Kisah romantis Nabi Muhammad dan Siti Aisyah sudah ada sejak Siti Aisyah kecil. Namun, ketika itu romantisme Nabi Muhammad berbentuk kasih sayang. Kasih sayang Nabi Muhammad disebut-sebit melebihi kasih sayang orang tua Si ti Aisyah.
Selama kehidupannya bersama Nabi Muhammad, Aisyah ikut tumbuh dengan didikan dari Rasulullah SAW. Sebab, Aisyah merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang masih perawan karena dinikahi oleh Rasulullah SAW ketika usianya masih kanak-kanak.
Oleh karena itu, Aisyah dibiarkan menggunakan masa kanak-kanaknya sesuai usianya, baik pola pikir atau pun tingkah laku bermainnya. Nabi pun memperlakukan Aisyah sesuai dengan umurnya, Beliau tidak menuntut Aisyah berbuat sesuatu di luar batas umurnya.
Bahkan, Nabi memberinya cinta, kasih sayang, dan kelembutan melebihi yang pernah didapatkan dari kedua orang tuanya. Semua itu Nabi lakukan agar hidup Aisyah berjalan sesuai dengan tabiat dalam dirinya. Tak ada paksaan kecuali yang menyangkut larangan atau lepas dari hukum syara.
Pertumbuhkan Aisyah tidak luput dari penatauan nabi. Aisyah tumbuh semakin dewasa dan matang. Suatu hari Aisyah keluar bersama Nabi, beliau mengajak bertanding lari untuk yang kedua kalinya setelah sebelumnya mereka pernah melakukannya ketika akan pergi ke Madinah.
Namun kali ini pertandingan lari tersebut dimenangkan oleh Nabi. Aisyah karena tubuhnya sudah padat dan berisi. Aisyah cemberut, tetapi Nabi meledeknya dengan memberikan senyuman. Dikenangnya bahwa dulu Aisyah yang menang, tetapi kali ini nabi yang menang.
Bahkan, Nabi sangat mengetahui karakter Aisyah. Beliau tahu kapan jiwanya sensitif, tahu kapan jiwanya bahagia. Dan inilah yang sering menjadi kisah romantis Nabi Muhammad dan Siti Aisyah. Dalam kisah lain, Nabi Muhammad berkata kepada Aisyah, “Aku tahu kapan kamu marah, kapan kamu bahagia,”.
Merasa heran, Aisyah pun bertanya kepada Nabi Muhammad: “Bagaimana bisa mengetahui suasana hati yang aku sembunyikan begitu rapi?”. Nabi menjawab: “Jika sedang marah, kau bersumpah ‘Demi Tuhan Ibrahim’. Jika hatimu sedang lapang kau bersumpah ‘Demi Tuhan Muhammad’.”
Aisyah kemudian tersipu, tawanya lepas tak tertahan “Demi Allah, Wahai Rasulullah hanya namamu yang tertinggal di hatiku.”
Sikap Nabi Muhammad yang sangat romantis ini juga pernah diceritakan oleh Aisyah. Dalam sebuah hadis, Aisyah RA berkata: “Saya biasa mandi bersama Nabi saw. dari satu bejana dan dengan satu gayung, yang disebut faruq.” (HR Bukhari).
📋: Google
📚:
@hijrahwithangin