadi tengah membayangkan hal apa yang akan terjadi ketika mereka tidur bersama. Bahkan Anna dan Gibran pun bukan sepasang kekasih meski pernah memanjakan kelamin mereka masing-masing.

"Killa ganti baju sama bibi ya? Papa harus siapkan baju untuk Anna, lalu kamar papa juga harus di siapkan untuk kita." Ucap Gibran dengan senyum lembut pada Killa, sedikit mengacak-acak pucuk rambut Killa yang semakin membuatnya gemas karena raut wajah yang di tampikannya.


ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

𝐁𝐀𝐁 𝐕
𝐖𝐞 𝐰𝐞𝐫𝐞 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐭𝐨𝐠𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫?

[ Plot waktu dan tempat menyesuaikan ]

ㅤㅤㅤㅤ #YOURSINS ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ




—Dor.

Soon?
ㅤㅤㅤㅤㅤ




Репост из: GRAN – 0 9 7
Видео недоступно для предпросмотра
Смотреть в Telegram
ㅤㅤㅤㅤㅤ

Chaotic; 097

ㅤㅤㅤㅤㅤ






Репост из: ❝ 𝐊𝐎𝐒𝐓𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐄𝐑𝐎𝐒𝐄
ㅤㅤㅤㅤㅤ

Sekian tulisan dari "𝐓𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤 𝐁𝐞𝐫𝐮𝐣𝐮𝐧𝐠". Adapun kutipan tersebut sudah kalian rasakan, tak perlu cemas karena sang tuan pun bisa melaluinya. Sembari membaca lebih nyaman diselingi alunan musik dari Nadin Amizah – Bertaut. Selamat Sore! 🕊

ㅤㅤㅤㅤㅤ


Репост из: ❝ 𝐊𝐎𝐒𝐓𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐄𝐑𝐎𝐒𝐄
ㅤㅤㅤㅤㅤ
Selesai menyesap segelas kopi hitam, tuan ini berjalan meninggalkan kios kopi itu tadi. Berjalan dengan diam sesekali tersenyum pada orang-orang yang di temuinya.

Bahkan disaat gelap gulita dan mendung menutup cerahnya sinar rembulan, tuan ini masih sanggup tersenyum bak tak ada satupun permasalahan.

Nyatanya ribuan umpatan sedang ia pendam, tak ingin sekitarnya merasa tertekan karena amarah yang dia luapkan.

Bukan soal siapa yang kalah dan siapa yang menang, bukan juga persoalan siapa yang pintar siapa yang cerdik.

Bagi seorang tuan dengan parasnya yang rupawan dengan bagasnya kehidupan yang kata orang ia jalani pun berpesan pada siapapun yang mendengar, karena saat ini ia berada di pucuk gedung tertinggi sembari menyesap putung rokok, menatap kelam pada arah gerlipan bintang kota itu.

"𝑱𝒊𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒂𝒉𝒖, 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓 𝒂𝒅𝒂𝒏𝒚𝒂. 𝑴𝒂𝒌𝒂, 𝒔𝒊𝒎𝒑𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒊𝒓 𝒘𝒂𝒋𝒂𝒉𝒎𝒖 𝒅𝒊 𝒂𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒋𝒆𝒏𝒋𝒔 𝒂𝒊𝒓 𝒘𝒂𝒋𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂. 𝑺𝒆𝒃𝒂𝒃, 𝒂𝒊𝒓 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒖𝒃𝒖𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏."

[ #𝐊𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐊𝐉𝐑 ]

ㅤㅤㅤㅤㅤ


Репост из: ❝ 𝐊𝐎𝐒𝐓𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐄𝐑𝐎𝐒𝐄
ㅤㅤㅤㅤㅤ

𝐊𝐨𝐧𝐭𝐚𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚


"Bun, hidup berjalan seperti bajingan..."

Kalimat pertama pada musik karya Nadin Amizah yang beralun di telinganya pada malam hari ini, dengan menyesap kopi hitam dan menatap kosong apapun yang berada di depannya, dengan hati yang nanar memikirkan. Mengapa hidupnya sekeras ini? Bukankah jika kita di beri hidup itu untuk di nikmati? Lalu bagian mana nikmatnya menikmati peliknya dunia ini?

Jikalau tuan ini kurang bersyukur, puji syukur seperti apa yang dianggap cukup untuk pemilik semesta ini?

Jikalau tuan ini seorang pendosa, bagaimana dengan tikus rakus yang berdasi dan memakan baja-baja di aluran lubang kehidupannya. Mengapa mereka begitu bahagia setelah memakan baja yang padahal berujung robohnya satu gudang kehidupan, apakah mereka bukan pendosa?

Tuhan, tuan ini sedang sekarat semangatnya. Terimakasih atas lara dan percikan api kehidupan yang telah engkau ukir dan semesta alunkan. Bolehkan tuan ini bersandar? Untuk sejenak.

Tuhan, tuan ini berjanji akan ia kembalikan malaikat-Mu meski sedikit menggores luka pada sayapnya yang cantik. Karena belati yang tak telihatini tak dapat di kontrol goresannya.


ㅤㅤㅤㅤㅤ


Репост из: ❝ 𝐊𝐎𝐒𝐓𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐄𝐑𝐎𝐒𝐄
ㅤㅤㅤㅤㅤ

Selamat sore, para pembaca kanal KOSTANJAEROSE! Bagaimana hari ini? Apa kalian sudah makan dan minum air putih yang banyak? Semoga kalian semua sehat selalu ya!

Sore ini saya Abigail Gibran Dawson biasa di panggil Gael mau berbagi sedikit "𝐓𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐓𝐮𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐤 𝐁𝐞𝐫𝐮𝐣𝐮𝐧𝐠".


"𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒕𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒊𝒓𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒔𝒌𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒂𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒏𝒂."


[ #𝐊𝐎𝐍𝐓𝐄𝐍𝐊𝐉𝐑 ]

ㅤㅤㅤㅤㅤ



Показано 20 последних публикаций.

223

подписчиков
Статистика канала