ㅤ
ㅤ suara dentingan sendok menjadi pengisi keheningan di meja makan tersebut. melahap makan malam mereka dengan khidmat, sesekali salah satunya melirik orang yang ada di depan; wajahnya tenang, menikmati makan malam ini dengan sempurna.
"maaf, tadi gua gak sengaja jatuhin buku lo, jadi ribut," ucap jeger, mengawali obrolan dengan permintaan maaf karena membuat suara yang menyebabkan richandra setengah kesal.
"gak apa, lo gak sengaja juga. gua duluan ke kamar, ya. night." selesai membereskan semua piring di meja, richandra pamit duluan untuk kembali ke kamarnya.
jeger menganggukkan kepalanya mengerti, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. rautnya menunjukkan kebingungan karena kejadian tadi.
"karta, bukannya dia mantan villain?"
———
tok tok tok
di tengah suasana ketika dirinya menikmati dunia awan, richandra terbangun karena ketukan dari pintu kamarnya. lantas bangun dan membuka pintu tersebut.
"hehe, ganggu ya? gua gak bisa tidur takut lo gak maafin gua." jeger, orang yang mengetuk pintu kamarnya. richandra menghela nafas, mengajak jeger masuk ke kamarnya.
"iya gua maafin, so? udah 'kan? gih sono tidur yang nyenyak," balas richandra, tubuhnya ia rebahkan kembali pada kasur, memejamkan mata kembali karna kantuk yang terus menyerangnya.
"bentar elah, gua mau bahas tentang karta." jeger mendudukkan dirinya di pinggir ranjang milik richandra, melihat sekeliling kamar keturunan halfblood tersebut yang dihiasi banyak buku.
"apa? cerita aja, gua dengerin sambil tiduran." richandra mengenyampingkan tubuhnya menghadap jeger, memeluk guling lalu menatap sayu -karena kantuk- sosok di hadapannya.
"karta bukannya villain? tapi lo bilang, dia assassin. gua pernah beberapa kali satu rencana buat bunuh vampir bareng dia."
"hah? gak mungkin, dia yang nemu gua waktu ke wilayah sini. kok lo bisa simpulin kayak gitu? beda orang kali," jawab richandra, matanya masih berusaha untuk terbuka, suaranya parau dan serak.
"beneran, gua pernah jalanin misi ke wilayah tengah bareng dia. kalahin beberapa vampir lemah sampe akhirnya gua kena tusukan di lengan kiri. mana mungkin juga- gua bohong." suaranya kian mengecil ketika melihat richandra, mulai mengeluarkan nafas teratur yang menandakan ia sudah jatuh ke alam mimpi.
"satu yang gua bohong, tapi ini bukan waktunya lo tau."
© CIRCINUS