tengah berhadapan dengan hari kiamat.
Aku juga lihat, manusia bagaikan berombak lautan.
Aku juga lihat, badan mereka membesar.
Dosa-dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memikul dosa-dosa itu masing-masing di punggungnya.
Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memikul di punggungnya beban besar seukuran kota Basrah, isinya hanyalah dosa-dosa dan hal-hal yang menghinakan.
Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.
Seluruh amal burukku diletakkan di salah satu sisi timbangan, sedangkan amal baikku di sisi timbangan yang lain.
Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku..!
Tapi ternyata, perhitungan belum selesai.
Mereka mulai meletakkan satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.
Namun alangkah ruginya aku. Ternyata dibalik semua amal itu terdapat "NAFSU TERSEMBUNYI".
Nafsu tersembunyi itu adalah riya', ingin dipuji, merasa bangga dengan amal solehku.
Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang terlepas dari nafsu-nafsu itu.
Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari seksa neraka.
Tiba-tiba, aku terdengar suara, “Masihkah orang ini mempunyai amal baik?”
“Masih...”, jawab suara lain.
“Masih berbaki yang ini.”
Aku pun menjadi tidak tentu, amal baik apakah gerangan yang masih berbaki?
Aku berusaha melihatnya.
Ternyata, itu HANYALAH dua LEMBAR ROTI isi manisan yang pernah kusedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya.
Habis sudah harapanku...
Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sebinasanya.
Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku, sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah dan itu tidak berguna sedikit pun.
Aku merasa benar-benar tertipu habis-habisan.
Segera 2 lembar roti itu diletakkan di timbanganku.
Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sehingga lebih berat sedikit dibandingkan timbangan keburukanku.
Tidak sampai disitu, tenyata masih ada lagi amal baikku.
Iaitu berupa AIR MATA wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah.
Air mata tak terbendung yang mengalir kala tersentuh akan kebaikanku.
Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.
Sungguh tak terbayang, saat air mata itu diletakkan, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus memberat.
Hingga akhirnya aku mendengar suatu suara berkata, “Orang ini selamat dari seksa neraka...!
Masih adakah terselit dalam hati kita nafsu ingin dilihat hebat oleh orang lain pada ibadah dan amal-amal kita..????!!!
Allahuakbar!!!
Aku bermohon kehadrat Allah Tuhan Pemilik Hari Pembalasan agar diriku, keturunanku juga sahabat²ku semua dijauhkan dari sifat dan juga amal dari Nafsu Yang Tersembunyi.
Sumber tazkirah telah kupetik dari kitab "KISAH TAULADAN"
"Ar-Rafi’i dalam Qalam (2/153-160)".
Semoga kita diberi kefahaman untuk amal dan beroleh manfaat.
@sindiransigadis