Rahsa terbuai t'lah berkirai, berganti dengan sosok lalai yang penuh dengan abai. Kumpulan mawar bertangkai dibiarkan terbengkalai tanpa sempat disusun dalam satu rangkai. Potret anak dara dengan surai tergerai masih terselip apik dalam bingkai. Diri merindu pada malam saat jari jemari masih saling membelai. Kini berpikir untuk anjak tungkai, sebab Nona terlalu sukar untuk digapai.ㅤㅤ
Kaki mencipta jejak tanpa sadar, 'tak tentu arah seolah terdampar. Dibawah seminau alkamar, langkah terhenti di tepian bahar, berhias sampan bedar yang rapih berjajar. Hingar-bingar terdengar dalam pikiran selayaknya perang istinggar. Pada keping hati yang t'lah ambyar, netra menatap dengan nanar.
Hari ke dua belas pada bulan Agustus, harapannya pupus. Tali kasih dengan sengaja diputus. Beribu cara dicoba berharap jalan kembali mulus, tetap jua gagal mangkus. Perihal romansa memang 'tak terjalin secara halus, sebab itu memaksa logika untuk kenangan manis agar segera dihapus.
Kaki mencipta jejak tanpa sadar, 'tak tentu arah seolah terdampar. Dibawah seminau alkamar, langkah terhenti di tepian bahar, berhias sampan bedar yang rapih berjajar. Hingar-bingar terdengar dalam pikiran selayaknya perang istinggar. Pada keping hati yang t'lah ambyar, netra menatap dengan nanar.
Hari ke dua belas pada bulan Agustus, harapannya pupus. Tali kasih dengan sengaja diputus. Beribu cara dicoba berharap jalan kembali mulus, tetap jua gagal mangkus. Perihal romansa memang 'tak terjalin secara halus, sebab itu memaksa logika untuk kenangan manis agar segera dihapus.