Pukul tujuh pagi, tinta hitam menari menulis narasi berbalut imajinasi, bercerita perihal adorasi kala kaki menapaki kulminasi jatuh hati. Tenggelam dalam ekspektasi; membentuk setitik aberasi pada sanubari. Pribadi yang bestari; diri dihujani beribu puji, sebab komponen diksi tersaji apik pada advertensi.
Tatkala mentari mulai menampakkan diri pada ufuk timur nabastala bumi, atma mulai melakoni alur fiksi pada ranah ilusi. Tungkai melangkah kesana kemari tanpa arah yang pasti. Berimprovisasi dalam rumpun ide kreasi. Ranum tiada henti lantunkan elegi tentang berahi. Menyendiri terdiam abstensi, merangkai kata perkata membentuk adipuisi. ㅤ
Datang tanpa perlu dicari, hadir bak serendipiti; Nona Permaisuri lahir selayaknya maharani pada bumi Ibu Pertiwi, menjadi ceraki bagi raga yang hampir mati. Tampak netra padmarini elok berhias bola kilau lazuardi. Menatap dengan percaya diri pada jiwa yang t'lah lama menanti. Jatuh terjerembab dalam kisah adiseni yang dicipta oleh jari jemari sendiri.
Tatkala mentari mulai menampakkan diri pada ufuk timur nabastala bumi, atma mulai melakoni alur fiksi pada ranah ilusi. Tungkai melangkah kesana kemari tanpa arah yang pasti. Berimprovisasi dalam rumpun ide kreasi. Ranum tiada henti lantunkan elegi tentang berahi. Menyendiri terdiam abstensi, merangkai kata perkata membentuk adipuisi. ㅤ
Datang tanpa perlu dicari, hadir bak serendipiti; Nona Permaisuri lahir selayaknya maharani pada bumi Ibu Pertiwi, menjadi ceraki bagi raga yang hampir mati. Tampak netra padmarini elok berhias bola kilau lazuardi. Menatap dengan percaya diri pada jiwa yang t'lah lama menanti. Jatuh terjerembab dalam kisah adiseni yang dicipta oleh jari jemari sendiri.