γ
€ Selang 10 tahun, sekolah tersebut dipugar menjadi lebih bagus dan besar. Sekolah itu diisi oleh ratusan anak SD dari berbagai kalangan; kelas 1 hingga kelas 6 terisi penuh oleh murid-murid pilihan. Namun di kelas 6, ada seorang gadis pintar yang lagaknya sombong sekali.
Selain pintar, dirinya juga berasal dari orang kaya; membuatnya semakin congkak. Gadis ini sangat disegani. Ayahnya merupakan donatur terbesar dan Ibunya sering memimpin PTA di sekolah. Saat ulangan tiba, gadis itu merupakan satu-satunya siswa yang mendapat nilai baik.
Ketika dipuji teman-temannya, dengan angkuhnya gadis itu berkata βTidak ada yang bisa mengalahkanku! Orang pintar seperti kalian saja tidak selevel denganku, bagaimana dengan orang bodoh yang nilainya selalu jelek?!β.
Dua hari setelah ujian selesai, gadis itu merasa ada yang mengikuti dan mengawasi. Di dalam ruang ganti, toilet, kantin, perpustakaan, bahkan di kelas sekalipun. Ini membuat dirinya agak paranoid. Dirinya selalu ketakutan.
Tingkahnya jadi aneh membuat teman-teman menjauhinya satu per satu. Orang tuanya pun bingung. Sampai suatu waktu, dia tidak masuk sekolah. Empat temannya yang masih dekat dengan dia menjenguk ke rumah gadis tersebut.
Betapa terkejutnya teman-teman gadis itu ketika melihat keadaan si gadis. Mukanya putih, seakan darahnya tidak ada, kantung matanya menghitam, sedangkan matanya tak berkedip. Selalu melihat keatas seakan sedang melihat sesuatu. Dirinya juga tak mau bicara.
Ketika ibunya datang membawakan minuman untuk para penjenguk, gelas minuman kelebihan satu. Seorang teman gadis itu lantas memberitahu pada ibu sang gadis. βLoh? Gelasnya kelebihan satu. Apa buat tante?β, tanya seorang teman. βEh? Kalian kan berlima? 1,2,3,4β¦.β, Ibu sang gadis menghitung teman anaknya. βDanβ¦ 5, tuh dibelakang tempat tidur anak tanteβ¦β
Selain pintar, dirinya juga berasal dari orang kaya; membuatnya semakin congkak. Gadis ini sangat disegani. Ayahnya merupakan donatur terbesar dan Ibunya sering memimpin PTA di sekolah. Saat ulangan tiba, gadis itu merupakan satu-satunya siswa yang mendapat nilai baik.
Ketika dipuji teman-temannya, dengan angkuhnya gadis itu berkata βTidak ada yang bisa mengalahkanku! Orang pintar seperti kalian saja tidak selevel denganku, bagaimana dengan orang bodoh yang nilainya selalu jelek?!β.
Dua hari setelah ujian selesai, gadis itu merasa ada yang mengikuti dan mengawasi. Di dalam ruang ganti, toilet, kantin, perpustakaan, bahkan di kelas sekalipun. Ini membuat dirinya agak paranoid. Dirinya selalu ketakutan.
Tingkahnya jadi aneh membuat teman-teman menjauhinya satu per satu. Orang tuanya pun bingung. Sampai suatu waktu, dia tidak masuk sekolah. Empat temannya yang masih dekat dengan dia menjenguk ke rumah gadis tersebut.
Betapa terkejutnya teman-teman gadis itu ketika melihat keadaan si gadis. Mukanya putih, seakan darahnya tidak ada, kantung matanya menghitam, sedangkan matanya tak berkedip. Selalu melihat keatas seakan sedang melihat sesuatu. Dirinya juga tak mau bicara.
Ketika ibunya datang membawakan minuman untuk para penjenguk, gelas minuman kelebihan satu. Seorang teman gadis itu lantas memberitahu pada ibu sang gadis. βLoh? Gelasnya kelebihan satu. Apa buat tante?β, tanya seorang teman. βEh? Kalian kan berlima? 1,2,3,4β¦.β, Ibu sang gadis menghitung teman anaknya. βDanβ¦ 5, tuh dibelakang tempat tidur anak tanteβ¦β